Dokter Spesialis Gizi Klinik memiliki peran sentral dalam sistem pelayanan kesehatan, terutama dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang berkaitan dengan status gizi individu maupun kelompok. Di tengah meningkatnya kasus malnutrisi, penyakit metabolik, serta komplikasi gizi pada penyakit kronis dan kritis, kehadiran dokter spesialis gizi menjadi sangat vital untuk memastikan intervensi yang tepat berbasis ilmu kedokteran dan nutrisi klinik. Dalam seleksi ASN seperti PPPK dan CPNS, kompetensi dokter spesialis gizi diuji melalui skenario kasus kompleks, yang mengukur kemampuan klinis, ketepatan diagnosis, formulasi terapi nutrisi, serta pengetahuan etika dan regulasi.
Artikel ini menyajikan lebih dari 100 butir soal latihan untuk membantu para calon PPPK/CPNS formasi Dokter Spesialis Gizi Klinik. Soal-soal disusun dalam format naratif panjang (5–8 kalimat) yang menekankan konteks klinis nyata serta pilihan jawaban yang menuntut penalaran tingkat tinggi (HOTS). Disediakan pula kunci jawaban dan pembahasan singkat agar pembaca dapat mengevaluasi pemahamannya secara mandiri.
Table of Contents
ToggleKisi-Kisi & Materi Uji Kompetensi Dokter Spesialis Gizi Klinik

Uji Kompetensi ini mengukur kemampuan klinis dokter spesialis gizi dalam menilai, merancang, dan menangani terapi gizi. Materi meliputi status gizi, nutrisi klinis, serta etika dan komunikasi medis yang relevan untuk seleksi PPPK/CPNS. Kisi-kisi mencakup aspek teknis, klinis, dan profesional yang menjadi standar dalam praktik dokter spesialis gizi di fasilitas pelayanan kesehatan
- Penilaian Status Gizi Klinis (Nutritional Assessment)
Soal mencakup metode antropometri (IMT, lingkar lengan, skinfold), biokimia (albumin, Hb, CRP), klinis (edema, nyeri tekan), dan dietetik (24h recall, FFQ). - Manajemen Terapi Gizi Medis (TGM)
Fokus pada pemberian terapi gizi sesuai penyakit: DM, CKD, penyakit hati, gagal jantung, dan kanker. Termasuk perhitungan kebutuhan energi, protein, cairan, dan mikronutrien. - Tatalaksana Malnutrisi dan Cachexia
Soal menguji klasifikasi malnutrisi (marasmus, kwashiorkor, PEM), skoring NRS-2002 atau MUST, dan strategi intervensi termasuk pemberian makanan medis khusus (MMK). - Nutrisi Enteral dan Parenteral
Pemilihan formula enteral, teknik pemasangan NGT/PEG, pemantauan toleransi pemberian nutrisi, serta indikasi dan risiko TPN (total parenteral nutrition). - Penanganan Gizi pada Penyakit Akut dan Kritis
Penilaian dan perhitungan kebutuhan gizi pasien ICU, luka bakar, sepsis, dan trauma. Termasuk pengaturan refeeding syndrome dan elektrolit kritis. - Gizi pada Penyakit Metabolik dan Endokrin
Tatalaksana gizi pada obesitas, dislipidemia, DM tipe 1 dan 2, sindrom metabolik, dan penyakit tiroid dengan pendekatan presisi nutrisi. - Gizi pada Usia Khusus (Geriatri, Anak, Ibu Hamil)
Penyesuaian terapi gizi berdasarkan usia, status hormonal, dan kondisi fisiologis. Termasuk soal untuk laktasi, menopause, stunting, dan sarkopenia. - Gizi Klinis Preventif dan Promotif
Soal mengukur kemampuan dokter dalam menyusun intervensi berbasis bukti untuk promosi gaya hidup sehat, skrining populasi risiko tinggi, dan edukasi nutrisi. - Interaksi Obat dan Nutrisi
Pemahaman efek farmakologis terhadap status gizi (misal: metformin dan B12, statin dan CoQ10), serta makanan yang memengaruhi farmakokinetik obat. - Penerapan Clinical Pathway dan Standar Asuhan Gizi Klinik
Soal mencakup format SOAP gizi klinis, integrasi terapi gizi dalam tatalaksana tim medis, dan penguasaan clinical pathway rawat inap (misal: stroke, CKD, kanker).
