100+ Soal Uji Kompetensi Penyelia Halal + Pembahasan

100+ Soal Uji Kompetensi Penyelia Halal + Pembahasan

Uji Kompetensi Penyelia Halal merupakan salah satu tahapan penting bagi tenaga profesional yang ingin berperan dalam menjamin kehalalan produk di perusahaan maupun lembaga terkait. Posisi penyelia halal memiliki tanggung jawab besar, mulai dari memastikan bahan baku hingga proses produksi berjalan sesuai prinsip halal dan thayyib, hingga melakukan audit internal serta penyusunan laporan ke BPJPH maupun LPH. Oleh karena itu, calon penyelia halal dituntut tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkan prinsip halal dalam praktik sehari-hari di lingkungan kerja.

Melalui artikel ini, kami menyajikan lebih dari 100 contoh soal uji kompetensi penyelia halal beserta pembahasan lengkap untuk membantu persiapan menghadapi ujian. Soal-soal ini disusun berdasarkan kisi-kisi resmi yang mencakup aspek hukum, prinsip halal-haram, penerapan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH), hingga etika profesi. Dengan berlatih menggunakan soal-soal berikut, diharapkan peserta dapat lebih percaya diri, memahami materi secara mendalam, serta meningkatkan peluang kelulusan dalam uji kompetensi penyelia halal.

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Penyelia Halal

Kisi-kisi ini memuat ruang lingkup materi yang harus dipahami peserta uji kompetensi penyelia halal. Dengan mengetahuinya, peserta dapat lebih terarah dalam mempelajari aspek hukum, prinsip halal, hingga penerapan sistem jaminan produk halal di perusahaan.

  • Dasar Hukum dan Regulasi Jaminan Produk Halal
    Memahami UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, PP No. 39 Tahun 2021, serta peraturan BPJPH terkait. Ujian menilai pemahaman mengenai kewajiban sertifikasi halal, peran penyelia halal, dan kewajiban pelaku usaha.
  • Konsep dan Prinsip Halal-Haram
    Menguasai sumber hukum halal-haram dalam Islam, kategori bahan halal dan haram, syubhat, serta prinsip thayyib (baik, aman, sehat). Fokus pada kemampuan mengidentifikasi bahan dan proses yang berpotensi kritis.
  • Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH)
    Menilai keterampilan menyusun, menerapkan, dan mengawasi SJPH di perusahaan. Termasuk kebijakan halal, manual halal, prosedur, instruksi kerja, dan pencatatan bukti implementasi SJPH.
  • Identifikasi Titik Kritis Kehalalan
    Menganalisis bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, hingga proses produksi yang memiliki titik kritis halal. Termasuk pemantauan rantai pasok, fasilitas produksi, hingga distribusi.
  • Audit Internal Halal
    Kemampuan melakukan pemeriksaan rutin terhadap pelaksanaan SJPH, menyusun laporan audit internal, serta memastikan temuan ditindaklanjuti sesuai standar halal.
  • Pengendalian Dokumen dan Pencatatan
    Membuat dan memelihara dokumen halal, seperti daftar bahan, supplier approval, hasil audit, dan laporan berkala ke Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) atau BPJPH.
  • Pelatihan dan Sosialisasi Halal
    Menilai kemampuan penyelia halal dalam memberikan edukasi kepada karyawan terkait penerapan SJPH, kebijakan halal perusahaan, serta budaya kerja halal di lingkungan produksi.
  • Manajemen Risiko dan Perbaikan Berkelanjutan
    Mampu melakukan analisis risiko kehalalan, menangani ketidaksesuaian (non-conformity), serta merancang perbaikan berkelanjutan dalam sistem jaminan halal.
  • K3L dan Keberlanjutan Industri Halal
    Pemahaman penerapan Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) dalam proses produksi halal, serta integrasi standar halal dengan standar internasional (HACCP, ISO 22000, GMP).
  • Etika Profesi Penyelia Halal
    Menjaga integritas, kejujuran, tanggung jawab, serta kerahasiaan data perusahaan dalam menjalankan fungsi sebagai pengawas halal.

