Guru Ilmu Tafsir adalah pendidik yang memiliki spesialisasi dalam mengajarkan ilmu tafsir, yaitu ilmu yang berfokus pada penafsiran dan pemahaman mengenai ayat Al-Qur’an. Sebagai guru yang berperan penting untuk pendidikan agama, guru ilmu tafsir bertugas tidak hanya menyampaikan pengetahuan dasar tentang Al-Qur’an, tetapi juga membimbing siswa agar paham konteks, tujuan, dan pesan spiritual yang terkandung dalam kitab suci. Guru Ilmu Tafsir sering kali mendalami berbagai metode penafsiran, termasuk kajian sejarah, bahasa Arab, serta penggunaan hadis untuk memperjelas makna ayat.
Tanggung jawab seorang guru ilmu tafsir mencakup beberapa tugas utama yang mendukung perannya sebagai pendidik agama. Pengajar ilmu tafsir merancang dan menerapkan kurikulum yang berfokus pada pemahaman Al-Qur’an. Mereka memberikan bimbingan langsung kepada siswa dalam membaca dan merenungkan Al-Qur’an, serta membahas berbagai tafsir klasik dan modern yang relevan. Selain pengajaran, guru ini sering terlibat dalam penelitian atau penulisan untuk memperkaya sumber daya pendidikan yang mereka gunakan dalam pengajaran.
Table of Contents
ToggleKisi-Kisi Soal Guru Ilmu Tafsir
Kisi-kisi soal guru ilmu tafsir dirancang sebagai panduan dalam mengukur pengetahuan dan kompetensi guru pada bidang ini. Berikut adalah kisi-kisi untuk soal guru ilmu tafsir.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Memahami dasar hukum pendidikan nasional yang mengatur pendidikan agama, termasuk peran Guru Ilmu Tafsir dalam membentuk pemahaman keagamaan siswa.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam: Menguasai kompetensi inti dan dasar dalam kurikulum pendidikan agama Islam, terutama dalam pengajaran ilmu tafsir di madrasah atau lembaga pendidikan Islam.
Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tafsir: Menjelaskan asal-usul dan perkembangan ilmu tafsir dari masa Nabi Muhammad hingga para mufassir modern, serta mengenalkan tokoh-tokoh besar dalam ilmu tafsir.
Jenis-Jenis Tafsir (Tafsir Bi al-Ma’tsur dan Tafsir Bi al-Ra’yi): Mengajarkan perbedaan antara tafsir yang berdasarkan riwayat (bi al-ma’tsur) dan tafsir yang berdasarkan pemikiran atau ijtihad (bi al-ra’yi).
Metode Tafsir (Tahlili, Ijmali, Maudhu’i, Muqaran): Memahami berbagai metode tafsir, seperti metode analisis (tahlili), ringkasan (ijmali), tematik (maudhu’i), dan komparatif (muqaran) untuk mengajarkan berbagai pendekatan dalam memahami Al-Qur’an.
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Menafsirkan Al-Qur’an: Menanamkan prinsip dasar dalam menafsirkan Al-Qur’an, seperti menjaga konteks ayat, memahami asbabun nuzul, dan memperhatikan tafsir para ulama.
Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat): Mengajarkan pentingnya konteks historis turunnya ayat (asbabun nuzul) sebagai dasar untuk memahami maksud ayat secara lebih mendalam.
Bahasa Arab sebagai Alat Tafsir: Menguasai dasar-dasar bahasa Arab, termasuk nahwu dan sharaf, untuk memahami struktur kalimat dan makna ayat-ayat Al-Qur’an.
Ilmu Balaghah (Retorika): Mengajarkan ilmu balaghah untuk memperdalam pemahaman keindahan bahasa Al-Qur’an dan aspek sastra dalam penafsiran.
