Dokter Spesialis Neurologi adalah garda terdepan dalam menangani berbagai kelainan sistem saraf pusat maupun perifer. Dalam praktiknya, mereka dihadapkan pada kasus yang sangat kompleks mulai dari stroke, nyeri kepala, epilepsi, hingga gangguan gerak degeneratif. Kemampuan untuk melakukan diagnosis tepat, tata laksana cepat, dan interpretasi pemeriksaan penunjang sangat krusial dalam keberhasilan terapi pasien. Oleh karena itu, dalam seleksi ASN seperti PPPK dan CPNS, seorang neurolog diuji bukan hanya dari aspek teoritis, tapi juga kecakapan klinis dan pengambilan keputusan kritis berbasis bukti.
Uji kompetensi ini disusun untuk mengukur kesiapan dokter spesialis neurologi dalam menghadapi tantangan praktik klinis sesungguhnya. Kisi-kisi yang digunakan mengacu pada standar kompetensi terbaru dan mencakup seluruh spektrum keilmuan neurologi.
Table of Contents
ToggleKisi-Kisi & Materi Uji Kompetensi Dokter Spesialis NEUROLOGI

Berikut ini adalah cakupan materi yang biasa diujikan dalam Uji Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi. Kisi-kisi ini mencerminkan kondisi nyata dalam praktik klinis dan mencakup subdisiplin neurologi utama yang sering dijumpai:
- Diagnosis dan Tata Laksana Stroke Akut dan Kronik
Soal menguji kemampuan klinis dalam penanganan stroke iskemik dan hemoragik, tPA window period, NIHSS, rehabilitasi pasca-stroke, serta tata laksana faktor risiko (hipertensi, fibrilasi atrium). - Sindrom Nyeri Kepala dan Wajah
Mencakup diagnosis dan terapi migren, tension-type headache, cluster headache, neuralgia trigeminal, dan red flags yang mengindikasikan pemeriksaan lanjutan (CT/MRI). - Epilepsi dan Gangguan Kejang
Soal tentang klasifikasi ILAE (focal, generalized, unknown onset), tatalaksana status epileptikus, monitoring efek samping AED (antiepileptic drugs), serta pendekatan nonfarmakologis. - Gangguan Gerak dan Neurodegeneratif
Termasuk diagnosis dan manajemen Parkinson, Huntington, tremor esensial, koreoatetosis, dan penatalaksanaan rehabilitatif. - Neuropati dan Gangguan Saraf Perifer
Soal mengenai neuropati perifer diabetik, Guillain-Barré Syndrome, Bell’s palsy, carpal tunnel syndrome, serta interpretasi EMG/NCV. - Infeksi dan Radang Sistem Saraf Pusat
Mencakup diagnosis dan tata laksana meningitis, ensefalitis, neurotuberkulosis, neurocysticercosis, dan HIV-related neurologic complications. - Tumor Otak dan Lesi Intrakranial
Evaluasi gejala peningkatan tekanan intrakranial, penatalaksanaan awal massa otak, dan peran neurolog dalam MDT (multidisciplinary team). - Neuropsikiatri dan Gangguan Kognitif
Mencakup diagnosis dan tatalaksana demensia Alzheimer, vaskular, delirium, serta peran neurolog dalam skrining gangguan perilaku/kognitif pada lansia. - Neurotrauma dan Cedera Kepala
Fokus pada klasifikasi cedera kepala ringan-sedang-berat, GCS, penanganan edema serebri, hematoma subdural/epidural, dan indikasi imaging emergensi. - Interpretasi Pemeriksaan Penunjang Neurologis
Soal menguji pemahaman EEG, CT/MRI kepala, angiografi serebral, dan laboratorium penunjang pada kasus neurologi akut dan kronis.