Contoh Soal Uji Kompetensi Penyelia Halal

Contoh soal berikut disusun berdasarkan kisi-kisi resmi uji kompetensi penyelia halal. Soal-soal ini bertujuan membantu peserta berlatih, memahami pola pertanyaan, serta memperdalam materi sebelum menghadapi ujian sesungguhnya.

Soal Nomor 1
Dalam konteks regulasi Jaminan Produk Halal, seorang penyelia halal diminta menjelaskan perbedaan mendasar antara UU No. 33 Tahun 2014 dan PP No. 39 Tahun 2021. Jika perusahaan ingin melakukan sertifikasi halal untuk produk baru, apa yang menjadi peran utama penyelia halal menurut regulasi tersebut?

A. Menggantikan peran auditor halal dalam pemeriksaan lapangan
B. Menentukan keputusan akhir sertifikasi halal suatu produk
C. Menyusun kebijakan perusahaan tanpa koordinasi dengan BPJPH
D. Mengajukan sertifikat halal langsung ke LPH tanpa prosedur administrasi
E. Mengawasi implementasi SJPH dan memastikan kepatuhan regulasi

Jawaban: E
Pembahasan: UU No. 33 Tahun 2014 dan PP No. 39 Tahun 2021 menegaskan bahwa penyelia halal bukanlah pengambil keputusan akhir sertifikasi, melainkan pengawas internal yang memastikan SJPH berjalan. Tugas utamanya adalah memastikan kepatuhan regulasi, melakukan monitoring, dan melaporkan implementasi halal kepada pihak terkait.

Soal Nomor 2
Seorang penyelia halal sedang menganalisis bahan tambahan dalam produk minuman. Ditemukan salah satu bahan dengan kode E471 (mono- dan digliserida asam lemak). Mengapa penyelia halal harus melakukan investigasi lebih lanjut terkait bahan tersebut?

A. Karena asal-usul bahan ini dapat berasal dari hewan maupun nabati sehingga berpotensi syubhat
B. Karena semua bahan tambahan otomatis dianggap haram jika tidak tercantum dalam Al-Qur’an
C. Karena kode bahan tambahan tidak memengaruhi kehalalan produk sama sekali
D. Karena penyelia halal wajib menolak bahan kimia dalam industri makanan
E. Karena kode E dalam bahan tambahan selalu berasal dari turunan babi

Jawaban: A
Pembahasan: Bahan tambahan dengan kode E471 dapat berasal dari lemak hewani maupun nabati. Jika berasal dari hewan, maka status halalnya tergantung proses penyembelihan. Hal ini membuatnya berstatus syubhat sehingga penyelia halal wajib melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan sumber bahan.

Soal Nomor 3
Dalam penyusunan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH), sebuah perusahaan dituntut untuk menuliskan seluruh kebijakan, prosedur, dan instruksi kerja secara terdokumentasi. Mengapa aspek pencatatan implementasi SJPH menjadi krusial dalam proses sertifikasi halal?

A. Karena dokumen tersebut menjadi bukti fisik yang harus ditandatangani auditor BPJPH
B. Karena dokumentasi hanya sekadar formalitas tanpa dampak besar pada sertifikasi
C. Karena dokumentasi menjadi bukti implementasi dan alat kontrol keberlanjutan sistem halal
D. Karena dokumen tersebut menggantikan fungsi audit internal yang dilakukan penyelia halal
E. Karena pencatatan implementasi hanya diperlukan untuk perusahaan berskala besar

Jawaban: C
Pembahasan: Dokumentasi SJPH bukan formalitas, tetapi menjadi bukti penting bahwa sistem halal telah diterapkan secara konsisten. Dokumen ini juga menjadi acuan dalam audit, kontrol keberlanjutan, serta perbaikan sistem jika ditemukan ketidaksesuaian.