Contoh Soal PPPK Dokter Spesialis Gizi Klinik
Berikut ini adalah contoh soal Uji Kompetensi PPPK CPNS Dokter Spesialis Gizi Klinik. Setiap soal dibuat dalam paragraf panjang yang menguji pemahaman klinis dan kemampuan penalaran secara mendalam. Soal lengkap beserta kunci jawaban dan pembahasan akan dilanjutkan di bawah.
Soal nomor 1
Seorang wanita usia 58 tahun dirawat karena gagal jantung kongestif. Ia mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan terakhir, nafsu makan menurun, dan sering merasa lemas. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar albumin 2,7 g/dL dan CRP meningkat. Dokter gizi klinik diminta melakukan asesmen status gizinya. Berdasarkan kriteria GLIM, pasien ini termasuk ke dalam malnutrisi kategori sedang. Apa langkah intervensi gizi paling awal yang sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis gizi klinik?
A. Memberikan diet tinggi protein tanpa membatasi cairan
B. Memulai parenteral nutrition secara penuh sejak hari pertama
C. Menunda intervensi gizi sampai CRP kembali normal
D. Memberikan oral nutrition supplement (ONS) sambil memantau asupan
E. Melakukan restriksi kalori ketat selama 3 hari awal
Jawaban: D
Pembahasan: Pada pasien dengan risiko malnutrisi menurut GLIM, pemberian ONS adalah pendekatan awal yang disarankan sebelum terapi invasif seperti nutrisi parenteral. Pemberian ONS membantu memenuhi kebutuhan kalori dan protein secara bertahap, terutama jika pasien masih bisa makan sebagian. CRP tinggi tidak menjadi alasan menunda intervensi.
Soal nomor 2
Seorang pasien laki-laki usia 65 tahun dengan riwayat stroke dirawat di ruang intensif. Ia tidak sadar dan tidak mampu menelan, dengan status gizi buruk berdasarkan SGA. Dokter merencanakan pemberian nutrisi enteral melalui NGT. Sebagai dokter spesialis gizi klinik, Anda meninjau jadwal pemberian dan komposisi nutrisi tersebut. Apa prinsip penting dalam memulai terapi nutrisi enteral pada pasien ini?
A. Pemberian nutrisi segera dalam 24–48 jam dengan laju bertahap
B. Menunda pemberian makan hingga pasien sadar penuh
C. Memberikan formula tinggi serat larut sejak hari pertama
D. Menggunakan parenteral nutrition total untuk 7 hari pertama
E. Memberikan makanan blender secara bolus setiap 4 jam
Jawaban: A
Pembahasan: Pada pasien kritis dengan status gizi buruk, terapi nutrisi enteral sebaiknya dimulai dalam 24–48 jam jika tidak ada kontraindikasi. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk menyesuaikan toleransi dan mencegah komplikasi seperti aspirasi atau diare.
Soal nomor 3
Seorang pria usia 40 tahun menjalani pengobatan HIV/AIDS selama 5 tahun. Ia datang ke klinik dengan keluhan berat badan menurun, mual, dan diare kronik. Status gizinya menunjukkan BMI 17,5 kg/m², dan intake kalori hariannya tidak mencukupi. Dokter merencanakan intervensi gizi terpadu. Apa yang seharusnya menjadi prioritas dalam terapi gizi pada pasien ini?