Soal Dokter Spesialis NEUROLOGI
Contoh soal berikut disusun berdasarkan pendekatan klinis dan HOTS (Higher Order Thinking Skills), dengan struktur narasi sepanjang 5–8 kalimat dan opsi jawaban yang menyerupai kondisi klinis nyata. Soal menguji kemampuan Anda dalam menilai gejala, menganalisis hasil pemeriksaan, menentukan diagnosis, serta menetapkan terapi yang sesuai.
Soal Nomor 1
Seorang pria usia 63 tahun datang ke IGD dengan kelemahan tiba-tiba di sisi kanan tubuh dan bicara pelo yang terjadi 2 jam lalu. Tekanan darahnya 170/100 mmHg, denyut nadi 92 x/menit, dan GDS 110 mg/dL. CT-scan kepala non-kontras menunjukkan tidak ada perdarahan. Skor NIHSS adalah 12. Pasien tidak memiliki riwayat perdarahan atau trauma kepala sebelumnya. Rumah sakit memiliki fasilitas trombolisis dan tim stroke aktif.
Apa tindakan yang paling tepat dilakukan pada pasien ini?
A. Tidak diberikan tPA karena tekanan darah tinggi
B. Ditunda pemberian tPA sambil menurunkan tekanan darah
C. Diberikan aspirin segera
D. Segera diberikan tPA karena memenuhi syarat
E. Lakukan MRI terlebih dahulu
Jawaban: D
Pembahasan:
Pasien mengalami stroke iskemik akut dengan onset <4,5 jam dan tidak ada kontraindikasi absolut. Tekanan darah dapat diturunkan <185/110 mmHg jika ingin diberikan tPA. Dengan fasilitas memadai dan NIHSS >6, pasien merupakan kandidat ideal trombolisis. MRI tidak diperlukan sebelum tPA jika CT sudah menyingkirkan perdarahan.
Soal Nomor 2
Seorang wanita 45 tahun mengeluh nyeri kepala sebelah kiri sejak 2 tahun terakhir yang datang berulang setiap bulan, disertai mual dan sensitif terhadap cahaya. Nyeri dirasakan seperti berdenyut, berlangsung selama 12 jam, dan mereda dengan tidur. Ia telah mencoba berbagai analgesik OTC tanpa perbaikan signifikan. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Apa kemungkinan diagnosis paling tepat pada pasien ini?
A. Tension-type headache
B. Migren tanpa aura
C. Migren dengan aura
D. Cluster headache
E. Neuralgia trigeminal
Jawaban: B
Pembahasan:
Deskripsi nyeri berdenyut, durasi lama, disertai mual dan fotofobia mendukung diagnosis migren tanpa aura. Tidak ada gejala aura klasik seperti visual scintillating atau paresis. Tension-type biasanya bilateral dan tanpa gejala sensorik. Neuralgia trigeminal bersifat lancip dan durasi sangat singkat.
Soal Nomor 3
Pria 27 tahun dibawa ke UGD karena kejang selama lebih dari 30 menit tanpa sadar penuh di antara episode. Ia memiliki riwayat epilepsi, namun lupa mengonsumsi obatnya dalam 2 hari terakhir. Pemeriksaan menunjukkan pasien tidak sadar, dengan pergerakan tonik-klonik umum, TD 140/90 mmHg, dan SpO2 92%.
Apa langkah pertama yang harus segera dilakukan pada pasien ini?
A. Berikan diazepam IV bolus
B. Intubasi dan ventilasi
C. Pemberian fenitoin IM
D. Lakukan CT kepala terlebih dahulu
E. Tunggu kejang berhenti spontan
Jawaban: A
Pembahasan:
Status epileptikus adalah keadaan gawat darurat. Diazepam IV bolus adalah lini pertama untuk menghentikan kejang akut. Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan fenitoin/levetiracetam. CT kepala bisa dilakukan setelah stabilisasi. Menunggu kejang berhenti sendiri meningkatkan risiko hipoksia dan kerusakan otak.
