100+ Soal Pengembang Kurikulum + Kisi-kisi dan Pembahasan PPPK CPNS Ujikom

100+ Soal Pengembang Kurikulum + Kisi-kisi dan Pembahasan PPPK CPNS Ujikom

Profesi pengembang kurikulum memiliki peran strategis dalam membangun kualitas pendidikan nasional, terutama dalam konteks reformasi pendidikan dan penerapan Kurikulum Merdeka. Dalam rekrutmen ASN melalui jalur PPPK atau seleksi CPNS, uji kompetensi untuk jabatan fungsional ini tidak hanya menilai kemampuan teknis menyusun perangkat pembelajaran, tetapi juga menuntut pemahaman mendalam tentang filosofi pendidikan, desain kurikulum berbasis capaian pembelajaran, serta penerapan asesmen autentik yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Calon pengembang kurikulum harus mampu memadukan teori pendidikan dengan praktik inovatif agar sistem pendidikan terus adaptif terhadap perkembangan zaman.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif kisi-kisi dan contoh soal Uji Kompetensi Pengembang Kurikulum yang mengacu pada standar PPPK dan CPNS terbaru. Selain itu, disertakan pula pembahasan mendalam untuk membantu calon peserta memahami logika di balik setiap soal, bukan sekadar menghafal jawaban. Dengan pendekatan berbasis analisis dan pemecahan masalah, artikel ini diharapkan menjadi panduan belajar yang efektif bagi Anda yang ingin sukses dalam ujian dan menapaki karier sebagai pengembang kurikulum profesional di lingkungan pemerintahan.

Kisi-Kisi Soal Pengembang Kurikulum PPPK/CPNS/Ujikom

Berikut kisi-kisi Soal Pengembang Kurikulum PPPK/CPNS/Ujikom yang disusun secara sistematis dan relevan dengan kebutuhan jabatan fungsional:

  1. Konsep Dasar Kurikulum
    Mencakup pengertian, fungsi, dan komponen kurikulum. Peserta diharapkan memahami bagaimana kurikulum dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan mampu membedakan pendekatan kurikulum berdasarkan paradigma pembelajaran.
  2. Landasan Pengembangan Kurikulum
    Meliputi landasan filosofis, psikologis, sosiologis, dan yuridis. Soal akan menguji kemampuan peserta dalam mengaitkan teori dengan praktik pengembangan kurikulum yang sesuai konteks kebijakan pendidikan di Indonesia.
  3. Kebijakan dan Regulasi Pendidikan
    Menguji pemahaman terhadap regulasi seperti Permendikbudristek, UU Sistem Pendidikan Nasional, serta standar nasional pendidikan (SNP). Peserta perlu mengetahui bagaimana kebijakan memengaruhi desain dan pelaksanaan kurikulum.
  4. Analisis Kebutuhan dan Perencanaan Kurikulum
    Soal berfokus pada tahapan analisis konteks, identifikasi kebutuhan peserta didik, serta perumusan tujuan pembelajaran. Peserta diuji dalam kemampuan menyusun kurikulum berbasis kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan.
  5. Desain Kurikulum dan Struktur Isi
    Menilai kemampuan dalam merancang struktur kurikulum, penyusunan capaian pembelajaran, pemilihan materi ajar, serta alur kompetensi. Termasuk pemahaman terhadap integrasi antar mata pelajaran dan pembelajaran lintas disiplin.
  6. Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum
    Membahas berbagai model seperti Taba, Tyler, Beauchamp, hingga kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan Merdeka Belajar. Peserta perlu memahami prinsip adaptasi model-model tersebut pada konteks Indonesia.
  7. Implementasi Kurikulum di Satuan Pendidikan
    Menguji kemampuan menerjemahkan dokumen kurikulum ke dalam rencana pembelajaran (RPP/Modul Ajar), pengelolaan pembelajaran, dan penilaian. Fokus pada penerapan fleksibilitas dan diferensiasi pembelajaran.
  8. Evaluasi dan Revisi Kurikulum
    Soal mencakup metode evaluasi kurikulum, analisis hasil implementasi, serta proses revisi berkelanjutan berdasarkan data empiris dan masukan dari pemangku kepentingan pendidikan.
  9. Pengembangan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran
    Mengukur kemampuan mengembangkan sumber belajar yang relevan dengan tujuan kurikulum. Termasuk integrasi teknologi digital, literasi, dan konteks lokal dalam pembelajaran.
  10. Isu dan Tren Global dalam Pengembangan Kurikulum
    Menguji pemahaman terhadap inovasi kurikulum abad 21, seperti pendidikan berbasis proyek, STEM, literasi digital, dan sustainability education. Peserta diharapkan mampu mengaitkan tren global dengan konteks nasional.