A. Fokus pada peningkatan konsumsi probiotik dan prebiotik
B. Pemberian suplemen mikronutrien tanpa memperhatikan kalori total
C. Meningkatkan asupan energi dan protein sesuai rekomendasi spesifik HIV
D. Menurunkan asupan lemak untuk mengurangi gangguan pencernaan
E. Menunda intervensi gizi karena pasien sedang dalam terapi ARV
Jawaban: C
Pembahasan: Pasien HIV/AIDS membutuhkan intervensi gizi dengan asupan energi dan protein yang cukup tinggi untuk mencegah wasting dan mendukung respons imun. Rekomendasi ESPEN dan WHO menyarankan peningkatan kalori dan protein, bukan hanya suplemen mikronutrien semata.
Soal nomor 4
Seorang perempuan usia 32 tahun sedang hamil trimester kedua dan dirujuk ke dokter gizi klinik karena anemia dan kekurangan berat badan. Berat badannya hanya naik 2 kg selama kehamilan. Hasil laboratorium menunjukkan kadar Hb 9,5 g/dL dan serum feritin rendah. Pasien juga mengeluhkan sering mual saat makan. Apa pendekatan intervensi gizi yang paling tepat untuk kasus ini?
A. Memberikan diet tinggi zat besi dan suplementasi dengan edukasi pola makan
B. Meresepkan parenteral iron therapy tanpa penilaian lebih lanjut
C. Membatasi karbohidrat untuk mencegah kenaikan berat badan berlebih
D. Menyarankan konsumsi makanan dingin untuk merangsang nafsu makan
E. Mengutamakan protein nabati untuk menghindari mual
Jawaban: A
Pembahasan: Pada kehamilan dengan anemia defisiensi besi dan penambahan berat badan yang kurang, terapi meliputi edukasi nutrisi, peningkatan asupan zat besi dari makanan, serta suplementasi oral sesuai standar WHO. Pendekatan ini juga mempertimbangkan gejala mual yang dapat diatasi dengan modifikasi pola makan.
Soal nomor 5
Seorang pasien dirawat karena pankreatitis akut dan sedang menjalani puasa total. Hari ke-3, dokter meminta pendapat dokter gizi klinik mengenai pemberian nutrisi. Pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami hipokalemia ringan dan kadar glukosa darah meningkat. Dalam situasi seperti ini, apa risiko utama yang perlu diantisipasi ketika memulai terapi nutrisi parenteral?
A. Hiperkalemia akibat mobilisasi kalium
B. Defisiensi vitamin larut lemak
C. Terjadinya refeeding syndrome
D. Peningkatan tekanan intrakranial
E. Hiponatremia akibat cairan bebas
Jawaban: C
Pembahasan: Refeeding syndrome adalah risiko utama ketika memulai nutrisi, terutama parenteral, pada pasien yang telah berpuasa lama. Ditandai oleh gangguan elektrolit seperti hipofosfatemia, hipokalemia, dan hipomagnesemia yang dapat membahayakan pasien. Pencegahan dan deteksi dini sangat penting.
Soal nomor 6
Seorang pasien usia 55 tahun dengan diabetes tipe 2 dan nefropati tahap 3 datang untuk konsultasi gizi. Ia memiliki riwayat hipertensi dan kadar HbA1c sebesar 8,2%. Dokter gizi klinik diminta memberikan saran diet yang tepat. Pasien mengaku suka makanan tinggi protein dan garam, dan merasa sulit menahan lapar di malam hari. Tujuan terapi adalah mengendalikan glukosa darah, melindungi fungsi ginjal, dan menjaga status gizi. Apa pendekatan diet yang paling sesuai untuk pasien ini?
A. Diet tinggi protein untuk mencegah wasting otot
B. Diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak
C. Diet tinggi serat, moderat protein, rendah natrium
D. Diet ketogenik untuk menstabilkan gula darah
E. Diet tinggi kalori dengan suplemen glukosa malam
Jawaban: C
Pembahasan: Pasien dengan diabetes dan penyakit ginjal kronik membutuhkan diet yang menyeimbangkan kontrol glukosa dan fungsi ginjal. Diet tinggi serat membantu glikemik kontrol, sementara protein dan natrium perlu dikontrol untuk memperlambat progresi nefropati. Diet ketogenik dan tinggi protein tidak direkomendasikan untuk pasien nefropati.