Soal Nomor 4
Seorang wanita 68 tahun mengalami gangguan berjalan, tremor saat istirahat, dan kekakuan otot progresif sejak 1 tahun lalu. Tidak ada riwayat stroke atau trauma. Pemeriksaan neurologis menunjukkan bradikinesia dan mikrografia. CT kepala menunjukkan atrofi ringan sesuai usia.
Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
A. Parkinson idiopatik
B. Stroke lakunar
C.Penyakit Huntington
D. Tremor esensial
E. ALS
Jawaban: C
Pembahasan:
Trias Parkinson klasik: tremor istirahat, bradikinesia, dan rigiditas. Mikrografia mendukung diagnosis. Tidak ditemukan chorea seperti pada Huntington. Tremor esensial biasanya postural dan tidak disertai bradikinesia. ALS melibatkan kelemahan otot tanpa tremor.
Soal Nomor 5.
Seorang pria berusia 61 tahun datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan utama berupa kelemahan mendadak pada lengan dan tungkai kanan yang terjadi sejak 2 jam yang lalu. Ia juga mengalami kesulitan berbicara, terdengar pelo, serta tampak bingung saat diajak berbicara, menunjukkan adanya gangguan pemahaman. Riwayat hipertensi telah diderita selama 8 tahun, namun pasien tidak rutin mengonsumsi obat. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 170/95 mmHg, denyut nadi 88 kali/menit, dan suhu 36,8°C. Pemeriksaan neurologis menunjukkan hemiparesis kanan dan afasia reseptif. CT scan kepala tanpa kontras tidak menunjukkan adanya perdarahan intraserebral. Skor NIHSS adalah 12. Apa tindakan paling tepat yang harus dilakukan saat ini?
A. Memberikan antiplatelet dan observasi
B. Melakukan trombolisis dengan alteplase intravena
C. Merujuk pasien ke rehabilitasi medik
D. Memberikan antikoagulan low-molecular-weight heparin
E. Menunggu hasil MRI otak sebelum terapi
Jawaban: B
Pembahasan:
Pasien mengalami stroke iskemik akut dengan onset jelas <4,5 jam, gejala neurologis signifikan (NIHSS 12), dan tidak ditemukan tanda perdarahan pada CT scan kepala. Alteplase IV merupakan terapi standar jika tidak ada kontraindikasi dan dilakukan dalam window time 4,5 jam. Pengobatan ini dapat memperbaiki luaran neurologis secara signifikan.
Soal Nomor 6.
Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke poliklinik saraf karena mengeluh sering merasa nyeri kepala hebat yang berdenyut di salah satu sisi kepala. Keluhan ini biasanya disertai mual, muntah, serta sensitif terhadap cahaya dan suara. Serangan terjadi 2–3 kali dalam sebulan dan berlangsung selama beberapa jam hingga seharian. Pasien mengatakan biasanya gejala membaik bila ia tidur di ruangan gelap dan tenang. Pemeriksaan fisik dan neurologis tidak menunjukkan kelainan. Ia sudah mencoba beberapa obat nyeri biasa, tetapi efeknya minimal. Apa terapi profilaksis yang paling sesuai untuk pasien ini?
A. Paracetamol
B. Sumatriptan
C. Propranolol
D. Domperidone
E. Acetaminophen-caffeine
Jawaban: C
Pembahasan:
Pasien mengalami migrain berulang disertai gejala khas (nyeri berdenyut unilateral, fotofobia, fonofobia, mual) dan frekuensi serangan >2 kali per bulan. Terapi profilaksis diindikasikan pada kondisi seperti ini. Propranolol adalah salah satu obat profilaksis lini pertama yang terbukti efektif menurunkan frekuensi dan intensitas migrain.
Soal Nomor 7.
Seorang pria berusia 72 tahun datang dengan keluhan sulit berjalan sejak beberapa minggu terakhir. Ia merasa kakinya kaku dan lambat digerakkan, serta merasa canggung saat berbelok. Istrinya mengatakan bahwa pasien sering tampak gemetar saat duduk diam dan mengalami penurunan ekspresi wajah. Pada pemeriksaan, ditemukan tremor istirahat, rigiditas otot, dan bradikinesia. Fungsi kognitif pasien masih dalam batas normal. Berdasarkan gejala dan usia pasien, apa diagnosis yang paling mungkin?