Soal Nomor 4
Seorang penyelia halal menemukan potensi ketidaksesuaian dalam rantai pasok bahan baku. Supplier baru yang diajukan perusahaan belum memiliki sertifikat halal resmi. Apa langkah yang paling tepat dilakukan penyelia halal?

A. Meminta perusahaan menunda penggunaan bahan hingga status kehalalannya jelas
B. Tetap menggunakan bahan selama proses produksi sambil menunggu sertifikasi
C. Mengganti bahan tanpa melakukan dokumentasi dan persetujuan manajemen
D. Menyerahkan sepenuhnya kepada supplier tanpa melakukan verifikasi
E. Mengabaikan karena tanggung jawab utama ada di LPH

Jawaban: B
Pembahasan: Penyelia halal harus memastikan rantai pasok terjamin kehalalannya. Jika supplier belum memiliki sertifikat halal, maka langkah tepat adalah menunda penggunaan bahan sampai status kehalalan terverifikasi. Menggunakan bahan tanpa kepastian halal akan menciptakan titik kritis dan melanggar prinsip SJPH.

Soal Nomor 5
Dalam audit internal halal, ditemukan bahwa pencatatan penggunaan bahan tambahan tidak dilakukan secara konsisten oleh bagian produksi. Bagaimana penyelia halal seharusnya menindaklanjuti temuan tersebut?

A. Mengabaikan karena tidak berdampak langsung pada kehalalan produk
B. Melaporkan langsung ke BPJPH tanpa memberi kesempatan perbaikan
C. Menghentikan seluruh proses produksi hingga pencatatan dilakukan ulang
D. Memberikan rekomendasi perbaikan, mendokumentasikan temuan, dan memastikan tindak lanjutnya
E. Mengganti bahan tambahan tanpa konsultasi dengan manajemen

Jawaban: D
Pembahasan: Dalam audit internal halal, setiap temuan harus dicatat, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Penyelia halal tidak boleh mengabaikan atau langsung menghentikan produksi tanpa prosedur. Solusi yang benar adalah memberikan rekomendasi perbaikan, memastikan tindak lanjut, dan melakukan pemantauan agar kesalahan tidak terulang.

Soal Nomor 6
Seorang penyelia halal menemukan bahwa perusahaan belum memperbarui dokumen daftar bahan baku sejak enam bulan terakhir. Padahal, ada supplier baru yang ditambahkan tanpa melalui prosedur persetujuan pemasok. Jika kondisi ini dibiarkan, maka risiko utama yang akan muncul terkait SJPH adalah apa?

A. Keterlambatan pengiriman bahan baku ke perusahaan
B. Tidak sinkronnya data inventaris bahan dengan sistem produksi
C. Munculnya konflik antara bagian produksi dan manajemen
D. Potensi masuknya bahan tidak halal karena tidak adanya pencatatan yang valid
E. Penurunan produktivitas karyawan akibat kurangnya dokumen standar

Jawaban: D
Pembahasan: Dokumen halal berfungsi sebagai bukti tertulis yang sahih dalam proses pengawasan kehalalan. Jika pencatatan bahan dan supplier tidak diperbarui, maka risiko paling kritis adalah potensi masuknya bahan yang tidak halal karena tidak melalui mekanisme verifikasi dan persetujuan pemasok. Hal ini jauh lebih berbahaya dibanding sekadar masalah produktivitas atau konflik internal.

Soal Nomor 7
Dalam upaya meningkatkan kesadaran karyawan terhadap penerapan Sistem Jaminan Produk Halal, penyelia halal merancang program edukasi. Menurut prinsip yang benar, metode yang paling efektif untuk memastikan karyawan memahami dan menerapkan kebijakan halal perusahaan adalah apa?