Soal nomor 7
Seorang remaja laki-laki usia 17 tahun dirujuk ke dokter gizi klinik karena kegemukan dan tekanan darah tinggi. Pasien sering mengonsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan kurang aktivitas fisik. Pemeriksaan menunjukkan BMI di atas persentil ke-95, tekanan darah 140/90 mmHg, dan kadar kolesterol LDL yang tinggi. Edukasi dan intervensi gizi direncanakan dalam program jangka panjang. Apa komponen edukasi yang paling penting dalam fase awal?
A. Fokus pada larangan makanan cepat saji secara total
B. Edukasi keluarga tentang modifikasi gaya hidup dan pola makan
C. Pemberian suplemen serat dan omega-3
D. Menekankan target penurunan berat badan cepat
E. Membatasi makan malam dan sarapan saja
Jawaban: B
Pembahasan: Pada remaja, keberhasilan terapi gizi sangat bergantung pada dukungan keluarga. Edukasi keluarga untuk perubahan pola makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup sehat adalah strategi utama. Pendekatan pelarangan total atau target penurunan cepat cenderung tidak bertahan lama dan tidak realistis.
Soal nomor 8
Seorang pasien dengan kanker pankreas stadium lanjut dirawat karena penurunan berat badan drastis dan kelelahan. Ia mengeluhkan mual berat setelah makan, dan nafsu makan menurun. Pasien sedang menjalani kemoterapi siklus ke-3. Dokter gizi klinik diminta mengevaluasi asupan nutrisinya. Dalam konteks ini, apa tujuan utama dari intervensi gizi paliatif?
A. Memaksimalkan peningkatan berat badan
B. Menekan mual dan muntah dengan puasa intermiten
C. Memberikan asupan energi cukup dan mengurangi gejala
D. Menghindari semua makanan padat dan berlemak
E. Fokus pada terapi parenteral jangka panjang
Jawaban: C
Pembahasan: Pada pasien kanker stadium lanjut, tujuan utama intervensi gizi adalah mempertahankan kualitas hidup, mengurangi gejala gastrointestinal, dan mencukupi kebutuhan energi semampunya. Bukan fokus pada peningkatan berat badan drastis, melainkan pendekatan individual dan suportif.
Soal nomor 9
Seorang ibu menyusui datang ke klinik dengan keluhan lemas dan berat badan tidak naik setelah melahirkan. Bayinya berusia 2 bulan dan menyusu secara eksklusif. Ibu merasa kurang makan karena kesibukan dan tidak sempat menyiapkan makanan bergizi. Ia juga mengalami rambut rontok dan gangguan tidur. Apa pendekatan nutrisi yang paling tepat bagi ibu menyusui dengan kondisi ini?
A. Menyediakan suplemen zat besi dan zinc tanpa modifikasi diet
B. Menyarankan konsumsi makanan tinggi kalori dan vitamin B kompleks
C. Membatasi makanan pedas dan berminyak untuk mencegah kolik bayi
D. Fokus pada makanan cair saja agar mudah dikonsumsi
E. Mengurangi frekuensi menyusui untuk menghemat energi ibu
Jawaban: B
Pembahasan: Ibu menyusui membutuhkan asupan kalori dan mikronutrien lebih tinggi, termasuk vitamin B kompleks yang berperan pada metabolisme energi. Rambut rontok dan lemas dapat berkaitan dengan kekurangan energi dan zat gizi. Edukasi mengenai pola makan bergizi dan realistis sangat penting.
Soal nomor 10
Seorang pasien laki-laki usia 68 tahun dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan berat badan dan kesulitan menelan. Ia menjalani terapi levodopa dan sering makan dalam posisi duduk tegak. Pasien tinggal sendiri dan kadang lupa makan. Evaluasi dokter menunjukkan tanda-tanda disfagia ringan dan risiko aspirasi. Apa strategi nutrisi terbaik untuk kondisi ini?