A. Stroke iskemik subkortikal
B. Demensia Alzheimer
C. Parkinson disease
D. Ataksia serebelar
E. Miastenia gravis
Jawaban: C
Pembahasan:
Trias klasik penyakit Parkinson adalah tremor istirahat, rigiditas, dan bradikinesia. Gejala lainnya termasuk wajah datar (hypomimia), kesulitan memulai gerakan, dan perubahan gaya berjalan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan respons terhadap levodopa.
Soal Nomor 8.
Seorang pasien pria berusia 69 tahun dibawa ke UGD karena penurunan kesadaran sejak 6 jam yang lalu. Sebelumnya pasien mengeluh nyeri kepala hebat dan muntah beberapa kali. Riwayat hipertensi tidak terkontrol selama bertahun-tahun. Pada pemeriksaan ditemukan GCS E2M5V3, tekanan darah 220/110 mmHg, dan pupil anisokor. CT-scan kepala menunjukkan perdarahan intraparenkim di daerah ganglia basalis. Apa penanganan awal yang paling tepat?
A. Pemberian manitol dan rujukan bedah saraf
B. Tindakan trombolisis dengan alteplase
C. Pemberian antiplatelet dosis tinggi
D. Observasi dan kontrol tekanan darah
E. Penggunaan kortikosteroid intravena
Jawaban: A
Pembahasan:
Pasien mengalami stroke hemoragik yang berat dengan penurunan kesadaran dan tanda herniasi. Penanganan awal termasuk penurunan tekanan intrakranial dengan manitol dan konsultasi bedah saraf. Trombolisis dan antiplatelet kontraindikasi pada kasus perdarahan.
Soal Nomor 9.
Seorang wanita berusia 43 tahun mengeluh nyeri wajah sebelah kiri seperti tertusuk-tusuk yang berlangsung selama beberapa detik. Nyeri sering dipicu oleh sentuhan ringan pada pipi atau saat makan. Serangan nyeri bisa datang tiba-tiba dan sangat menyakitkan hingga membuat pasien menjerit. Pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan kelemahan otot wajah atau kelainan sensorik lain. Apa diagnosis yang paling sesuai untuk pasien ini?
A. Neuralgia pascaherpes
B. Sakit kepala cluster
C. Neuralgia trigeminal
D. Neuropati perifer
E. Migrain aura
Jawaban: C
Pembahasan:
Neuralgia trigeminal ditandai dengan nyeri tajam, singkat, dan intens pada distribusi saraf trigeminus, seringkali dipicu oleh rangsangan ringan. Tidak ada defisit neurologis lain. Obat pilihan pertama adalah carbamazepine.
Soal Nomor 10.
Seorang pria berusia 60 tahun datang dengan keluhan pusing berputar saat mengubah posisi kepala, terutama saat bangun dari tidur atau menoleh cepat. Keluhan disertai mual tetapi tanpa muntah, dan tidak ada gangguan pendengaran atau tinitus. Pemeriksaan fisik menunjukkan nistagmus saat melakukan manuver Dix-Hallpike. Bagaimana diagnosis yang paling tepat?
A. Vertigo sentral
B. Labirinitis
C. Vertigo posisi paroksismal jinak (BPPV)
D. Neuronitis vestibular
E. Penyakit Meniere
Jawaban: C
Pembahasan:
BPPV ditandai oleh serangan vertigo singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala, tanpa gangguan pendengaran. Dix-Hallpike positif menunjukkan keterlibatan kanal posterior. Manuver Epley dapat menjadi terapi efektif.
Soal Nomor 11.
