200+ Soal PPPK & CPNS Pembimbing Keselamatan Kerja + Kisi-Kisi dan Pembahasan

200+ Soal PPPK & CPNS Pembimbing Keselamatan Kerja + Kisi-Kisi dan Pembahasan

Profesi Pembimbing Keselamatan Kerja merupakan bagian penting dalam sistem ketenagakerjaan nasional yang menuntut profesionalisme tinggi dan pemahaman mendalam tentang keselamatan serta kesehatan kerja (K3). Dalam dunia industri yang penuh risiko, pembimbing K3 tidak hanya berfungsi sebagai pengawas teknis, tetapi juga sebagai fasilitator penerapan budaya kerja aman di berbagai sektor usaha. Peran ini semakin krusial dalam memastikan terlaksananya kebijakan nasional seperti Zero Accident dan penerapan Sistem Manajemen K3.

Ruang lingkup tugas seorang pembimbing K3 mencakup aspek perencanaan, implementasi, edukasi, hingga pengawasan sistem keselamatan kerja di lingkungan perusahaan. Mereka terlibat dalam proses identifikasi bahaya, penilaian risiko, pelaksanaan inspeksi, serta edukasi pekerja terkait penggunaan alat pelindung diri dan tata kelola lingkungan kerja. Selain itu, pembimbing K3 juga berperan dalam pelaporan insiden, pengendalian bahan berbahaya, serta evaluasi penerapan SMK3 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kisi-Kisi & Materi Uji Kompetensi Pembimbing Keselamatan Kerja

Berikut ini adalah kisi-kisi materi yang menjadi acuan dalam menilai kompetensi teknis seorang Pembimbing Keselamatan Kerja, sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di lapangan:

  • Dasar Hukum dan Kebijakan Nasional K3
    Soal menguji pemahaman terhadap UU 1/1970, PP No. 50/2012, Permenaker tentang SMK3, serta peran pembimbing K3 dalam mendukung visi Zero Accident di tempat kerja.
  • Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
    Mencakup prinsip, elemen, dan indikator SMK3; tanggung jawab manajemen; serta peran pembimbing K3 dalam membantu penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi SMK3.
  • Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (HIRADC)
    Soal tentang metode identifikasi bahaya, analisis potensi risiko (fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial), dan penyusunan langkah pengendalian risiko berdasarkan hierarki kontrol.
  • Pemeriksaan Kesehatan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
    Pengetahuan tentang prosedur MCU, monitoring kesehatan rutin, deteksi dini PAK (seperti ISPA karena debu, gangguan pendengaran akibat bising), dan intervensi preventif.
  • Program Pembinaan dan Edukasi K3
    Mengukur kemampuan menyusun dan melaksanakan pelatihan K3, safety briefing, kampanye K3, serta materi edukasi sesuai karakteristik pekerja dan risiko pekerjaan.
  • Audit Internal dan Inspeksi K3
    Soal tentang teknik audit, checklist inspeksi lapangan, pencatatan temuan K3, pelaporan, dan tindak lanjut perbaikan serta pencegahan kecelakaan kerja.
  • Penanganan Kecelakaan Kerja dan Investigasi Insiden
    Mencakup klasifikasi insiden, langkah investigasi menggunakan metode 5 Why atau Fishbone, serta penyusunan laporan dan rekomendasi pencegahan berulang.
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Keselamatan
    Soal terkait standar APD, cara pemilihan APD berdasarkan hazard, pengawasan penggunaan APD, dan pengenalan alat keselamatan (eyewash, APAR, alarm, emergency exit).
  • Ergonomi dan Pengaturan Lingkungan Kerja
    Fokus pada identifikasi postur kerja berisiko, suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran; serta saran perbaikan lay-out dan sarana kerja ramah kesehatan.
  • Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
    Soal menguji pemahaman tentang MSDS/SDS, label B3, penyimpanan aman, pengangkutan bahan berbahaya, dan tindakan darurat jika terjadi tumpahan atau paparan.
  • Dokumentasi, Pelaporan, dan Komunikasi K3
    Mencakup penyusunan laporan K3 bulanan/tahunan, pelaporan ke pengawas ketenagakerjaan, serta komunikasi risiko kepada seluruh lapisan pekerja.
  • Etika Profesi dan Tanggung Jawab Pembimbing K3
    Soal mengukur sikap profesional dalam menghadapi dilema etik, pelanggaran prosedur K3, serta keberanian melaporkan risiko tanpa konflik kepentingan.