A. Mengganti makanan biasa dengan makanan cair encer
B. Memberikan suplementasi tinggi kalori melalui parenteral
C. Menerapkan diet tekstur lunak dan teknik makan aman
D. Memberikan suplemen protein tinggi di malam hari
E. Menghentikan semua makanan padat dan menggunakan NGT
Jawaban: C
Pembahasan: Pasien Parkinson dengan disfagia membutuhkan modifikasi tekstur makanan agar aman ditelan, serta pelatihan teknik makan yang benar. Makanan cair encer meningkatkan risiko aspirasi. Intervensi harus difokuskan pada keamanan makan dan menjaga asupan energi.
Soal nomor 11
Seorang pasien usia 45 tahun dengan obesitas dan sindrom metabolik dirujuk ke dokter gizi klinik. Ia memiliki tekanan darah tinggi, kadar trigliserida 280 mg/dL, dan lingkar perut 105 cm. Pasien menyatakan tidak memiliki waktu berolahraga dan sering makan malam di atas pukul 22.00. Dokter ingin menyusun intervensi berbasis diet dan edukasi perilaku makan. Pendekatan mana yang paling rasional dalam penanganan awal?
A. Memulai diet ketogenik dengan pembatasan karbohidrat ketat
B. Menerapkan puasa intermiten 16:8 dengan pengurangan kalori drastis
C. Memberikan diet seimbang rendah kalori dan perubahan perilaku makan
D. Fokus pada konsumsi suplemen penurun lemak
E. Menunda edukasi makan hingga pasien memulai olahraga rutin
Jawaban: C
Pembahasan: Untuk sindrom metabolik, intervensi awal yang direkomendasikan adalah pengaturan pola makan seimbang, rendah kalori, dan fokus pada perubahan gaya hidup, termasuk perilaku makan. Pendekatan ekstrem (ketogenik, puasa intermiten ketat) tidak cocok sebagai langkah awal.
Soal nomor 12
Pasien laki-laki usia 62 tahun dengan sirosis hati kompensata datang untuk evaluasi gizi. Ia memiliki asites ringan, sering merasa kenyang cepat, dan mengalami penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir. Asupan makanan utamanya berupa nasi dan lauk goreng. Dokter gizi ingin merancang pola makan harian. Apa strategi diet yang paling sesuai dalam kasus ini?
A. Diet tinggi protein hewani dan rendah karbohidrat
B. Diet rendah natrium, tinggi energi, dan frekuensi makan ditingkatkan
C. Diet bebas lemak dan hanya makanan cair
D. Diet puasa berkala untuk mengistirahatkan hati
E. Memberikan protein tinggi dalam bentuk suplemen pagi saja
Jawaban: B
Pembahasan: Pasien sirosis dengan asites membutuhkan diet rendah natrium untuk mengontrol cairan, serta energi tinggi dalam porsi kecil dan sering untuk mencegah hipoglikemia. Kenyang cepat harus disiasati dengan frekuensi makan dan makanan mudah cerna.
Soal nomor 13
Seorang wanita usia 29 tahun menjalani diet vegan ketat selama 2 tahun. Ia datang ke klinik dengan keluhan mudah lelah, sariawan, dan sering kesemutan. Pemeriksaan menunjukkan kadar hemoglobin 10 g/dL dan vitamin B12 sangat rendah. Apa saran gizi utama dari dokter gizi klinik?
A. Menambah konsumsi sayur berdaun hijau dan buah-buahan
B. Mengganti pola vegan menjadi diet lakto-ovo-vegetarian
C. Memberikan edukasi tentang kombinasi protein nabati
D. Menambahkan suplemen vitamin B12 secara rutin
E. Meningkatkan konsumsi tempe dan tahu saja
Jawaban: D
Pembahasan: Diet vegan ketat dapat menyebabkan defisiensi vitamin B12, karena nutrien ini terutama berasal dari produk hewani. Suplementasi B12 sangat penting dan menjadi langkah utama, selain edukasi diet seimbang berbasis nabati.