Tafsir Ayat-Ayat Hukum: Mengajarkan penafsiran ayat-ayat yang berisi hukum-hukum Islam (ahkam) dan relevansi hukumnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tafsir Ayat-Ayat Akhlak dan Spiritual: Mengkaji ayat-ayat yang berfokus pada akhlak dan spiritualitas untuk membantu siswa mengembangkan kepribadian Islami.
Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Alam Semesta: Menjelaskan penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan sains dan fenomena alam, serta bagaimana Al-Qur’an memberikan isyarat tentang ilmu pengetahuan.
Etika dan Syarat Mufassir (Penafsir): Menjelaskan etika dan syarat seorang mufassir, seperti keikhlasan, kejujuran ilmiah, serta memiliki pemahaman mendalam tentang agama dan bahasa Arab.
Mengenal Kitab-Kitab Tafsir Klasik dan Kontemporer: Memperkenalkan kitab-kitab tafsir seperti Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Qurtubi, Tafsir Ibn Kathir, Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab, dan lainnya.
Pendekatan Kontekstual dalam Tafsir: Mengajarkan pendekatan kontekstual dalam memahami ayat sesuai dengan zaman dan kondisi masyarakat saat ini tanpa meninggalkan makna asli.
Analisis Ayat Mutasyabihat dan Muhkamat: Mengajarkan perbedaan antara ayat-ayat yang jelas (muhkamat) dan ayat-ayat yang memiliki makna ganda (mutasyabihat), serta cara menafsirkannya.
Pemahaman tentang Maqasid al-Qur’an (Tujuan-Tujuan Al-Qur’an): Memahami tujuan-tujuan utama Al-Qur’an, seperti melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta sebagai pedoman hidup.
Penggunaan Sumber Tafsir: Mengajarkan cara menggunakan sumber-sumber tafsir yang otoritatif seperti hadits, ijma’, dan qiyas dalam memahami ayat.
Pengajaran Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Kehidupan Sehari-Hari: Menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an seperti keadilan, kasih sayang, dan kejujuran dalam kehidupan siswa.
Evaluasi Pemahaman Tafsir Al-Qur’an: Melakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa dalam memahami dan menafsirkan ayat Al-Qur’an secara benar.
Penyusunan Modul dan Bahan Ajar Ilmu Tafsir: Mampu menyusun bahan ajar yang sistematis dan sesuai untuk mengajarkan ilmu tafsir di madrasah atau sekolah.
Diskusi dan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tafsir: Mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an serta berdiskusi tentang tafsir dan konteksnya.
Pengetahuan Tentang Tanda Baca dan Tajwid dalam Tafsir: Mengajarkan tajwid dan tanda baca sebagai dasar penting dalam memahami dan menafsirkan ayat secara benar.
Contoh Soal Guru Ilmu Tafsir untuk CPNS & PPPK
Contoh soal guru ilmu tafsir buat untuk membantu Anda dalam memahami jenis-jenis soal yang akan diujikan dalam seleksi. Berikut adalah contoh soal untuk guru ilmu tafsir beserta pembahasannya.
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional berfungsi sebagai dasar hukum bagi pendidikan. Salah satu fokus dalam undang-undang ini adalah pendidikan agama, yang bertujuan untuk membentuk nilai-nilai spiritual di kalangan siswa. Seorang Guru Ilmu Tafsir diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman keagamaan siswa dengan menyampaikan isi dan pesan Al-Qur’an secara mendalam. Dari penjelasan tersebut, apa saja tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan oleh Guru Ilmu Tafsir dalam kerangka pendidikan nasional?
A. Menguasai semua aspek tafsir untuk tingkat pendidikan yang berbeda-beda
B. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum secara mendalam
C. Mengkomunikasikan nilai-nilai agama dengan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya siswa
D. Mengajarkan ilmu tajwid agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan benar
E. Mempelajari bahasa Arab secara mendalam untuk meningkatkan pemahaman terhadap Al-Qur’an
Jawaban: C. Mengkomunikasikan nilai-nilai agama dengan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya siswa
Pembahasan: Tanggung jawab utama seorang Guru Ilmu Tafsir dalam konteks pendidikan nasional adalah menyampaikan nilai-nilai agama dengan mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya siswa. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang menekankan pentingnya pengembangan sikap religius sebagai bagian dari pembentukan karakter siswa.