Contoh Soal Pengembang Kurikulum PPPK/CPNS/Ujikom

Berikut ini 20 Contoh Soal Pengembang Kurikulum untuk PPPK/CPNS/Ujikom, Soal HOTS dan memerlukan analisis mendalam :

Soal 1

Sebuah kabupaten X sedang merumuskan kurikulum muatan lokal berbasis kearifan lokal untuk jenjang SMP. Kementerian pendidikan baru saja mengeluarkan regulasi nasional yang menekankan penguatan literasi dasar dan capaian pembelajaran (CP) berbasis kompetensi inti. Kepala Dinas Pendidikan kabupaten X meminta Anda —sebagai Pengembang Kurikulum— merancang struktur muatan lokal yang selaras dengan regulasi nasional namun tetap mempertahankan karakter lokal (mis. kerajinan, budaya lisan, pertanian lokal).
Manakah dari pendekatan berikut paling tepat untuk mencapai keseimbangan antara kepatuhan terhadap regulasi nasional dan pemeliharaan karakter lokal dalam kurikulum muatan lokal? Jelaskan pilihan Anda dengan singkat.

A. Menempatkan muatan lokal sebagai mata pelajaran tambahan tanpa mengaitkannya ke CP nasional sehingga guru bebas berinovasi.
B. Mengintegrasikan kompetensi literasi dan numerasi ke dalam kegiatan muatan lokal, lalu memetakan indikatornya ke CP nasional sehingga muatan lokal turut mendukung capaian nasional.
C. Menghilangkan muatan lokal formal dan menggantinya dengan ekstrakurikuler supaya sekolah fokus memenuhi CP nasional.
D. Membuat silabus muatan lokal yang sepenuhnya terpisah dan menuntut seluruh sekolahan mengikuti format yang dibuat kabupaten tanpa penyesuaian kontekstual.
E. Menugaskan pihak ketiga (LSM/NGO) menangani muatan lokal agar sekolah tidak terbebani proses pengembangan kurikulum.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pilihan B paling tepat karena menjembatani dua tuntutan: memenuhi regulasi nasional (CP berbasis kompetensi, literasi/numerasi) dan mempertahankan nilai lokal. Integrasi berarti kegiatan muatan lokal dirancang sehingga siswa mengembangkan keterampilan literasi/numerasi melalui konteks lokal (mis. menghitung biaya bahan kerajinan, membaca naskah tradisi), kemudian indikator di-map ke CP nasional — ini memastikan akuntabilitas dan relevansi.
Pilihan A merdeka tapi berisiko tidak memenuhi standar nasional; C menghapus peran kurikulum formal muatan lokal; D birokratis dan mengurangi otonomi konteks; E memindahkan tanggung jawab inti pendidikan ke pihak non-formal tanpa jaminan alignment ke CP.

Soal 2

Anda ditugaskan melakukan analisis kebutuhan kurikulum di sebuah sekolah menengah vokasi pertanian. Data lapangan menunjukkan: 1) lulusan sering menguasai praktik bercocok tanam tradisional namun kurang kemampuan literasi digital dan manajemen usaha; 2) pasar lokal menuntut produk bernilai tambah dan dokumentasi proses produksi; 3) guru memiliki kompetensi praktik kuat namun keterbatasan literasi teknologi. Dengan keterbatasan sumber daya, prioritas kurikulum harus difokuskan pada 2 tujuan pembelajaran utama. Pilihan mana yang paling strategis untuk dipilih sebagai tujuan inti kurikulum dan mengapa?

A. Memperdalam teknik bercocok tanam tradisional agar siswa unggul dalam praktik manual.
B. Mengembangkan kemampuan literasi digital dan manajemen usaha berbasis praktik sehingga lulusan dapat meningkatkan nilai tambah produk dan mendokumentasikan proses.
C. Fokus pada teori agronomi lanjutan untuk mendukung rekomendasi ilmiah kepada petani.
D. Menambah jam praktik keterampilan hidup umum (mis. komunikasi interpersonal) agar lulusan lebih siap kerja.
E. Mengalokasikan waktu untuk pembelajaran bahasa asing agar lulusan mampu menjual produk ke pasar internasional.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
B paling strategis karena menggabungkan dua kebutuhan penting: pasar membutuhkan produk bernilai tambah dan dokumentasi (literasi digital + manajemen usaha), serta kelangsungan praktik pertanian tradisional dapat tetap dipertahankan melalui modul praktik yang terintegrasi. Fokus ini memberi dampak langsung pada employability dan kewirausahaan lulusan.
A terlalu sempit (mengabaikan gap digital/ekonomi), C bersifat akademis tinggi dan mungkin tidak langsung menjawab kebutuhan pasar lokal, D berguna tapi tidak prioritas dibanding gap teknis/ekonomi yang nyata, E kurang realistis mengingat sumber daya dan target pasar saat ini.