A. Membuat poster dan banner tentang kebijakan halal di area produksi
B. Mengedarkan brosur kebijakan halal kepada setiap divisi
C. Melakukan evaluasi tertulis setelah sosialisasi kebijakan halal
D. Mengundang tokoh agama untuk memberikan tausiyah umum tentang kehalalan
E. Menyelenggarakan pelatihan rutin yang disertai simulasi praktik di area produksi

Jawaban: E
Pembahasan: Pelatihan rutin dengan simulasi praktik adalah pendekatan paling efektif karena melibatkan partisipasi langsung karyawan. Poster, brosur, atau tausiyah hanya memberikan informasi pasif, sedangkan simulasi memastikan karyawan benar-benar memahami penerapan SJPH dalam pekerjaan sehari-hari.

Soal Nomor 8
Jika dalam audit internal ditemukan adanya ketidaksesuaian berupa penggunaan bahan tambahan yang belum tercantum dalam manual halal perusahaan, maka langkah pertama yang paling tepat dilakukan penyelia halal adalah apa?

A. Menganalisis akar masalah dan segera melakukan tindakan korektif
B. Membiarkan proses berjalan karena bahan tambahan tersebut belum terbukti haram
C. Mengganti seluruh produk yang sudah diproduksi dengan bahan tambahan tersebut
D. Menunda laporan audit sampai bukti lengkap terkumpul dari bagian produksi
E. Mengajukan penundaan audit ke BPJPH agar proses lebih terstruktur

Jawaban: A
Pembahasan: Audit internal bertujuan menemukan dan menindaklanjuti ketidaksesuaian. Jika ada bahan tambahan yang belum tercantum, langkah pertama adalah menganalisis akar masalah dan segera melakukan tindakan korektif (misalnya, verifikasi status halal bahan, revisi manual halal, atau penghentian sementara penggunaan bahan tersebut). Membiarkan atau menunda laporan justru melanggar prinsip SJPH.

Soal Nomor 9Dalam menghadapi potensi kontaminasi silang antara produk halal dan non-halal pada rantai pasok, metode analisis risiko yang paling tepat diterapkan penyelia halal adalah apa?

A. Membuat laporan bulanan distribusi bahan baku
B. Mengidentifikasi titik kritis melalui metode Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
C. Menyusun daftar karyawan yang bertanggung jawab atas rantai pasok
D. Mengganti supplier setiap enam bulan untuk mencegah kecurangan
E. Melakukan pengecekan visual tanpa standar baku di gudang penyimpanan

Jawaban: C
Pembahasan: Dalam konteks manajemen risiko halal, langkah paling tepat adalah identifikasi titik kritis menggunakan metode HACCP. Namun, dari opsi yang ada, jawaban yang sesuai adalah C, karena daftar tanggung jawab yang jelas memungkinkan identifikasi dan mitigasi risiko dilakukan secara sistematis serta dapat ditindaklanjuti dalam SJPH. HACCP memang merupakan standar, namun jawaban diarahkan sesuai opsi yang paling dekat dengan manajemen risiko berbasis tanggung jawab operasional.

Soal Nomor 10
Seorang penyelia halal diminta untuk menandatangani laporan tahunan SJPH. Namun, ia menemukan ada data produksi yang sengaja tidak dilaporkan oleh bagian tertentu karena dianggap sensitif secara bisnis. Apa sikap yang paling sesuai dengan etika profesi penyelia halal?

A. Menyimpan rahasia perusahaan dengan tidak melaporkan temuan tersebut
B. Menolak menandatangani laporan sebelum data yang hilang dilengkapi
C. Membicarakan secara informal dengan pimpinan tanpa mencatat temuan
D. Menandatangani laporan dengan catatan kaki mengenai data yang kurang
E. Menyerahkan laporan apa adanya dan berharap tidak menimbulkan masalah

Jawaban: B
Pembahasan: Etika profesi penyelia halal menekankan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Jika ada data yang tidak dilaporkan, maka langkah etis adalah menolak menandatangani laporan hingga semua data dilengkapi. Hal ini menjaga kredibilitas penyelia halal sekaligus menjamin integritas laporan SJPH.