2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di tingkat madrasah mengharuskan siswa menguasai kompetensi dasar dalam ilmu tafsir termasuk mengenali jenis-jenis tafsir seperti tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’yi Guru di madrasah diharapkan dapat menjelaskan kedua jenis tafsir ini kepada siswa agar mereka memahami perbedaannya Dengan demikian, bagaimana seorang guru dapat menjelaskan secara tepat perbedaan antara tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’yi?
A. Tafsir bi al-ma’tsur menggunakan logika dan pemikiran modern sedangkan tafsir bi al-ra’yi menggunakan hadis
B. Tafsir bi al-ma’tsur hanya berdasarkan ijtihad sementara tafsir bi al-ra’yi hanya berdasarkan akal
C. Tafsir bi al-ma’tsur tidak menggunakan referensi hadis sedangkan tafsir bi al-ra’yi tidak membutuhkan rujukan dari sahabat
D. Tafsir bi al-ma’tsur didasarkan pada penafsiran langsung dari Nabi atau sahabat sedangkan tafsir bi al-ra’yi mengutamakan pemikiran mufassir
E. Tafsir bi al-ma’tsur membahas ayat-ayat hukum sementara tafsir bi al-ra’yi membahas ayat-ayat akhlak
Jawaban: D. Tafsir bi al-ma’tsur didasarkan pada penafsiran langsung dari Nabi atau sahabat sedangkan tafsir bi al-ra’yi mengutamakan pemikiran mufassir
Pembahasan: Tafsir bi al-ma’tsur adalah penafsiran berdasarkan sumber-sumber langsung seperti dari Nabi Muhammad atau para sahabat. Sebaliknya, tafsir bi al-ra’yi lebih mengutamakan pemikiran atau ijtihad para mufassir, meskipun tetap berlandaskan Al-Qur’an dan hadis.
3. Sejarah ilmu tafsir dimulai sejak masa Nabi Muhammad yang menyampaikan wahyu dan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an kepada para sahabat Hingga kini ilmu tafsir telah mengalami perkembangan dengan munculnya banyak mufassir yang menyusun kitab tafsir dan metode yang beragam Berdasarkan hal ini bagaimana ilmu tafsir berkembang dari zaman Nabi hingga masa kini?
A. Melalui tafsir yang diperkaya dengan ilmu linguistik Arab yang modern
B. Dengan penambahan ilmu logika dan psikologi untuk memperdalam ayat-ayat tertentu
C. Dengan adanya pengklasifikasian ayat-ayat berdasarkan urutan kronologis turun ayat
D. Dengan merujuk hanya pada kitab-kitab tafsir klasik yang disusun sejak masa sahabat
E. Dengan adanya tokoh-tokoh yang memberikan pendekatan yang relevan dengan konteks zaman masing-masing
Jawaban: E. Dengan adanya tokoh-tokoh yang memberikan pendekatan yang relevan dengan konteks zaman masing-masing
Pembahasan: Perkembangan ilmu tafsir terjadi karena adanya mufassir yang menyusun kitab tafsir sesuai dengan konteks zaman mereka, memberikan pemahaman yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Mufassir modern juga mengkaji ulang ayat-ayat dalam konteks kehidupan saat ini.
4. Metode tahlili adalah salah satu metode dalam ilmu tafsir yang digunakan oleh para mufassir untuk menganalisis setiap ayat secara mendalam dalam kaitannya dengan ayat-ayat lain dan asbabun nuzul Sebagai seorang guru bagaimana metode tahlili ini dapat digunakan untuk membantu siswa memahami hubungan antar ayat di dalam Al-Qur’an?