Soal 3

Sebuah RPP untuk mata pelajaran Pengelolaan Kurikulum di jenjang SMA harus menilai kompetensi “merancang modul pembelajaran kontekstual”. Anda diminta merancang instrumen penilaian yang bersifat autentik dan sesuai prinsip penilaian berbasis kompetensi. Mana desain instrumen berikut yang paling valid untuk menilai kompetensi tersebut? Pilih dan jelaskan mengapa.

A. Tes pilihan ganda 50 butir tentang teori perancangan modul.
B. Penugasan proyek kelompok: siswa menyusun modul pembelajaran kontekstual lengkap (tujuan, alur, bahan ajar, dan rubrik penilaian), mempresentasikan di depan panel guru, dan menyerahkan portofolio proses.
C. Ujian esai singkat mengenai langkah-langkah umum merancang modul.
D. Observasi guru terhadap partisipasi siswa selama diskusi kelas.
E. Tes praktik membuat satu lembar RPP standar dengan format baku.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Instrumen B adalah penilaian autentik karena menilai penerapan nyata kompetensi—menyusun modul lengkap—bukan sekadar mengukur pengetahuan teoretis. Penggunaan portofolio dan presentasi memberikan bukti proses dan hasil, sedangkan panel guru + rubrik meningkatkan objektivitas dan reliabilitas. Penilaian berbasis kompetensi menekankan performansi nyata, sehingga proyek yang menuntut produk konkret dan refleksi adalah pilihan terbaik.
A dan C hanya mengukur pengetahuan deklaratif; D tidak cukup komprehensif; E menilai produk sederhana (RPP satu lembar) namun tidak memeriksa proses pengembangan dan konteksnya.

Soal 4

Setelah dua tahun implementasi kurikulum baru di sebuah jaringan sekolah dasar, evaluasi menunjukkan: penurunan rata-rata capaian numerasi kelas V sebesar 10 poin, sementara capaian literasi membaca meningkat 8 poin; umpan balik guru melaporkan beban dokumen tinggi dan sedikit waktu untuk pembelajaran bermakna. Sebagai Pengembang Kurikulum yang memimpin tim evaluasi, tindakan revisi kurikuler mana yang paling tepat diambil dan mengapa? Pilih satu.

A. Menarik kembali kurikulum dan kembali ke kurikulum lama untuk semua sekolah.
B. Mengurangi jumlah dokumen administratif (mis. ringkasan RPP) dan memperkuat modul numerasi kontekstual dengan pelatihan guru, sambil melakukan pilot revisi di sebagian sekolah.
C. Fokus hanya pada intervensi remedial numerasi tanpa perubahan kurikulum karena masalah dianggap kualitas pengajaran saja.
D. Menambah jam pelajaran matematika di semua kelas untuk mengejar penurunan numerasi.
E. Menyalahkan sekolah dan meminta kepala sekolah memberi sanksi pada guru yang capaian siswanya rendah.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
B adalah langkah terukur dan sensitif konteks. Data menunjukkan masalah numerasi dan beban administratif. Mengurangi dokumen administratif merespons umpan balik guru sehingga memberi ruang waktu untuk pembelajaran bermakna. Memperkuat modul numerasi kontekstual dan pelatihan guru menargetkan penyebab kompetensi turun. Pendekatan pilot memungkinkan evaluasi skala kecil sebelum skala luas.
A reaktif dan berisiko kehilangan kemajuan literasi; C mengabaikan masalah kurikulum/dokumen; D menambah jam tanpa memperbaiki kualitas atau relevansi pembelajaran—berpotensi menambah beban; E tidak solusi konstruktif.

Soal 5

Anda merancang bahan ajar digital untuk mata pelajaran muatan lokal budaya pada sekolah menengah. Sumber daya sekolah terbatas: beberapa laptop bersama, akses internet lambat, dan guru belum familiar pembuatan konten digital. Tujuan pembelajaran ingin menekankan keterampilan abad-21 (kolaborasi, literasi digital dasar, berpikir kritis) sambil tetap mengangkat nilai lokal. Manakah strategi desain bahan ajar yang paling realistis dan berkelanjutan untuk konteks ini?