Soal nomor 14
Pasien usia 38 tahun dengan gangguan makan binge eating dirujuk untuk penanganan gizi. Ia mengalami siklus makan dalam jumlah besar di malam hari, diikuti rasa bersalah. Berat badan meningkat signifikan dalam 6 bulan terakhir. Dalam sesi konseling gizi, pendekatan mana yang paling sesuai?
A. Menekankan kontrol diri dan menghentikan makan malam
B. Menganjurkan puasa 24 jam tiap minggu
C. Memberikan edukasi mindful eating dan jurnal makanan
D. Mewajibkan diet sangat rendah kalori selama 3 bulan
E. Fokus pada pembatasan camilan sepenuhnya
Jawaban: C
Pembahasan: Gangguan binge eating perlu didekati dengan edukasi perilaku seperti mindful eating, pencatatan makanan, dan pemahaman terhadap pemicu makan emosional. Pendekatan yang terlalu membatasi justru dapat memperburuk siklus binge.
Soal nomor 15
Seorang pasien anak usia 7 tahun didiagnosis mengalami gagal tumbuh (failure to thrive). Anak tersebut memiliki berat badan di bawah persentil ke-3, sering sakit, dan nafsu makan sangat rendah. Pemeriksaan tidak menunjukkan kelainan organik yang jelas. Apa langkah awal yang tepat dari dokter gizi klinik?
A. Memberikan suplemen zat besi dan kalsium tinggi
B. Menganjurkan makanan cair dalam jumlah besar
C. Mengganti semua makanan rumah dengan makanan instan
D. Memberikan diet rendah alergi selama 3 bulan
E. Menyusun diet tinggi energi dengan makanan padat gizi
Jawaban: E
Pembahasan: Penanganan awal gagal tumbuh tanpa gangguan organik adalah peningkatan asupan energi dan padat gizi. Anak perlu diberi makanan yang disukai tapi tetap bergizi, dalam frekuensi yang sering, untuk meningkatkan status gizi secara bertahap.
Soal nomor 16
Seorang pasien rawat inap pasca-bedah gastrointestinal mayor mengalami penurunan asupan makan. Ia merasa mual, kenyang cepat, dan lemah. Dokter gizi menilai asupan energi pasien hanya 40% dari kebutuhan selama 3 hari terakhir. Apa langkah intervensi gizi yang paling tepat saat ini?
A. Menunggu nafsu makan kembali tanpa intervensi
B. Segera memulai nutrisi enteral jika fungsi GI memungkinkan
C. Memberikan diet tinggi serat dan lemak
D. Memberikan makanan padat biasa secara paksa
E. Memulai nutrisi parenteral total
Jawaban: B
Pembahasan: Pada pasien pasca-bedah dengan penurunan intake signifikan, nutrisi enteral adalah pilihan pertama bila fungsi saluran cerna masih memungkinkan. Ini mencegah malnutrisi dan mempercepat pemulihan tanpa risiko nutrisi parenteral.
Soal nomor 17
Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan HIV/AIDS datang ke klinik gizi. Ia mengalami diare kronik, penurunan berat badan, dan asupan makan rendah. Pasien mengeluh tidak enak makan dan mengalami mulut kering. Apa pendekatan gizi yang paling sesuai untuk pasien ini?
A. Menghindari semua makanan tinggi lemak
B. Memberikan suplemen protein tinggi tanpa modifikasi diet
C. Diet tinggi energi dan protein dalam bentuk mudah cerna
D. Diet cair penuh sampai diare berhenti total
E. Diet ketat rendah gula dan tinggi garam
Jawaban: C
Pembahasan: Pasien HIV/AIDS dengan wasting syndrome dan diare kronik memerlukan diet tinggi energi dan protein yang mudah dicerna, termasuk makanan lunak dan kecil tapi sering. Fokusnya adalah mempertahankan berat badan dan kekebalan tubuh.