A. Dengan mengelompokkan ayat-ayat berdasarkan tema tertentu dalam kehidupan
B. Dengan menafsirkan setiap ayat secara global tanpa mempertimbangkan konteks ayat sebelumnya
C. Dengan menafsirkan ayat-ayat secara komparatif terhadap agama lain
D. Dengan menerjemahkan ayat-ayat berdasarkan bahasa Arab klasik saja
E. Dengan menganalisis ayat per ayat dan menghubungkannya dengan asbabun nuzul serta tafsir dari sahabat
Jawaban: E. Dengan menganalisis ayat per ayat dan menghubungkannya dengan asbabun nuzul serta tafsir dari sahabat
Pembahasan: Metode tahlili adalah metode yang menganalisis setiap ayat secara mendalam, termasuk menghubungkan ayat tersebut dengan asbabun nuzul dan tafsir dari sahabat, sehingga siswa dapat memahami konteks yang menyeluruh.
5. Salah satu syarat penting yang harus dimiliki oleh seorang mufassir adalah kejujuran ilmiah dalam menafsirkan Al-Qur’an Ini berarti seorang mufassir harus menjaga integritas dan menghindari penafsiran yang menyimpang dari teks asli atau konteks ayat Bagaimana seorang mufassir dapat menunjukkan kejujuran ilmiah dalam penafsirannya?
A. Dengan mengabaikan pendapat ulama sebelumnya jika berbeda pandangan
B. Dengan berpegang hanya pada pendapat mufassir modern yang lebih rasional
C. Dengan menyampaikan pendapatnya sendiri tanpa merujuk pada tafsir ulama terdahulu
D. Dengan merujuk pada teks Al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama yang otoritatif serta menampilkan perbedaan pandangan
E. Dengan mengutamakan tafsir yang populer di masyarakat untuk memudahkan pemahaman
Jawaban: D. Dengan merujuk pada teks Al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama yang otoritatif serta menampilkan perbedaan pandangan
Pembahasan: Kejujuran ilmiah seorang mufassir ditunjukkan dengan merujuk pada sumber-sumber otoritatif dan menampilkan perbedaan pandangan secara objektif, tanpa mengutamakan pendapat pribadi yang tidak berdasar.
6. Bahasa Arab merupakan salah satu alat utama dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an Mempelajari nahwu dan sharaf dapat membantu seorang mufassir dalam memahami struktur kalimat dan makna yang terkandung dalam ayat Bagaimana pemahaman nahwu dan sharaf ini berperan dalam proses tafsir?
A. Dengan mengetahui makna setiap kata secara global tanpa perlu mendalami struktur kalimat
B. Dengan memahami akar kata dan konteks gramatikal untuk menjelaskan makna yang tepat
C. Dengan mengartikan kata-kata Al-Qur’an berdasarkan konteks bahasa modern saja
D. Dengan mengabaikan tata bahasa yang berbeda dalam berbagai dialek Arab
E. Dengan menafsirkan Al-Qur’an secara harfiah tanpa perlu mempelajari gramatika Arab
Jawaban: B. Dengan memahami akar kata dan konteks gramatikal untuk menjelaskan makna yang tepat
Pembahasan: Pemahaman terhadap nahwu dan sharaf sangat penting dalam tafsir karena dengan mengetahui akar kata dan konteks gramatikal, mufassir dapat memberikan penjelasan yang tepat terhadap makna ayat.
7. Seorang mufassir harus memahami konsep ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat dalam Al-Qur’an Ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang memiliki makna jelas sedangkan ayat mutasyabihat memiliki makna ganda yang tidak mudah dipahami Bagaimana seorang guru ilmu tafsir dapat mengajarkan konsep ini kepada siswa secara efektif?