Contoh Soal PPPK & CPNS Pembimbing Keselamatan Kerja + Pembahasan

Berikut contoh soal sesuai kisi-kisi yang telah dijelaskan sebelumnya. Soal-soal ini dirancang untuk merepresentasikan situasi nyata di lapangan yang biasa dihadapi oleh seorang Pembimbing K3, dengan pembahasan yang membantu memperkuat pemahaman teknis dan aplikatif di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Soal Nomor 1
Salah satu peran penting Pembimbing Keselamatan Kerja adalah memastikan penerapan sistem keselamatan kerja di tempat kerja sesuai regulasi nasional. Dalam proses inspeksi rutin di sebuah perusahaan manufaktur, ditemukan bahwa manajemen belum menerapkan SMK3 secara menyeluruh walaupun telah memiliki lebih dari 100 pekerja dan tergolong berisiko tinggi. Berdasarkan ketentuan hukum nasional, bagaimana seharusnya Pembimbing K3 bersikap dalam kondisi ini?

A. Memberikan rekomendasi penerapan SMK3 wajib sesuai PP No. 50 Tahun 2012 karena perusahaan telah memenuhi kriteria wajib
B. Menyarankan perusahaan membuat pernyataan komitmen K3 tanpa harus membentuk tim audit internal
C. Menunda pelaporan kondisi tersebut agar tidak menimbulkan ketegangan dengan pihak manajemen
D. Menyampaikan hasil temuan kepada serikat pekerja sebagai bentuk transparansi
E. Mengusulkan penerapan SMK3 hanya pada bagian produksi yang berisiko tinggi

Jawaban: A
Pembahasan:
PP No. 50 Tahun 2012 mewajibkan penerapan SMK3 bagi perusahaan dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang atau memiliki potensi bahaya tinggi. Dalam hal ini, pembimbing K3 harus merekomendasikan penerapan menyeluruh dan tidak dapat ditunda atau dibatasi hanya pada bagian tertentu.

Soal Nomor 2
Dalam melakukan proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko di sebuah proyek konstruksi, Pembimbing K3 menemukan adanya potensi bahaya psikososial berupa tekanan kerja tinggi dan waktu lembur berlebihan yang berdampak pada stres kerja. Langkah pengendalian risiko paling tepat berdasarkan prinsip hierarki pengendalian adalah?

A. Menyediakan APD tambahan dan pelatihan pengelolaan stres bagi pekerja
B. Mengedarkan brosur kampanye kesehatan mental secara berkala
C. Melaporkan langsung kepada pihak pengawas ketenagakerjaan
D. Memasang peringatan bahaya psikologis di seluruh area kerja
E. Menyusun ulang beban kerja dan jam lembur melalui rekayasa organisasi kerja

Jawaban: E
Pembahasan:
Hierarki pengendalian menempatkan rekayasa administratif dan eliminasi sumber risiko di posisi yang lebih tinggi dibanding penggunaan APD atau edukasi. Untuk risiko psikososial, mengatur ulang beban kerja dan lembur merupakan bentuk rekayasa organisasi yang efektif dan lebih tepat.

Soal Nomor 3
Setelah sebuah insiden jatuh dari ketinggian terjadi di gudang logistik, Pembimbing K3 ditugaskan melakukan investigasi. Ia menggunakan metode “5 Why” untuk mengidentifikasi akar penyebabnya. Hasil investigasi menunjukkan bahwa pekerja tidak menggunakan harness. Mengapa pendekatan “5 Why” menjadi penting dalam proses investigasi tersebut?

A. Menentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan
B. Menyusun rekomendasi teknis berdasarkan regulasi perusahaan
C. Menunjukkan bahwa kecelakaan terjadi karena faktor manusia
D. Menggali akar penyebab sistemik yang mendorong terjadinya insiden
E. Memberikan dasar hukum untuk pelaporan ke lembaga pengawasan

Jawaban: D
Pembahasan:
Metode 5 Why digunakan untuk menggali akar penyebab dari sebuah kejadian, bukan hanya penyebab langsung. Misalnya, pekerja tidak memakai harness → karena tidak tersedia → karena tidak dianggarkan → karena manajemen tidak memiliki kebijakan → dan seterusnya. Pendekatan ini efektif untuk perbaikan sistemik.

Soal Nomor 4
Sebuah pabrik tekstil melaporkan bahwa 4 pekerjanya mengalami gejala gangguan pendengaran. Pemeriksaan menunjukkan kebisingan mesin produksi melebihi 90 dB dan tidak ada pengawasan penggunaan APD secara rutin. Apa langkah yang seharusnya dilakukan Pembimbing K3 untuk mencegah kejadian serupa?

A. Memindahkan pekerja ke unit lain dengan intensitas suara lebih rendah
B. Melakukan audit kepatuhan APD dan menyusun program pengawasan ulang
C. Menyediakan earplug baru dan meminta HRD membuat surat teguran
D. Melakukan pelatihan ulang tentang penggunaan APAR
E. Mengganti mesin produksi dengan peralatan yang lebih senyap

Jawaban: B
Pembahasan:
Tindakan paling tepat adalah melakukan audit dan menyusun pengawasan ulang terkait penggunaan APD. Audit menjadi bagian dari manajemen pengendalian risiko secara berkelanjutan. Penyediaan APD tanpa pengawasan akan menjadi tindakan reaktif dan tidak menyelesaikan akar masalah.

Soal Nomor 5
Dalam sesi audit SMK3, Pembimbing K3 menemukan bahwa dokumen pelaporan bulanan K3 tidak tersedia lengkap dan komunikasi K3 antar unit berjalan kurang efektif. Untuk meningkatkan efisiensi pelaporan dan komunikasi risiko, solusi terbaik yang bisa diterapkan adalah?

A. Membuat papan pengumuman K3 di setiap lantai gedung
B. Memberikan pelatihan pelaporan kepada seluruh staf non-produksi
C. Mengintegrasikan sistem pelaporan K3 dengan platform digital berbasis cloud
D. Meminta kepala unit membuat laporan manual setiap akhir minggu
E. Membagikan form komunikasi risiko dalam format kertas kepada seluruh pekerja

Jawaban: C
Pembahasan:
Mengintegrasikan pelaporan dan komunikasi risiko melalui platform digital memungkinkan pelacakan, dokumentasi, dan akses data yang lebih cepat serta akurat. Pendekatan ini sangat disarankan dalam audit SMK3 modern, dibandingkan pelaporan manual atau berbasis kertas yang rawan tertinggal atau hilang.

Soal Nomor 6
Seorang Pembimbing Keselamatan Kerja diminta mengevaluasi penerapan prinsip ergonomi di sebuah pabrik tekstil yang sering mengalami keluhan musculoskeletal dari operator mesin jahit. Setelah dilakukan observasi, ditemukan bahwa tinggi kursi kerja tidak sesuai dengan tinggi meja mesin, pencahayaan kurang, dan posisi kerja terlalu statis dalam waktu lama. Dalam konteks ini, tindakan perbaikan yang paling tepat dan prioritas untuk dilakukan adalah?