A. Membuat modul multimedia berdefinisi tinggi (video, animasi) yang dihosting di cloud agar dapat diakses kapan saja.
B. Mendesain paket pembelajaran hibrid: materi cetak kaya aktivitas kontekstual + tugas digital ringan (mis. pembuatan blog sederhana offline/online ketika tersedia), pelatihan singkat bagi guru, dan penggunaan perangkat bergilir untuk kerja kelompok.
C. Mengalihkan seluruh pembelajaran ke platform LMS interaktif dengan kuis dan penilaian otomatis.
D. Menyuruh guru memproduksi materi digital sendiri tanpa dukungan, berharap mereka belajar secara mandiri.
E. Menghilangkan teknologi sama sekali dan kembali ke metode tradisional demi kesetaraan akses.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
B mempertimbangkan keterbatasan infrastruktur dan kompetensi guru serta tetap mendorong literasi digital dan nilai lokal. Kombinasi bahan cetak (sebagai backbone yang selalu tersedia) dan tugas digital ringan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Pelatihan singkat meningkatkan kapasitas guru; kerja kelompok dan perangkat bergilir mendukung kolaborasi. Pendekatan hibrid ini berkelanjutan dan inklusif.
A memerlukan bandwidth/infrastruktur yang tidak tersedia; C juga menuntut konektivitas dan dukungan teknis tinggi; D tidak memberi dukungan yang diperlukan; E mengabaikan kesempatan pembelajaran abad-21.

Soal 6

Dalam proses pengembangan kurikulum baru, tim Anda dihadapkan pada dilema antara pendekatan behavioristik (penekanan pada hasil belajar yang terukur) dan konstruktivistik (penekanan pada proses dan makna pembelajaran). Sebagian anggota tim berpendapat bahwa kurikulum harus fokus pada penguasaan indikator terukur agar mudah dievaluasi, sedangkan yang lain menekankan pentingnya pembelajaran bermakna berbasis pengalaman siswa.
Sebagai pengembang kurikulum, langkah kompromi filosofis mana yang paling tepat untuk menjaga keseimbangan kedua pendekatan tersebut?

A. Memilih salah satu pendekatan yang paling efisien agar pengembangan lebih cepat.
B. Mengintegrasikan capaian pembelajaran terukur (behavioristik) dengan strategi pembelajaran berbasis proyek dan refleksi (konstruktivistik).
C. Menghapus seluruh indikator numerik agar pembelajaran tidak terjebak pada hasil.
D. Mengutamakan disiplin belajar dan hafalan agar siswa berperilaku sesuai target kurikulum.
E. Menerapkan evaluasi formatif terus-menerus tanpa menetapkan tujuan pembelajaran.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pilihan B menunjukkan sintesis filosofis yang ideal: tetap mempertahankan pengukuran capaian belajar (behavioristik) tetapi menggabungkannya dengan pembelajaran kontekstual dan reflektif (konstruktivistik). Pendekatan ini sejalan dengan paradigma assessment for learning dalam Kurikulum Merdeka. Pilihan A, C, D, dan E menunjukkan ekstremisme pendekatan yang mengabaikan keseimbangan antara struktur dan makna pembelajaran.

Soal 7

Dalam proses evaluasi kurikulum, ditemukan bahwa sekolah belum memenuhi Standar Proses dan Standar Penilaian, meskipun Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sudah terpenuhi. Apa analisis yang paling tepat terhadap kondisi tersebut?

A. Sekolah perlu menambah jam pelajaran agar target SKL tercapai.
B. Sekolah perlu memperbaiki mekanisme pelaksanaan pembelajaran dan penilaian agar sesuai dengan prinsip kurikulum berbasis kompetensi.
C. Cukup mempertahankan standar isi dan SKL karena dua standar tersebut sudah cukup mewakili mutu kurikulum.
D. Masalah utama terletak pada sarana prasarana, bukan pada proses pembelajaran.
E. Pemerintah perlu menurunkan tingkat kesulitan kurikulum agar mudah diterapkan.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pemenuhan SNP harus bersifat holistik: Standar Isi dan SKL tanpa dukungan Standar Proses dan Penilaian akan membuat pelaksanaan kurikulum tidak efektif. Artinya, masalah terletak pada tahap implementasi dan evaluasi, bukan pada isi kurikulum. Jawaban B menekankan bahwa perlu ada perbaikan pada strategi pembelajaran dan sistem penilaian agar tujuan kurikulum benar-benar terinternalisasi pada peserta didik.