Seorang pria berusia 59 tahun datang ke IGD dengan keluhan mendadak sulit berbicara dan merasa lemas pada seluruh tubuh sejak sekitar 1 jam yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 175/100 mmHg dan denyut nadi 92 kali/menit. Hasil CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial. Pasien menunjukkan afasia ekspresif, hemiparesis kanan, dan deviasi deviasi wajah ke kiri. NIHSS score adalah 13. Dalam situasi ini, apa langkah tata laksana paling tepat yang perlu segera dilakukan untuk meningkatkan luaran pasien?
A. Melakukan trombektomi mekanik segera
B. Memberikan aspirin dan monitoring ketat
C. Melakukan MRI kepala lanjutan sebelum terapi
D. Memberikan trombolisis intravena dengan alteplase
E. Memberikan manitol untuk menurunkan tekanan intrakranial
Jawaban: D
Pembahasan:
Pasien menunjukkan gejala stroke iskemik akut dengan onset dalam 4,5 jam dan tanpa kontraindikasi trombolitik. CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan, sehingga trombolisis intravena dengan alteplase merupakan pilihan terapi paling tepat. Ini sesuai dengan pedoman penanganan stroke iskemik akut dan bertujuan untuk membuka sumbatan vaskular secara cepat guna mencegah kerusakan jaringan otak lebih lanjut.
Soal Nomor 12.
Seorang wanita berusia 45 tahun mengalami nyeri kepala hebat mendadak seperti “disambar petir” saat sedang beraktivitas di kantor. Tidak ada riwayat trauma kepala sebelumnya. Ia mengeluhkan mual, muntah, dan kesadaran sempat menurun selama beberapa menit. Pemeriksaan tekanan darah 160/95 mmHg dan pemeriksaan neurologis menunjukkan kaku kuduk. CT scan kepala menunjukkan hiperdensitas pada celah subaraknoid di sekitar silvian fissure. Apa diagnosis paling mungkin pada pasien ini?
A. Stroke iskemik pada arteri serebri media
B. Perdarahan intraserebral lobaris
C. Perdarahan subdural kronik
D. Perdarahan subaraknoid akibat ruptur aneurisma
E. Ensefalitis virus dengan edema serebral
Jawaban: D
Pembahasan:
Onset nyeri kepala mendadak seperti disambar petir disertai muntah dan kaku kuduk merupakan gejala klasik perdarahan subaraknoid, yang paling sering disebabkan oleh ruptur aneurisma. Lokasi hiperdensitas pada CT scan yang sesuai dengan celah subaraknoid memperkuat diagnosis. Kondisi ini merupakan keadaan darurat neurologis dan memerlukan penanganan segera.
Soal Nomor 13.
Seorang pria berusia 64 tahun datang ke poliklinik neurologi dengan keluhan gangguan bicara dan kelemahan pada lengan kiri yang berlangsung sejak 3 minggu lalu. Pasien menyatakan sempat mengalami gejala serupa beberapa bulan sebelumnya yang membaik dalam beberapa hari. Ia memiliki riwayat hipertensi dan merokok berat. Hasil MRI menunjukkan infark lakunar di area kapsula interna kanan. Apa mekanisme patofisiologis yang paling sesuai untuk kondisi pasien ini?
A. Trombosis arteri besar akibat aterosklerosis
B. Emoli kardioembolik dari atrium kiri
C. Oklusi pembuluh darah kecil akibat lipohialinosis
D. Perdarahan subkortikal ringan
E. Vasospasme serebral akibat migren
Jawaban: C
Pembahasan:
Infark lakunar merupakan tipe stroke iskemik yang terjadi akibat oklusi pembuluh darah kecil, biasanya disebabkan oleh lipohialinosis, kondisi degeneratif akibat hipertensi kronik. Gejala ringan dan bertahap serta gambaran MRI yang menunjukkan lesi kecil khas lakunar mendukung diagnosis ini.