A. Mengganti seluruh kursi kerja dengan model ergonomis terbaru yang memiliki fitur sandaran punggung penuh
B. Memberikan pelatihan ulang tentang pentingnya istirahat sejenak dan peregangan otot setiap jam
C. Mengatur rotasi kerja agar pekerja tidak terlalu lama berada di posisi statis yang sama
D. Melakukan penyesuaian stasiun kerja agar sesuai prinsip antropometri pekerja dan meningkatkan pencahayaan kerja
E. Memberi peringatan kepada manajer produksi untuk mengurangi beban kerja harian

Jawaban: D
Pembahasan:
Penyesuaian stasiun kerja berbasis antropometri dan peningkatan pencahayaan merupakan pendekatan ergonomi paling dasar yang harus dilakukan lebih dulu sebelum pendekatan administratif atau pelatihan. Ergonomi fisik yang buruk adalah penyebab utama gangguan muskuloskeletal, sehingga intervensi langsung terhadap lingkungan kerja lebih efektif dibanding pelatihan atau rotasi saja.

Soal Nomor 7
Dalam audit K3 di sebuah perusahaan kimia, Pembimbing Keselamatan Kerja menemukan bahwa beberapa pekerja laboratorium menggunakan sarung tangan berbahan lateks standar saat menangani zat asam kuat dan pelarut organik. Temuan ini menunjukkan ketidaksesuaian dalam?

A. Sistem pemantauan kesehatan kerja
B. Seleksi dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis bahaya
C. Desain ventilasi lokal di laboratorium kimia
D. Penilaian risiko terhadap keselamatan bangunan
E. Penjadwalan kerja shift malam

Jawaban: B
Pembahasan:
Masalah utama dalam kasus ini adalah penggunaan APD yang tidak sesuai dengan jenis bahan kimia yang ditangani. Lateks standar tidak tahan terhadap pelarut organik atau asam kuat. Oleh karena itu, kesesuaian APD dengan jenis bahaya harus menjadi fokus koreksi.

Soal Nomor 8
Seorang Pembimbing K3 perlu mengidentifikasi potensi bahaya pada aktivitas pemeliharaan tangki penyimpanan bahan bakar. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pendekatan identifikasi bahaya berbasis proaktif adalah?

A. Melakukan walk-through survey dengan daftar periksa (checklist) K3
B. Melihat catatan insiden dan kecelakaan sebelumnya yang pernah terjadi
C. Mengadakan pelatihan dasar pengenalan bahan berbahaya kepada pekerja
D. Melibatkan pekerja senior untuk bercerita tentang pengalaman bahaya yang mereka alami
E. Memasang sensor gas tambahan untuk mendeteksi kebocoran bahan bakar

Jawaban: A
Pembahasan:
Langkah pertama dalam pendekatan proaktif identifikasi bahaya adalah observasi langsung terhadap proses kerja menggunakan checklist yang terstruktur. Metode ini membantu mengidentifikasi potensi bahaya aktual sebelum terjadi insiden.

Soal Nomor 9
Seorang pembimbing K3 sedang menyusun program promosi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk pekerja di sektor industri berat. Ia ingin memastikan program tersebut tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membentuk budaya kerja yang aman dan berkelanjutan. Dalam pendekatan promotif seperti ini, strategi apa yang paling tepat untuk meningkatkan partisipasi pekerja dan efektivitas jangka panjang?

A. Memberikan brosur dan poster edukatif secara berkala di area kerja
B. Menyediakan pelatihan daring yang dapat diakses mandiri oleh seluruh karyawan
C. Memasang peringatan visual dan isyarat bahaya pada setiap titik risiko
D. Melakukan inspeksi dadakan untuk memastikan kepatuhan prosedur
E. Melibatkan pekerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program K3 secara kolaboratif

Jawaban: E
Pembahasan:
Strategi promotif K3 yang efektif harus melibatkan pekerja secara aktif agar tercipta rasa memiliki terhadap budaya keselamatan. Opsi E menekankan keterlibatan pekerja dalam seluruh siklus program, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Hal ini sesuai dengan prinsip partisipatif dalam promosi K3 yang terbukti meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan intervensi. Pendekatan ini tidak hanya mendidik tetapi juga membentuk perilaku kerja yang aman secara berkelanjutan.