Soal 8

Tim pengembang kurikulum provinsi Y menerima laporan survei: 70% guru merasa kesulitan menyusun modul ajar karena terlalu banyak capaian pembelajaran (CP), 60% siswa mengaku kegiatan belajar tidak kontekstual, dan hasil asesmen nasional menurun 15% dalam literasi sains. Berdasarkan data tersebut, strategi revisi kurikulum mana yang paling tepat dilakukan terlebih dahulu?

A. Menghapus sebagian besar CP agar guru tidak terbebani.
B. Melakukan pemetaan ulang CP menjadi tema pembelajaran terpadu yang kontekstual dan menyelenggarakan pelatihan guru.
C. Mengganti format asesmen nasional agar hasilnya tampak lebih baik.
D. Mengurangi jam sains karena dianggap sulit dan menurunkan motivasi siswa.
E. Menunda revisi kurikulum sampai guru lebih siap.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Strategi B berbasis pada analisis bukti (evidence-based decision). Masalah utama bukan banyaknya CP semata, tetapi kurangnya keterkaitan antar-CP dan relevansinya dengan konteks belajar. Dengan pemetaan ulang menjadi tema integratif dan pelatihan guru, kurikulum menjadi lebih mudah diterapkan dan bermakna bagi siswa. Pilihan A bersifat reaktif, C dan D manipulatif, sedangkan E menunda solusi.

Soal 9

Dalam menyusun kurikulum untuk jenjang SD, Anda ingin memastikan bahwa setiap mata pelajaran berkontribusi pada penguatan Profil Pelajar Pancasila serta pengembangan literasi dan numerasi dasar. Strategi berikut mana yang paling efektif secara konseptual?

A. Menambahkan mata pelajaran khusus “Profil Pancasila” agar lebih terukur.
B. Mengintegrasikan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan aktivitas literasi-numerasi ke dalam setiap unit pembelajaran lintas mata pelajaran secara tematik.
C. Memasukkan semua aspek Profil Pelajar Pancasila ke dalam pelajaran PKN saja.
D. Membuat kegiatan ekstrakurikuler terpisah yang berfokus pada karakter tanpa mengubah pembelajaran di kelas.
E. Menilai nilai karakter secara terpisah melalui ujian akhir semester.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pendekatan integratif (B) sesuai dengan filosofi whole-school approach dalam Kurikulum Merdeka: setiap mata pelajaran menjadi sarana pembentukan karakter, bukan entitas terpisah. Literasi dan numerasi dikembangkan melalui konteks pembelajaran nyata (mis. menghitung data lingkungan, menulis refleksi). Pilihan lain justru menciptakan fragmentasi antara kognitif dan karakter.

Soal 10

UNESCO mendorong paradigma Education for Sustainable Development (ESD) yang menekankan kolaborasi lintas disiplin, kesadaran ekologis, dan tanggung jawab sosial. Namun, sebagian sekolah di Indonesia masih menghadapi keterbatasan guru, sumber daya, dan konteks lokal yang beragam. Sebagai pengembang kurikulum, bagaimana strategi adaptasi paling realistis untuk menerapkan prinsip ESD dalam konteks pendidikan Indonesia?

A. Mewajibkan semua sekolah menerapkan kurikulum global ESD tanpa modifikasi agar standar internasional tercapai.
B. Mengadaptasi prinsip ESD ke dalam tema proyek lokal (mis. pengelolaan sampah, konservasi air) yang relevan dengan kehidupan masyarakat setempat.
C. Menghapus tema lingkungan karena sulit diterapkan di daerah dengan sumber daya terbatas.
D. Menunggu hingga semua sekolah memiliki fasilitas lengkap baru menerapkan ESD.
E. Menggantikan kurikulum nasional dengan kurikulum asing yang sudah menerapkan ESD lebih dahulu.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
B adalah pendekatan adaptif dan kontekstual. Prinsip ESD tidak harus diimpor secara utuh, melainkan diterjemahkan dalam bentuk kegiatan lokal yang menumbuhkan tanggung jawab sosial dan ekologis. Strategi ini sejalan dengan semangat glocalization — berpikir global, bertindak lokal. Pilihan A dan E tidak realistis, C bertentangan dengan tujuan ESD, dan D menunda inovasi pendidikan.

Soal 11

Sebuah sekolah di daerah pesisir menghadapi tantangan rendahnya minat siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena banyak yang bekerja di sektor perikanan sejak usia muda. Sebagai pengembang kurikulum daerah, Anda ingin menyesuaikan kurikulum agar tetap relevan tanpa mengorbankan tujuan pendidikan nasional. Strategi mana yang paling tepat secara konseptual dan kontekstual?