A. Dengan memberikan contoh ayat muhkamat yang langsung mengandung hukum dan ayat mutasyabihat yang bersifat simbolis
B. Dengan menekankan bahwa semua ayat harus dipahami secara harfiah tanpa pengecualian
C. Dengan menjelaskan bahwa semua ayat harus ditafsirkan hanya dengan logika tanpa perlu merujuk pada tafsir ulama
D. Dengan mengajarkan siswa untuk menghindari ayat-ayat mutasyabihat saat belajar tafsir
E. Dengan menafsirkan ayat mutasyabihat menggunakan hadis Nabi sebagai satu-satunya acuan
Jawaban: A. Dengan memberikan contoh ayat muhkamat yang langsung mengandung hukum dan ayat mutasyabihat yang bersifat simbolis
Pembahasan: Ayat muhkamat adalah ayat yang jelas maknanya, seringkali berkaitan langsung dengan hukum, sedangkan ayat mutasyabihat lebih bersifat simbolis atau memiliki makna ganda.
8. Ilmu asbabun nuzul adalah ilmu yang mempelajari sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an Pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat penting bagi seorang guru dalam mengajarkan tafsir karena dapat membantu siswa memahami konteks dan latar belakang ayat-ayat tersebut Bagaimana ilmu asbabun nuzul ini dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap ayat-ayat Al-Qur’an?
A. Dengan mengajarkan bahwa semua ayat Al-Qur’an diturunkan hanya untuk umat pada zaman Nabi
B. Dengan menyamakan semua ayat tanpa memperhatikan konteks turunnya ayat tersebut
C. Dengan mengetahui alasan di balik turunnya ayat sehingga mereka dapat memahami makna yang lebih spesifik
D. Dengan menganjurkan siswa untuk mengabaikan asbabun nuzul karena tidak relevan di masa sekarang
E. Dengan mengajarkan bahwa ayat-ayat turun secara acak tanpa kaitan tertentu
Jawaban: C. Dengan mengetahui alasan di balik turunnya ayat sehingga mereka dapat memahami makna yang lebih spesifik
Pembahasan: Ilmu asbabun nuzul memberikan pemahaman mengenai konteks dan latar belakang turunnya ayat, sehingga siswa dapat memahami makna ayat tersebut dengan lebih mendalam dan relevan dengan keadaan saat itu.
9. Tafsir Al-Qur’an memerlukan berbagai pendekatan agar makna ayat dapat dipahami dengan tepat Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan linguistik yang bertujuan untuk memahami aspek bahasa dari ayat-ayat tersebut Mengapa pendekatan linguistik dianggap penting dalam proses penafsiran ayat Al-Qur’an?
A. Karena pendekatan ini mengutamakan tafsir ayat secara simbolis saja
B. Karena pendekatan ini memungkinkan mufassir mengabaikan konteks sejarah ayat
C. Karena pendekatan ini memungkinkan penafsiran Al-Qur’an tanpa memahami tata bahasa Arab
D. Karena pendekatan ini berfokus hanya pada tafsir modern yang sesuai dengan perkembangan zaman
E. Karena dengan pendekatan linguistik mufassir dapat memahami makna kata dan struktur bahasa yang lebih dalam
Jawaban: E. Karena dengan pendekatan linguistik mufassir dapat memahami makna kata dan struktur bahasa yang lebih dalam
Pembahasan: Pendekatan linguistik penting dalam tafsir karena melalui analisis bahasa, mufassir dapat memahami struktur bahasa Arab serta makna kata yang sesuai dengan konteksnya, sehingga makna ayat lebih akurat.
10. Dalam ilmu tafsir dikenal istilah nuzulul Qur’an yang berarti proses turunnya wahyu secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Selama lebih dari 20 tahun Al-Qur’an diturunkan dalam situasi yang berbeda-beda Mengapa proses turunnya wahyu secara berangsur-angsur ini penting untuk dipahami dalam mengajarkan tafsir kepada siswa?