Soal Nomor 10
Seorang pekerja proyek konstruksi mengalami luka ringan akibat kejatuhan alat kerja dari ketinggian. Dalam investigasi awal, ditemukan bahwa tidak semua pekerja menggunakan safety harness saat bekerja di atas 2 meter, dan tidak ada sistem pelindung jatuh yang memadai. Berdasarkan hal tersebut, apa kesimpulan utama terhadap penerapan program keselamatan kerja di proyek ini?

A. Manajemen proyek gagal menyediakan sistem pelatihan keselamatan kerja yang memadai
B. Supervisor lapangan tidak melakukan pengawasan yang ketat terhadap perilaku kerja tidak aman
C. Sistem kontrol administratif dan teknis terkait pekerjaan di ketinggian tidak diterapkan secara konsisten
D. Penyedia jasa kontraktor belum memenuhi standar K3 nasional yang ditentukan pemerintah
E. SOP tanggap darurat terhadap kejadian cedera ringan tidak tersedia di lokasi kerja

Jawaban: C
Pembahasan:
Fakta bahwa tidak tersedia sistem pelindung jatuh yang memadai dan pekerja tidak menggunakan safety harness menunjukkan bahwa kontrol administratif dan teknis belum berjalan baik. Ini mengindikasikan kegagalan penerapan sistem K3 secara struktural, bukan hanya kesalahan individu atau pelatihan.

Soal Nomor 11
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan di area kerja berisiko tinggi, seorang pembimbing keselamatan kerja ingin menggunakan pendekatan perubahan perilaku. Ia menyadari bahwa kebanyakan kecelakaan terjadi karena kelalaian, bukan kurangnya pengetahuan. Strategi manakah yang paling efektif dalam mengatasi tantangan tersebut?

A. Memberikan sanksi tegas kepada setiap pelanggaran prosedur keselamatan
B. Mengintegrasikan pelatihan penguatan kebiasaan aman dalam rutinitas kerja harian
C. Meningkatkan jumlah papan peringatan dan simbol keselamatan di tempat kerja
D. Menerapkan sistem penalti berbasis skor terhadap pelanggaran keselamatan
E. Menyediakan modul e-learning tentang K3 setiap triwulan

Jawaban: B
Pembahasan:
Perubahan perilaku memerlukan pengulangan dan penguatan secara konsisten. Pelatihan yang terintegrasi dalam rutinitas harian membantu membentuk kebiasaan, sehingga pekerja lebih sadar dan otomatis bertindak aman. Solusi ini jauh lebih efektif daripada pendekatan hukuman atau sekadar informasi.

Soal Nomor 12
Seorang Pembimbing Keselamatan Kerja sedang meninjau efektivitas program K3 di sebuah pabrik yang baru mengalami kecelakaan kerja. Evaluasi awal menunjukkan lemahnya koordinasi antar tim dan kurangnya pelaporan potensi bahaya. Apa pendekatan yang paling sesuai untuk memperkuat sistem pelaporan dan komunikasi keselamatan?

A. Meningkatkan patroli pengawas keselamatan secara berkala
B. Menyediakan formulir pelaporan bahaya dalam format cetak di setiap divisi
C. Membangun sistem pelaporan berbasis digital yang bersifat anonim dan mudah diakses
D. Menambah staf K3 untuk masing-masing area kerja
E. Memberikan insentif finansial bagi pekerja yang tidak mengalami insiden

Jawaban: C
Pembahasan:
Sistem pelaporan yang mudah diakses dan bersifat anonim meningkatkan partisipasi pekerja dalam melaporkan kondisi tidak aman tanpa takut sanksi. Pendekatan digital juga mempercepat pengumpulan dan analisis data untuk intervensi yang lebih responsif.

Soal Nomor 13
Dalam kegiatan audit internal keselamatan kerja, ditemukan bahwa pekerja sering tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) secara konsisten meskipun telah disediakan dan disosialisasikan. Faktor psikologis dan sosial apa yang paling mungkin berperan dalam rendahnya penggunaan APD tersebut?