A. Menghapus materi akademik yang tidak relevan dan menggantinya dengan praktik perikanan penuh waktu.
B. Mengintegrasikan tema kewirausahaan perikanan dan pengolahan hasil laut dalam pembelajaran lintas mata pelajaran.
C. Menambahkan jam pelajaran olahraga agar siswa lebih tertarik ke sekolah.
D. Mengubah semua pelajaran menjadi berbasis proyek tanpa mempertimbangkan capaian pembelajaran.
E. Memfokuskan kurikulum hanya pada literasi baca-tulis tanpa konteks lokal.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pendekatan integratif berbasis konteks lokal (B) menjaga relevansi sosial dan tetap mendukung pencapaian kompetensi nasional. Tema kewirausahaan perikanan memadukan ekonomi lokal, sains, dan keterampilan abad 21. Strategi ini juga selaras dengan prinsip contextual teaching and learning (CTL). Pilihan A ekstrem dan mengabaikan fungsi pendidikan formal; C, D, dan E tidak menyentuh akar permasalahan konteks sosial.

Soal 12

Dalam implementasi kurikulum baru, ditemukan variasi kemampuan siswa yang sangat lebar dalam satu kelas. Sebagian siswa cepat menyerap konsep, sementara yang lain memerlukan pendampingan intensif. Sebagai pengembang kurikulum, bagaimana pendekatan yang paling tepat agar proses belajar tetap inklusif dan efektif?

A. Membuat satu model pembelajaran yang sama untuk semua siswa agar pemerataan tercapai.
B. Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi berbasis kesiapan, minat, dan profil belajar siswa, serta menyediakan variasi produk belajar.
C. Menurunkan standar capaian pembelajaran agar semua siswa bisa mencapai hasil minimal.
D. Mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan hanya fokus pada kelompok berprestasi tinggi.
E. Memberikan tugas tambahan kepada siswa yang lambat tanpa menyesuaikan pendekatan guru.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pembelajaran berdiferensiasi (B) adalah prinsip utama Kurikulum Merdeka yang menempatkan setiap siswa sebagai individu unik. Dengan menyesuaikan konten, proses, dan produk belajar, kurikulum menjadi lebih inklusif tanpa menurunkan standar. Pilihan A dan C mengabaikan potensi siswa, D diskriminatif, dan E tidak efektif karena tidak menyentuh akar kebutuhan belajar.

Soal 13

Laporan supervisi menunjukkan bahwa guru sudah memiliki RPP yang sesuai format kurikulum baru, tetapi proses pembelajaran di kelas masih bersifat ceramah satu arah dan minim kegiatan eksploratif. Apa interpretasi yang paling tepat terhadap situasi ini?

A. Guru sudah menerapkan kurikulum dengan baik karena dokumennya lengkap.
B. Implementasi kurikulum belum optimal karena transformasi paradigma belum terjadi di level praktik pembelajaran.
C. Kurikulum terlalu sulit untuk diterapkan sehingga guru sebaiknya kembali ke metode lama.
D. Pemerintah perlu menghapus RPP agar guru tidak terbebani.
E. Masalah ini tidak perlu diperhatikan karena siswa tetap lulus ujian.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Masalah ini mencerminkan implementation gap antara dokumen dan praktik. Walau administrasi sudah sesuai, esensi kurikulum berbasis kompetensi menuntut perubahan paradigma dari “mengajar” ke “membelajarkan”. Jawaban B menyoroti aspek transformasi pedagogis, bukan hanya kepatuhan administratif. Pilihan lain mengabaikan esensi mutu pembelajaran.

Soal 14

Setelah pelaksanaan Asesmen Diagnostik di awal tahun, guru menemukan bahwa 45% siswa belum mencapai kemampuan dasar membaca pemahaman. Sebagai pengembang kurikulum di sekolah tersebut, langkah strategis apa yang paling tepat dilakukan?

A. Menyusun program intervensi literasi terarah dan menyesuaikan alur capaian pembelajaran di awal semester.
B. Mengabaikan hasil asesmen karena fokus utama tetap pada materi yang harus diselesaikan.
C. Meminta guru menambah jam pelajaran bahasa Indonesia tanpa perubahan metode.
D. Mengganti kurikulum nasional dengan kurikulum lokal agar lebih mudah.
E. Menunda evaluasi sampai tahun berikutnya agar data lebih stabil.

Jawaban benar: A.