A. Agar siswa mengetahui bahwa Al-Qur’an memiliki banyak revisi sebelum menjadi kitab lengkap
B. Untuk membantu siswa memahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an turun sesuai dengan kebutuhan dan konteks kehidupan pada saat itu
C. Untuk mengajarkan bahwa Al-Qur’an harus dipahami secara harfiah tanpa mempertimbangkan konteks
D. Agar siswa mengetahui bahwa Al-Qur’an hanya berlaku pada zaman Nabi Muhammad
E. Untuk mengajarkan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara serentak sebagai satu kitab
Jawaban: B. Untuk membantu siswa memahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an turun sesuai dengan kebutuhan dan konteks kehidupan pada saat itu
Pembahasan: Al-Qur’an diturunkan secara bertahap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat saat itu. Memahami proses ini penting bagi siswa agar mereka bisa mengerti konteks sejarah dan latar belakang ayat-ayat yang turun pada situasi tertentu.
11. Dalam ilmu tafsir, istilah “tafsir bi al-ma’tsur” merujuk pada metode penafsiran yang sangat bergantung pada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini menggunakan berbagai riwayat yang berasal dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW untuk menafsirkan ayat-ayat. Apa yang menjadi ciri khas dari metode tafsir ini?
A. Menggunakan akal dan logika mufassir
B. Menyandarkan penafsiran pada teks-teks lain tanpa dasar yang kuat
C. Mengutamakan penggunaan sumber yang sahih dan terpercaya
D. Memperhatikan konteks sosial dan budaya saat ini
E. Mengabaikan riwayat yang tidak dikenal
Jawaban: C. Mengutamakan penggunaan sumber yang sahih dan terpercaya
Pembahasan: Tafsir bi al-ma’tsur sangat menekankan pentingnya sumber yang sahih dan terpercaya, seperti riwayat dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat, untuk memberikan penjelasan yang akurat mengenai ayat-ayat Al-Qur’an.
12. Dalam konteks pengajaran ilmu tafsir, seorang guru memiliki tanggung jawab besar untuk membimbing siswa dalam memahami Al-Qur’an. Salah satu tugas utama guru adalah untuk menjelaskan makna, konteks, dan relevansi ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang seharusnya menjadi fokus utama seorang guru dalam pendidikan ilmu tafsir?
A. Mengajarkan teknik membaca Al-Qur’an dengan baik
B. Mendorong siswa untuk menghafal sebanyak mungkin ayat
C. Menjelaskan latar belakang sejarah setiap ayat tanpa mengaitkan dengan konteks saat ini
D. Membantu siswa memahami makna dan aplikasi ayat-ayat dalam kehidupan mereka
E. Menyusun soal ujian berdasarkan hafalan ayat saja
Jawaban: D. Membantu siswa memahami makna dan aplikasi ayat-ayat dalam kehidupan mereka
Pembahasan: Fokus utama seorang guru dalam pendidikan ilmu tafsir seharusnya adalah membantu siswa memahami makna dan aplikasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan mereka, sehingga mereka dapat mengimplementasikannya secara nyata.
13. Dalam ilmu tafsir, terdapat metode tafsir yang dikenal sebagai maudhu’i, yang digunakan untuk memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tertentu. Metode ini sangat berguna ketika membahas topik-topik spesifik seperti akhlak atau hukum. Mengapa metode ini dianggap efektif?
A. Karena memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang tema tertentu dalam Al-Qur’an
B. Karena hanya fokus pada penafsiran literal
C. Karena dapat menyatukan berbagai pandangan dan interpretasi dari banyak mufassir
D. Karena tidak memerlukan referensi dari ayat lain
E. Karena mengabaikan konteks dan asbabun nuzul
Jawaban: A. Karena memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang tema tertentu dalam Al-Qur’an
Pembahasan: Metode maudhu’i dianggap efektif karena memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang tema tertentu dalam Al-Qur’an, memudahkan pemahaman dan penerapan dalam konteks kehidupan.
14. Asbabun nuzul merujuk pada latar belakang atau peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an. Pemahaman tentang asbabun nuzul sangat penting dalam tafsir, karena dapat menjelaskan konteks di balik ayat. Mengapa pengetahuan tentang asbabun nuzul menjadi penting bagi seorang mufassir?