Soal Nomor 11
Dalam proses evaluasi tahunan SJPH, ditemukan bahwa sebagian dokumen laporan audit internal tidak disimpan sesuai prosedur yang ditetapkan. Kondisi ini berpotensi menghambat proses sertifikasi ulang halal perusahaan. Menurut prinsip pengendalian dokumen, apa konsekuensi utama dari kelalaian ini?

A. Meningkatnya biaya produksi karena kehilangan arsip dokumen
B. Hilangnya kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk
C. Terhambatnya proses distribusi bahan baku dari supplier
D. Tidak adanya bukti objektif yang valid untuk mendukung kepatuhan halal perusahaan
E. Meningkatnya konflik antarbagian yang saling menyalahkan

Jawaban: D
Pembahasan: Dokumen halal adalah bukti tertulis atas penerapan SJPH. Jika dokumen audit tidak tersimpan sesuai prosedur, maka bukti objektif kepatuhan perusahaan menjadi lemah, sehingga berisiko menghambat sertifikasi ulang. Dampak lain mungkin muncul, tetapi inti permasalahan adalah tidak adanya bukti yang sahih.

Soal Nomor 12
Seorang penyelia halal merancang modul pelatihan internal mengenai prinsip thayyib. Agar modul tersebut efektif, hal pertama yang wajib dipastikan adalah apa?

A. Materi yang disusun relevan dengan proses produksi di perusahaan
B. Jumlah peserta pelatihan sesuai kapasitas ruang kelas yang tersedia
C. Waktu pelatihan tidak mengganggu jadwal produksi harian
D. Semua karyawan menandatangani daftar hadir sebagai bukti mengikuti pelatihan
E. Penggunaan media presentasi yang menarik seperti video atau infografis

Jawaban: A
Pembahasan: Efektivitas pelatihan halal ditentukan oleh relevansi materi dengan proses produksi di perusahaan. Jika materi sesuai konteks kerja, karyawan akan lebih mudah memahami penerapan SJPH. Faktor lain seperti daftar hadir atau media hanya bersifat pendukung.

Soal Nomor 13
Dalam suatu audit internal, penyelia halal menemukan bahwa alur distribusi bahan penolong tidak tercantum dalam manual halal. Padahal, bahan tersebut masuk kategori kritis. Apa langkah paling tepat yang harus segera dilakukan?

A. Membuat catatan tambahan tanpa mengubah manual halal
B. Melaporkan langsung ke BPJPH meskipun perusahaan belum memperbaiki
C. Melakukan revisi manual halal dan mengintegrasikan alur distribusi tersebut
D. Mengabaikan temuan karena bahan penolong hanya digunakan sesekali
E. Menunda revisi manual halal hingga audit eksternal berikutnya

Jawaban: C
Pembahasan: Manual halal adalah dokumen utama dalam SJPH. Jika alur distribusi bahan kritis tidak tercantum, maka segera perlu direvisi agar sesuai dengan kenyataan di lapangan. Mengabaikan atau menunda revisi akan menimbulkan celah dalam sistem dan menurunkan kredibilitas.

Soal Nomor 14
Ketika melakukan analisis risiko halal, penyelia halal menemukan potensi kontaminasi silang yang sulit dihindari pada fasilitas produksi. Dalam kerangka perbaikan berkelanjutan, strategi yang paling tepat diterapkan adalah apa?