Soal nomor 18
Pasien usia 21 tahun dengan anoreksia nervosa dirawat di bangsal psikiatri. Berat badannya hanya 35 kg dengan indeks massa tubuh 14. Ia menolak makan dan takut gemuk. Dokter gizi dilibatkan untuk mendukung proses rehabilitasi nutrisi. Apa prioritas utama dari intervensi gizi ini?
A. Menurunkan kecemasan dengan membiarkan pasien memilih menu
B. Memberikan edukasi tentang komposisi tubuh dan lemak
C. Meningkatkan asupan serat untuk memperbaiki pencernaan
D. Menyediakan makanan cair secara bebas
E. Menyusun rencana refeeding dengan pemantauan medis ketat
Jawaban: E
Pembahasan: Pada anoreksia nervosa berat, fase refeeding perlu diawasi ketat karena risiko sindrom refeeding. Penambahan kalori bertahap dan pemantauan elektrolit sangat penting. Pendekatan multidisiplin melibatkan psikolog dan psikiater juga krusial.
Soal nomor 19
Seorang ibu hamil usia 32 minggu datang untuk evaluasi gizi karena BB-nya tidak naik dalam 2 bulan terakhir. Ia merasa mual terus-menerus dan hanya bisa makan sedikit nasi dan buah. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah normal, tetapi hemoglobin sedikit menurun. Apa intervensi gizi paling awal dan rasional dalam situasi ini?
A. Memberikan suplemen kalsium dosis tinggi
B. Menyarankan makanan kecil, sering, dan tinggi kalori
C. Memberikan makanan cair saja sampai mual hilang
D. Mengurangi konsumsi buah dan menggantinya dengan lauk
E. Memberikan puasa intermiten selama trimester ketiga
Jawaban: B
Pembahasan: Pada kehamilan lanjut dengan mual dan asupan rendah, strategi terbaik adalah makan kecil tapi sering, dengan fokus pada makanan padat energi dan bergizi. Ini membantu mencukupi kebutuhan ibu dan janin meski mual masih ada.
Soal nomor 20
Pasien lansia usia 74 tahun dengan demensia ringan tinggal di rumah dengan perawat. Ia sering lupa makan, minum sedikit, dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ringan. Berat badan menurun perlahan dalam 6 bulan terakhir. Apa pendekatan gizi terbaik dalam kondisi ini?
A. Mewajibkan makan tiga kali sehari tanpa camilan
B. Mengandalkan suplemen minuman energi setiap pagi
C. Menyediakan makanan kecil bergizi secara berkala dan pengawasan asupan cairan
D. Memberikan diet bebas garam dan rendah kalori
E. Menjadwalkan makan hanya saat lapar muncul
Jawaban: C
Pembahasan: Lansia dengan demensia sering mengalami penurunan asupan karena lupa makan dan gangguan rasa lapar. Memberikan makanan bergizi dalam porsi kecil secara teratur, serta memantau cairan, adalah strategi utama untuk mencegah malnutrisi dan dehidrasi.
Ingin mengakses lebih banyak soal dan pembahasan untuk Dokter Spesialis Gizi Klinik?

Masih tersedia ratusan soal latihan dan pembahasan yang membahas berbagai aspek penting dalam Uji Kompetensi Dokter Spesialis Gizi Klinik. Mulai dari tata laksana gizi pada pasien dengan penyakit metabolik, penatalaksanaan nutrisi enteral dan parenteral, hingga strategi intervensi gizi berbasis bukti di fasilitas kesehatan. Semua materi ini bisa diakses melalui platform digital fungsional.id, yang telah dipercaya sebagai pusat belajar utama untuk tenaga kesehatan fungsional dalam menghadapi seleksi PPPK dan CPNS.