A. Ketidaksesuaian ukuran dan desain APD yang disediakan
B. Keterbatasan ketersediaan APD di area kerja tertentu
C. Kurangnya pengawasan langsung dari atasan
D. Norma kelompok kerja yang menganggap penggunaan APD tidak penting atau merepotkan
E. Jadwal kerja yang terlalu padat dan tidak fleksibel

Jawaban: D
Pembahasan:
Norma sosial di lingkungan kerja sangat memengaruhi perilaku individu. Jika rekan kerja atau supervisor menunjukkan ketidakseriusan dalam penggunaan APD, maka pekerja lain akan cenderung menyesuaikan diri dengan norma tersebut meskipun mengetahui risiko.

Soal Nomor 14
Saat melakukan investigasi terhadap kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera berat, ditemukan bahwa tidak ada prosedur kerja tertulis yang mengatur kegiatan tersebut. Apa tindakan paling strategis yang harus dilakukan pembimbing keselamatan kerja untuk mencegah kejadian serupa?

A. Memberikan pelatihan ulang kepada pekerja yang terlibat
B. Meningkatkan pengawasan di area kerja tersebut
C. Mengadakan pelatihan investigasi kecelakaan kerja bagi staf K3
D. Melakukan rotasi pekerjaan secara berkala
E. Menyusun dan mensosialisasikan prosedur kerja standar (SOP) yang spesifik dan aplikatif

Jawaban: E
Pembahasan:
Tanpa SOP yang jelas, pekerja tidak memiliki acuan yang pasti dalam menjalankan tugas dengan aman. Menyusun dan menyosialisasikan prosedur kerja adalah langkah preventif fundamental dalam sistem manajemen K3.

Soal Nomor 15
Seorang Pembimbing Keselamatan Kerja ingin meningkatkan budaya pelaporan nyaris celaka (near miss) di sebuah perusahaan logistik. Saat ini, sebagian besar pekerja menganggap bahwa pelaporan hanya diperlukan jika ada korban atau kerusakan. Apa pendekatan paling tepat yang dapat diterapkan?

A. Melakukan kampanye internal yang menekankan pentingnya pelaporan near miss sebagai bentuk kepedulian kolektif
B. Memberikan hadiah setiap akhir bulan kepada pelapor near miss terbanyak
C. Menerapkan sanksi kepada pekerja yang tidak melaporkan kejadian nyaris celaka
D. Mengintegrasikan laporan near miss sebagai syarat penilaian kinerja tahunan
E. Menghapuskan batas waktu pelaporan untuk memudahkan proses administrasi

Jawaban: A
Pembahasan:
Membangun kesadaran dan kepedulian bersama adalah fondasi budaya pelaporan yang baik. Kampanye internal yang mengedukasi bahwa pelaporan near miss bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari pencegahan kecelakaan, akan meningkatkan partisipasi pekerja secara sukarela.

Soal Nomor 16
Seorang Pembimbing Keselamatan Kerja sedang mengevaluasi efektivitas program K3 di sebuah pabrik manufaktur. Salah satu temuan menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara frekuensi pelatihan dan kepatuhan terhadap prosedur. Dalam pendekatan manajemen K3, apa yang paling tepat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pekerja?

A. Memberikan insentif bagi pekerja yang patuh terhadap K3
B. Mengadakan audit eksternal secara berkala di setiap unit kerja
C. Memberikan sanksi administratif bagi pelanggar aturan
D. Melakukan peningkatan dokumentasi dan SOP tertulis
E. Mengintegrasikan pelatihan rutin dengan pendekatan partisipatif pekerja

Jawaban: E
Pembahasan:
Mengintegrasikan pelatihan dengan pendekatan partisipatif terbukti efektif karena pekerja lebih memahami dan merasa memiliki terhadap kebijakan K3. Cara ini juga membangun budaya keselamatan kerja yang lebih berkelanjutan dibandingkan hanya dengan hukuman atau audit semata.

Soal Nomor 17
Dalam program pembinaan keselamatan kerja di area pertambangan terbuka, ditemukan bahwa pekerja kurang memahami simbol-simbol peringatan yang dipasang di lapangan. Apa intervensi yang paling tepat dilakukan pembimbing K3 untuk mengatasi masalah tersebut?