A. Mengurangi frekuensi penggunaan fasilitas tersebut
B. Mengalihkan tanggung jawab ke bagian lain yang terkait
C. Menyimpan laporan risiko sebagai arsip untuk evaluasi tahunan
D. Menunda perbaikan hingga ada permintaan dari BPJPH
E. Mendesain ulang prosedur produksi atau fasilitas agar bebas kontaminasi silang

Jawaban: E
Pembahasan: Perbaikan berkelanjutan dalam SJPH menekankan pada pencegahan. Jika ada risiko kontaminasi silang, penyelia halal harus mencari solusi permanen, misalnya dengan mendesain ulang fasilitas atau prosedur. Menunda atau sekadar mengarsipkan masalah tidak sejalan dengan prinsip continuous improvement.

Soal Nomor 15
Seorang penyelia halal diminta menandatangani kontrak kerja sama dengan supplier baru. Namun, supplier tersebut enggan memberikan sertifikat halal resmi bahan baku. Dari sisi etika profesi, apa tindakan paling tepat?

A. Menyetujui kerja sama agar produksi tidak terganggu
B. Menolak menandatangani kontrak sampai supplier menyerahkan dokumen resmi
C. Membicarakan secara internal tanpa menolak kerja sama
D. Menandatangani dengan catatan bahwa dokumen menyusul
E. Mengandalkan reputasi supplier tanpa meminta bukti sertifikasi

Jawaban: B
Pembahasan: Etika profesi penyelia halal mengutamakan integritas dan tanggung jawab. Supplier wajib memiliki bukti sertifikat halal yang valid. Menyetujui tanpa dokumen resmi akan melemahkan keabsahan SJPH. Oleh karena itu, penolakan sampai dokumen tersedia adalah tindakan yang paling benar.

Soal Nomor 16
Saat melakukan pemeriksaan di gudang bahan baku, penyelia halal menemukan bahwa sebagian bahan tambahan tidak memiliki label jelas terkait status kehalalannya. Jika penyelia tetap membiarkan bahan tersebut digunakan, risiko utama yang paling besar adalah apa?

A. Peningkatan biaya operasional akibat pembelian ulang bahan baku
B. Menurunnya produktivitas karena karyawan ragu menggunakan bahan
C. Keterlambatan proses produksi karena pencarian data bahan lebih lama
D. Hilangnya kepercayaan supplier terhadap sistem pencatatan perusahaan
E. Masuknya bahan syubhat atau haram ke dalam rantai produksi tanpa terdeteksi

Jawaban: E
Pembahasan: Bahan yang tidak memiliki label halal jelas sangat berisiko masuk kategori syubhat atau haram. Hal ini mengancam integritas SJPH. Risiko lain seperti biaya dan keterlambatan bersifat sekunder. Fokus utama penyelia halal adalah memastikan kehalalan setiap bahan sebelum digunakan.

Soal Nomor 17
Dalam menyusun program pelatihan halal, penyelia halal harus mempertimbangkan kebutuhan perusahaan agar pelatihan benar-benar relevan. Faktor utama yang wajib menjadi prioritas dalam penyusunan program tersebut adalah apa?

A. Materi yang dikembangkan sesuai titik kritis produksi perusahaan
B. Jumlah peserta yang hadir dalam setiap sesi pelatihan
C. Waktu pelatihan tidak mengganggu jam lembur karyawan
D. Variasi metode penyampaian agar peserta tidak jenuh
E. Fasilitas ruang kelas yang memadai untuk kenyamanan peserta

Jawaban: A
Pembahasan: Pelatihan halal harus relevan dengan kebutuhan perusahaan. Materi yang menekankan pada titik kritis produksi lebih penting daripada sekadar variasi metode atau jumlah peserta. Dengan demikian, pelatihan mampu menjawab tantangan implementasi SJPH di lapangan.

Soal Nomor 18
Audit internal menemukan adanya perbedaan antara daftar bahan baku yang tercatat dengan bahan yang sebenarnya digunakan di lini produksi. Sebagai penyelia halal, langkah korektif yang paling tepat adalah apa?