Soal Nomor 14
Seorang wanita 37 tahun mengeluh nyeri kepala berat yang dirasakan berdenyut di satu sisi kepala, disertai mual dan fotofobia. Serangan terjadi beberapa kali dalam sebulan, dan pasien mengatakan gejalanya dapat memburuk dengan suara atau cahaya terang. Ia memiliki riwayat keluarga dengan keluhan serupa. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Berdasarkan data tersebut, apa diagnosis paling mungkin?
A. Tension-type headache kronik
B. Sinusitis maksilaris
C. Neuralgia trigeminal
D. Cluster headache
E. Migrain tanpa aura
Jawaban: E
Pembahasan:
Migrain tanpa aura ditandai oleh nyeri kepala satu sisi, berdenyut, sedang hingga berat, disertai mual dan fotofobia, serta memburuk oleh aktivitas. Tidak adanya defisit neurologis dan adanya riwayat keluarga menguatkan diagnosis ini.
Soal Nomor 15
Seorang pria berusia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat yang menusuk di daerah pipi kanan, terutama saat menyikat gigi atau saat makan. Nyeri berlangsung beberapa detik hingga satu menit dan terasa sangat tajam. Pemeriksaan fisik dan neurologis tidak menunjukkan kelainan. Pasien sangat gelisah dan takut nyerinya kambuh. Apa diagnosis paling mungkin?
A. Neuralgia glosofaring
B. Neuralgia trigeminal klasik
C. Neuralgia pascaherpes
D. Tumor otak frontal kanan
E. Sinusitis etmoidalis
Jawaban: B
Pembahasan:
Neuralgia trigeminal ditandai oleh nyeri wajah tajam dan singkat, biasanya dipicu oleh aktivitas ringan seperti menyikat gigi atau makan. Tidak ditemukan kelainan neurologis lain, dan gejalanya sangat khas. Pengobatan biasanya dimulai dengan karbamazepin.
Soal Nomor 16.
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan pusing berputar yang hebat, mual, muntah, dan sulit berdiri. Gejala muncul mendadak saat bangun tidur dan memburuk saat memutar kepala. Pemeriksaan menunjukkan nistagmus horizontal dan gangguan keseimbangan tanpa gangguan pendengaran atau tinnitus. Apa diagnosis yang paling sesuai pada kasus ini?
A. Stroke batang otak
B.Tumor sudut pontoserebelar
C. Penyakit Meniere
D. Vertigo posisi paroksismal jinak
E.Neuritis vestibularis
Jawaban: E
Pembahasan:
Gejala vertigo mendadak, berlangsung lama, disertai mual muntah, dan tanpa gangguan pendengaran merupakan ciri khas neuritis vestibularis. Berbeda dengan BPPV yang vertigonya singkat dan terpicu posisi, atau penyakit Meniere yang disertai tinitus dan tuli sensorineural.
Soal Nomor 17.
Seorang perempuan berusia 46 tahun datang ke poliklinik neurologi dengan keluhan nyeri kepala yang terus-menerus dirasakan sejak dua minggu terakhir. Pasien mengatakan nyeri berdenyut, dirasakan terutama di satu sisi kepala, disertai mual, fotofobia, dan fonofobia. Ia memiliki riwayat migrain sejak usia 20-an, namun kali ini nyerinya terasa lebih lama dan tidak membaik dengan obat analgesik biasa. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Apa terapi preventif yang paling tepat untuk pasien ini?
A. Sumatriptan
B. Propranolol
C. Parasetamol
D. Amitriptilin dosis rendah
E. Dihidroergotamin
Jawaban: B
Pembahasan:
Migrain dengan frekuensi serangan yang meningkat dan tidak responsif terhadap terapi simptomatik perlu terapi profilaksis. Beta-blocker seperti propranolol terbukti efektif sebagai pencegahan migrain. Sumatriptan dan dihidroergotamin digunakan untuk serangan akut. Amitriptilin juga bisa digunakan, namun bukan pilihan pertama.
Soal Nomor 18.