Pembahasan:
Langkah A menunjukkan penggunaan data asesmen sebagai dasar perbaikan kurikulum (data-driven curriculum development). Intervensi literasi dan penyesuaian CP di awal semester memastikan kesesuaian antara kebutuhan siswa dan proses belajar. Pilihan B, C, D, dan E tidak menjawab permasalahan mendasar dan tidak berbasis bukti.

Soal 15

Dalam merancang proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), tim sekolah berencana menggunakan tema “Teknologi dan Kemanusiaan”. Namun, sebagian guru ingin agar proyek lebih berfokus pada penggunaan AI tanpa membahas nilai etika dan dampak sosialnya. Sebagai pengembang kurikulum, rekomendasi apa yang paling bijak?

A. Mendukung fokus pada AI sepenuhnya agar siswa cepat menguasai teknologi modern.
B. Menekankan keseimbangan antara penguasaan teknologi dan refleksi etika serta tanggung jawab sosial dalam setiap aktivitas proyek.
C. Menghapus tema AI karena terlalu kompleks bagi siswa.
D. Membatasi proyek hanya untuk siswa berprestasi tinggi yang paham teknologi.
E. Mengalihkan tema ke bidang lain yang lebih mudah diukur.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
B adalah pendekatan komprehensif sesuai prinsip kurikulum abad 21: teknologi harus diimbangi dengan nilai kemanusiaan, empati, dan tanggung jawab sosial. Pengembangan etika digital menjadi bagian integral dari P5. Pilihan A bersifat sempit (teknosentris), C dan E menghindari tantangan pendidikan, D diskriminatif dan tidak inklusif.

Soal 16

Dalam rancangan kurikulum baru, tim pengembang menetapkan sejumlah kompetensi inti yang harus dicapai siswa di akhir fase pembelajaran. Namun, dalam implementasinya, guru masih menilai keberhasilan belajar berdasarkan skor ujian akhir. Apa yang perlu dilakukan pengembang kurikulum untuk memastikan implementasi KBK berjalan sesuai prinsip dasarnya?

A. Memperbanyak jumlah ujian agar kompetensi bisa diukur lebih rinci.
B. Menyusun panduan asesmen autentik yang menilai kemampuan berpikir dan keterampilan nyata siswa dalam berbagai konteks.
C. Menghapus semua bentuk penilaian agar pembelajaran lebih bebas.
D. Membatasi kebebasan guru dalam menentukan metode penilaian.
E. Mengganti kompetensi inti dengan materi hafalan agar mudah dinilai.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Penilaian autentik (B) adalah ciri khas KBK. Tujuannya menilai keterampilan nyata siswa, bukan sekadar hasil ujian. Pengembang kurikulum perlu memberikan panduan asesmen yang menilai kinerja, produk, refleksi, dan proses berpikir. Pilihan lain bertentangan dengan prinsip KBK yang menekankan learning outcomes dan performansi nyata, bukan hafalan atau skor semata.

Soal 17

Dalam proses penyusunan kurikulum daerah, muncul konflik antara dinas pendidikan, guru, dan tokoh masyarakat. Guru menginginkan muatan lokal berbasis seni budaya, sedangkan dinas menekankan literasi digital dan industri kreatif. Bagaimana peran pengembang kurikulum dalam menyelesaikan perbedaan ini secara profesional dan produktif?

A. Memihak kepada guru karena mereka pelaksana langsung pembelajaran.
B. Menyusun forum diskusi partisipatif untuk menemukan titik temu antara pelestarian budaya lokal dan inovasi digital.
C. Mengikuti arahan dinas pendidikan agar kebijakan cepat diterapkan.
D. Menunda penyusunan kurikulum sampai semua pihak setuju.
E. Menghapus muatan lokal agar fokus pada kompetensi digital saja.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Pengembang kurikulum berperan sebagai fasilitator dialog antar pemangku kepentingan. Forum partisipatif memungkinkan integrasi antara budaya lokal dan inovasi digital (mis. digitalisasi seni tradisional). Pendekatan ini menjaga relevansi kurikulum, meningkatkan rasa memiliki, dan mendukung prinsip bottom-up policy. Pilihan A dan C menimbulkan ketimpangan, D menunda kemajuan, dan E menghilangkan konteks lokal.

Soal 18

Evaluasi tahunan menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum memahami perubahan minor dalam struktur capaian pembelajaran (CP). Akibatnya, implementasi di kelas masih mengacu pada versi lama. Apa langkah strategis paling tepat dilakukan pengembang kurikulum agar revisi kurikulum berkelanjutan dapat diterapkan efektif di lapangan?