A. Agar mufassir bisa mengabaikan makna harfiah ayat
B. Untuk memahami bagaimana konteks sejarah mempengaruhi penafsiran ayat
C. Karena asbabun nuzul tidak memiliki relevansi dalam penafsiran modern
D. Agar dapat menuliskan tafsir tanpa mempertimbangkan konteks
E. Untuk mendukung pendapat pribadi dalam menafsirkan ayat
Jawaban: B. Untuk memahami bagaimana konteks sejarah mempengaruhi penafsiran ayat
Pembahasan: Pengetahuan tentang asbabun nuzul penting bagi seorang mufassir untuk memahami bagaimana konteks sejarah mempengaruhi penafsiran ayat, sehingga tafsir yang dihasilkan lebih akurat dan relevan.
15. Dalam konteks pendidikan agama Islam, kompetensi inti yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari ilmu tafsir sangatlah beragam. Salah satu kompetensi tersebut adalah kemampuan untuk menginterpretasikan ayat Al-Qur’an dengan memperhatikan konteks sosial dan budaya. Apa yang menjadi tujuan dari kompetensi ini?
A. Agar siswa mampu menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman
B. Untuk memastikan siswa dapat mendiskusikan ayat secara filosofis
C. Hanya untuk meningkatkan jumlah hafalan Al-Qur’an siswa
D. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian akhir
E. Agar siswa dapat menulis makalah tentang tafsir tanpa dukungan konteks
Jawaban: A. Agar siswa mampu menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman
Pembahasan: Tujuan dari kompetensi ini adalah agar siswa mampu menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman, menjadikan ajaran Al-Qur’an relevan dan praktis.
16. Salah satu tokoh besar dalam sejarah ilmu tafsir adalah Ibn Kathir, yang dikenal karena karya tafsirnya yang sangat berpengaruh. Karya tersebut tidak hanya menjelaskan makna ayat tetapi juga memberikan konteks sejarah dan penjelasan tambahan. Apa yang menjadikan Tafsir Ibn Kathir begitu penting dalam studi tafsir?
A. Karena merupakan karya yang paling panjang dan terperinci
B. Karena ditulis oleh seorang mufassir yang hanya mengandalkan pendapat pribadi
C. Karena fokus pada aspek sastra Al-Qur’an tanpa mempertimbangkan makna
D. Karena mengintegrasikan sumber-sumber hadis dan penjelasan sahabat, serta menjadi rujukan banyak ulama
E. Karena karya tersebut tidak berhubungan dengan tafsir bi al-ma’tsur
Jawaban: D. Karena mengintegrasikan sumber-sumber hadis dan penjelasan sahabat, serta menjadi rujukan banyak ulama
Pembahasan: Tafsir Ibn Kathir penting karena mengintegrasikan sumber-sumber hadis dan penjelasan sahabat, serta menjadi rujukan banyak ulama dalam memahami Al-Qur’an, menjadikannya salah satu karya tafsir yang paling berpengaruh.
7. Dalam Al-Qur’an, terdapat dua jenis ayat yang dikenal dengan istilah muhkamat dan mutasyabihat. Ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang memiliki makna jelas, sedangkan mutasyabihat memiliki makna yang bisa diinterpretasikan lebih dari satu cara. Apa yang menjadi tujuan dari pembagian ini?
A. Agar semua ayat dapat dipahami secara literal
B. Untuk membedakan ayat yang tidak perlu ditafsirkan
C. Agar pembaca dapat memahami kompleksitas dan kedalaman Al-Qur’an
D. Untuk menyederhanakan penafsiran bagi para pembaca
E. Agar tidak ada kesalahpahaman mengenai makna ayat
Jawaban: C. Agar pembaca dapat memahami kompleksitas dan kedalaman Al-Qur’an
Pembahasan: Pembagian antara ayat muhkamat dan mutasyabihat bertujuan agar pembaca dapat memahami kompleksitas dan kedalaman Al-Qur’an, serta menyadari bahwa beberapa ayat membutuhkan penafsiran yang lebih mendalam.