Seorang pria berusia 39 tahun mengeluh kesemutan di kedua tangan dan kaki sejak dua minggu lalu yang kemudian berkembang menjadi kelemahan otot. Keluhan didahului infeksi saluran napas atas ringan satu minggu sebelum gejala muncul. Pemeriksaan menunjukkan arefleksia dan paralisis flaksid pada ekstremitas bawah. Tes LCS menunjukkan peningkatan protein dengan jumlah sel normal (dissosiasi albuminositik). Diagnosis apa yang paling mungkin?
A. Myasthenia gravis
B. Guillain-Barré syndrome
C. Sklerosis multipel
D. Poliomielitis
E. Neuropati perifer diabetik
Jawaban: B
Pembahasan:
Kondisi klinis pasien mengarah pada Guillain-Barré syndrome, yang sering kali didahului infeksi dan menunjukkan gejala ascending paralysis serta disosiasi albuminositik pada LCS. Myasthenia gravis lebih berkaitan dengan kelemahan otot fluktuatif dan tidak melibatkan LCS.
Soal Nomor 19.
Seorang wanita 55 tahun datang dengan gangguan penglihatan yang berlangsung tiba-tiba sejak 2 jam yang lalu. Ia tidak merasakan nyeri, namun penglihatannya pada mata kanan menjadi buram dan seperti tertutup bayangan abu-abu. Pemeriksaan oftalmologi menunjukkan pupil afferent defect pada mata kanan dan funduskopi menunjukkan edema diskus optikus. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan dislipidemia. Apa diagnosis paling mungkin?
A. Neuritis optik
B. Glaukoma sudut tertutup akut
C. Neuropati optik iskemik anterior non-arteritik
D. Retinopati hipertensif
E. Oklusi vena retina sentral
Jawaban: C
Pembahasan:
Neuropati optik iskemik anterior non-arteritik adalah penyebab paling umum kehilangan penglihatan mendadak pada orang tua dengan faktor risiko vaskular. Tidak disertai nyeri dan menunjukkan edema diskus optikus. Neuritis optik lebih sering terjadi pada usia muda dan disertai nyeri mata.
Soal Nomor 20.
Seorang pria berusia 30 tahun datang ke IGD karena mengalami kejang generalisata selama 2 menit yang diikuti kebingungan pasca-kejang. Ia mengatakan ini adalah kejang pertamanya. Pemeriksaan fisik normal dan hasil CT-scan kepala tidak menunjukkan kelainan struktural. Riwayat keluarga menyebutkan ayahnya memiliki epilepsi. Apa langkah selanjutnya yang paling tepat?
A. Memulai terapi antiepilepsi jangka panjang
B. Melakukan MRI otak segera
C. Memberikan edukasi dan observasi tanpa pengobatan
D. Memberikan diazepam setiap hari untuk pencegahan
E. Merujuk untuk EEG dan evaluasi lanjutan
Jawaban: E
Pembahasan:
Pasien dengan kejang pertama memerlukan evaluasi menyeluruh sebelum diberikan terapi jangka panjang. EEG sangat penting untuk mengidentifikasi potensi epilepsi, terlebih dengan riwayat keluarga yang mendukung. CT-scan normal tidak menyingkirkan epilepsi, dan pemberian obat tidak boleh tergesa-gesa.
Ingin mengakses lebih banyak soal dan pembahasan untuk Dokter Spesialis Neurologi?

Tersedia ratusan soal latihan lainnya yang dirancang khusus untuk menguji kompetensi penting dalam Uji Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi. Materi mencakup diagnosis dan tata laksana stroke, epilepsi, penyakit neurodegeneratif, gangguan saraf perifer, hingga interpretasi neuroimaging dan pendekatan interdisipliner dalam kasus neurologis kompleks. Semua dapat diakses melalui platform belajar digital fungsional.id, yang menyediakan sumber pembelajaran lengkap dan kredibel untuk tenaga kesehatan fungsional.