A. Mengirim dokumen revisi tanpa sosialisasi karena perubahan bersifat kecil.
B. Melakukan pendampingan guru melalui lokakarya dan klinik kurikulum agar pemahaman perubahan benar-benar diterapkan.
C. Mengganti seluruh CP agar guru mau belajar ulang.
D. Menyerahkan pemahaman revisi kepada kepala sekolah saja.
E. Menghentikan revisi kurikulum karena dianggap membingungkan.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Revisi kurikulum memerlukan proses capacity building. Pendampingan dan klinik kurikulum (B) memastikan guru tidak hanya mengetahui perubahan, tetapi memahami konteks dan rasionalnya. Komunikasi dan pelatihan adalah kunci keberhasilan implementasi. Pilihan A, D, dan E mengabaikan peran profesionalisme guru; C justru memperburuk situasi dengan menambah beban adaptasi.

Soal 19

Sebuah sekolah melaporkan bahwa siswa antusias mengikuti proyek P5, tetapi belum tampak peningkatan dalam aspek kolaborasi dan refleksi diri. Sebagai pengembang kurikulum, apa analisis dan rekomendasi paling tepat terhadap kondisi tersebut?

A. Proyek sudah berhasil karena antusiasme siswa tinggi.
B. Perlu penguatan mekanisme asesmen formatif dan refleksi agar proyek tidak hanya menjadi aktivitas, tetapi juga pembelajaran nilai dan sikap.
C. Menambah jumlah proyek agar dampak terlihat lebih cepat.
D. Mengganti tema proyek dengan yang lebih menarik.
E. Menghentikan proyek karena tidak menunjukkan hasil signifikan.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Antusiasme bukan indikator keberhasilan pendidikan karakter. Pengembang kurikulum perlu memastikan adanya proses refleksi dan asesmen formatif untuk menilai aspek sikap dan nilai. Pendekatan reflection-based learning membuat siswa memahami makna kegiatan. Pilihan A dangkal, C dan D hanya kosmetik, E tidak konstruktif.

Soal 20

Dalam pengembangan kurikulum baru, ditemukan bahwa materi dan contoh pembelajaran masih bias terhadap budaya perkotaan dan tidak merepresentasikan keberagaman sosial di Indonesia. Apa prinsip utama yang harus dipegang pengembang kurikulum agar kurikulum menjadi inklusif dan adil secara sosial?

A. Menghapus konten budaya agar kurikulum netral dan tidak berpihak.
B. Memastikan konten kurikulum mencerminkan keberagaman budaya, gender, dan sosial ekonomi melalui representasi yang setara.
C. Fokus pada budaya dominan karena lebih mudah diterima masyarakat luas.
D. Membiarkan guru menyesuaikan sendiri tanpa pedoman inklusivitas.
E. Mengalihkan pembahasan ke ranah ekstrakurikuler agar tidak memengaruhi kurikulum utama.

Jawaban benar: B.

Pembahasan:
Kurikulum yang adil harus inklusif dan representatif. Prinsip keadilan sosial menuntut pengembang memastikan semua identitas dan pengalaman siswa terwakili dalam materi dan metode belajar. Hal ini selaras dengan prinsip equity education dan culturally responsive curriculum. Pilihan A dan C memperkuat bias, D dan E menghindari tanggung jawab desain kurikulum yang inklusif.

Siap Lolos Uji Kompetensi Pengembang Kurikulum? Saatnya Buktikan!

Jangan hanya belajar sekilas — kuasai strategi, pola soal, dan pembahasan mendalam yang benar-benar mengasah kemampuan analisis Anda. Di fungsional.id, tersedia Paket Soal Prediktif Pengembang Kurikulum PPPK/CPNS lengkap dengan kisi-kisi terbaru, pembahasan logis, dan simulasi ujian interaktif yang dirancang seperti ujian resmi.

📘 Dengan berlatih menggunakan paket ini, Anda akan:

  • Memahami arah kebijakan kurikulum nasional terkini.
  • Melatih berpikir tingkat tinggi (HOTS) sesuai standar asesmen BKN.
  • Mendapatkan pembahasan rinci untuk setiap soal agar belajar lebih terarah.
  • Mengukur kesiapan diri dengan fitur evaluasi dan skor otomatis.

🎯 Jangan tunggu kesempatan lewat!
Raih skor tertinggi dan jadilah Pengembang Kurikulum profesional yang siap lolos ujikom maupun seleksi PPPK/CPNS.
👉 Klik sekarang di fungsional.id dan mulai perjalanan sukses Anda hari ini!

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Dapatkan Akses Sistem CBT dengan ratusan paket soal + pembahasan!

Butuh Bantuan?