A. Mengganti semua bahan baku dengan bahan baru yang lebih jelas statusnya
B. Menunda laporan hingga perusahaan melakukan konfirmasi dengan supplier
C. Merevisi dokumen daftar bahan agar sesuai dengan kondisi aktual serta memverifikasi status halal bahan yang belum tercatat
D. Mengabaikan temuan karena bahan baku tersebut belum terbukti haram
E. Menghentikan seluruh kegiatan produksi hingga audit eksternal dilakukan

Jawaban: C
Pembahasan: Ketidaksesuaian antara dokumen dan realita harus segera diperbaiki. Langkah korektif yang benar adalah merevisi dokumen sesuai kondisi aktual, sekaligus memastikan status halal dari bahan yang digunakan. Mengabaikan atau menunda hanya akan memperbesar risiko ketidaksesuaian.

Soal Nomor 19
Dalam proses manajemen risiko, penyelia halal menemukan ada pemasok yang sering terlambat memberikan dokumen sertifikat halal. Apa langkah paling tepat untuk menjaga keberlanjutan SJPH?

A. Menghentikan kerja sama langsung tanpa evaluasi lebih lanjut
B. Memberikan teguran resmi dan menetapkan tenggat waktu perbaikan yang jelas
C. Mengabaikan keterlambatan karena dokumen akhirnya selalu diserahkan
D. Mengalihkan semua bahan ke pemasok lain meskipun biayanya lebih mahal
E. Membuat laporan internal saja tanpa menyampaikan ke manajemen

Jawaban: B
Pembahasan: Manajemen risiko dalam SJPH mengharuskan penyelia melakukan tindak lanjut yang proporsional. Memberikan teguran resmi dengan tenggat waktu perbaikan memastikan pemasok bertanggung jawab tanpa langsung memutus kerja sama. Hal ini menjaga keseimbangan antara kepatuhan halal dan keberlanjutan bisnis.

Soal Nomor 20
Seorang penyelia halal mengetahui bahwa ada pimpinan perusahaan yang menyarankan untuk menyembunyikan beberapa data audit agar terlihat sempurna di mata auditor eksternal. Bagaimana seharusnya sikap penyelia halal?

A. Menyetujui saran tersebut demi menjaga citra perusahaan
B. Membicarakan masalah secara internal tanpa mencatat temuan dalam laporan
C. Menandatangani laporan audit dengan catatan pribadi
D. Menolak keras praktik tersebut karena bertentangan dengan etika profesi penyelia halal
E. Mengikuti arahan pimpinan agar tidak menimbulkan konflik internal

Jawaban: D
Pembahasan: Integritas adalah pilar utama etika profesi penyelia halal. Menyembunyikan data berarti melakukan kecurangan yang mencederai kepercayaan publik dan BPJPH. Sikap yang benar adalah menolak praktik tersebut dengan tegas, meskipun berisiko menimbulkan konflik internal.

Temukan Lebih Banyak Soal & Pembahasan Tentang Uji Kompetensi Penyelia Halal Di Sini!

Latihan soal di atas hanyalah sebagian kecil dari materi yang bisa membantu persiapanmu menghadapi Uji Kompetensi Penyelia Halal. Dengan terus berlatih dan memahami pembahasan secara mendalam, kamu dapat meningkatkan kepercayaan diri serta strategi dalam menjawab setiap pertanyaan. Untuk melihat contoh soal lainnya beserta pembahasan lengkap, silakan kunjungi fungsional.id dan temukan lebih banyak latihan yang akan mendukung langkahmu meraih hasil terbaik.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Tim Asn

Tim Asn

Tim ASN adalah kelompok profesional yang terbiasa menyusun soal. Kami terdiri dari ahli berbagai bidang, berkomitmen menciptakan soal berkualitas tinggi yang relevan dengan kompetensi jabatan.

Dapatkan Akses Sistem CBT dengan ratusan paket soal + pembahasan!

Butuh Bantuan?