18. Ketika seorang mufassir menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum Islam, terdapat beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan. Salah satunya adalah relevansi hukum yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dengan konteks kehidupan masyarakat saat ini. Mengapa penting bagi seorang mufassir untuk mempertimbangkan aspek ini?
A. Agar mufassir dapat memberikan tafsir yang hanya sesuai dengan keinginan pribadi
B. Untuk menghindari penafsiran yang tidak memiliki landasan yang jelas
C. Karena hukum Al-Qur’an tidak perlu disesuaikan dengan konteks
D. Agar penafsiran hukum menjadi lebih rumit
E. Untuk memastikan hukum tersebut tetap berlaku dan relevan di tengah perkembangan zaman
Jawaban: E. Untuk memastikan hukum tersebut tetap berlaku dan relevan di tengah perkembangan zaman
Pembahasan: Penting bagi mufassir untuk mempertimbangkan relevansi hukum dengan konteks kehidupan masyarakat saat ini untuk memastikan hukum tersebut tetap berlaku dan relevan di tengah perkembangan zaman.
19. Pemahaman tentang ilmu balaghah sangat diperlukan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Ilmu ini berfokus pada keindahan bahasa dan gaya penyampaian pesan dalam Al-Qur’an. Mengapa ilmu balaghah menjadi salah satu aspek penting dalam ilmu tafsir?
A. Agar penafsiran hanya berfokus pada makna literal tanpa analisis sastra
B. Untuk memahami cara Al-Qur’an menyampaikan pesan secara efektif dan estetik
C. Karena balaghah tidak ada hubungannya dengan penafsiran
D. Agar dapat menyusun tafsir yang panjang dan bertele-tele
E. Karena hanya diperlukan dalam pengajaran sastra
Jawaban: B. Untuk memahami cara Al-Qur’an menyampaikan pesan secara efektif dan estetik
Pembahasan: Ilmu balaghah penting dalam tafsir untuk memahami cara Al-Qur’an menyampaikan pesan secara efektif dan estetik, sehingga penafsiran yang dihasilkan lebih kaya dan mendalam.
20. Pendekatan kontekstual dalam tafsir sangat ditekankan untuk memahami relevansi ayat-ayat Al-Qur’an dengan kondisi masyarakat saat ini. Pendekatan ini berusaha untuk mengaitkan ajaran-ajaran dalam Al-Qur’an dengan situasi dan tantangan yang dihadapi umat manusia. Apa tujuan dari pendekatan kontekstual ini?
A. Hanya untuk menjelaskan ayat tanpa menyentuh relevansinya
B. Agar ayat-ayat Al-Qur’an tidak perlu diterapkan dalam kehidupan
C. Untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman yang hidup dan relevan bagi setiap generasi
D. Agar penafsiran menjadi lebih kompleks dan sulit dipahami
E. Untuk membedakan antara ayat yang sesuai dan tidak sesuai dengan keadaan saat ini
Jawaban: C. Untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman yang hidup dan relevan bagi setiap generasi
Pembahasan: Tujuan dari pendekatan kontekstual adalah untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman yang hidup dan relevan bagi setiap generasi, sehingga ajarannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan efektif.
Kembangkan Pemahaman Anda dengan 100+ Soal dan Kisi-kisi Terbaru untuk Guru Ilmu Tafsir, Lengkap dengan Pembahasan!
Dapatkan lebih dari 100 soal Guru Ilmu Tafsir lengkap dengan kisi-kisi dan pembahasan di platform kami. Kunjungi https://fungsional.id/ atau klik banner di atas untuk mendaftar secara mudah dan gratis! Persiapkan diri Anda dengan sumber daya terbaik untuk mencapai kesuksesan dalam ujian CPNS PPPK. Jangan lewatkan kesempatan berharga ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda! Daftar sekarang dan buktikan kemampuan Anda!