A. Memperbanyak jumlah rambu keselamatan di area kerja
B. Mengganti semua simbol dengan teks tertulis yang lebih jelas
C. Memberikan pengarahan tambahan secara lisan setiap pagi
D. Mengadakan pelatihan ulang khusus terkait arti simbol keselamatan
E. Mewajibkan penggunaan APD secara ketat selama jam kerja

Jawaban: D
Pembahasan:
Pelatihan ulang yang fokus pada pemahaman simbol sangat penting untuk meningkatkan literasi visual pekerja terhadap bahaya di lingkungan kerja. Hal ini efektif untuk mencegah kecelakaan akibat kesalahpahaman terhadap rambu-rambu.

Soal Nomor 18
Dalam inspeksi keselamatan kerja di sebuah laboratorium kimia, ditemukan bahwa beberapa pekerja tidak menggunakan APD lengkap saat menangani bahan berbahaya. Apa langkah yang paling sesuai untuk segera dilakukan oleh Pembimbing Keselamatan Kerja?

A. Menyampaikan laporan tertulis kepada atasan langsung pekerja
B. Menghentikan sementara operasional laboratorium tersebut
C. Melakukan penyuluhan ulang terkait bahaya bahan kimia dan pentingnya APD
D. Memberikan teguran keras kepada pekerja secara langsung
E. Menambah signage larangan di sekitar area kerja

Jawaban: C
Pembahasan:
Penyuluhan ulang dapat memperkuat kesadaran akan bahaya bahan kimia dan meningkatkan kepatuhan penggunaan APD. Langkah ini bersifat edukatif dan preventif, sangat relevan dalam konteks pembimbingan keselamatan kerja.

Soal Nomor 19
Seorang pembimbing K3 menerima laporan bahwa frekuensi kecelakaan kecil seperti tersandung dan terjatuh meningkat di area gudang. Setelah observasi, diketahui bahwa jalur evakuasi kerap terhalang barang. Apa tindakan utama yang harus segera dilakukan?

A. Menyusun ulang layout ruangan bersama tim logistik
B. Menegur supervisor gudang karena kelalaian tata letak barang
C. Mengganti petugas pengatur gudang dengan yang lebih kompeten
D. Menghapus jalur evakuasi lama dan membuat yang baru
E. Melakukan patroli rutin tanpa memberi tahu staf

Jawaban: B
Pembahasan:
Menegur supervisor yang bertanggung jawab atas pengaturan barang adalah langkah awal untuk menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap jalur evakuasi. Tindakan ini bersifat korektif langsung dan menunjukkan urgensi keselamatan kerja.

Soal Nomor 20
Dalam kegiatan evaluasi risiko pada proyek pembangunan gedung bertingkat, ditemukan bahwa pekerja cenderung mengabaikan prosedur kerja aman saat dikejar target waktu. Apa yang seharusnya menjadi perhatian utama pembimbing K3?

A. Menyelaraskan jadwal kerja dengan prinsip keselamatan agar tidak saling bertabrakan
B. Menyediakan lebih banyak peralatan pelindung yang modern
C. Meminta pekerja menandatangani komitmen keselamatan
D. Memberi sanksi kepada pekerja yang mengabaikan keselamatan
E. Mengurangi jumlah pekerja agar lebih terkendali

Jawaban: A
Pembahasan:
Ketidaksesuaian antara target proyek dan waktu kerja aman bisa menyebabkan pengabaian prosedur keselamatan. Solusi terbaik adalah menyelaraskan target kerja dengan prinsip K3 agar produktivitas dan keselamatan bisa berjalan seimbang.

Ingin Akses Lebih Banyak Soal & Pembahasan Pembimbing Keselamatan Kerja?

Masih banyak soal dan pembahasan lainnya yang bisa membantu Anda mempersiapkan diri sebagai Pembimbing Keselamatan Kerja, terutama untuk menghadapi seleksi jenjang fungsional. Untuk materi yang lebih lengkap dan terarah, Anda juga bisa menemukan sumber belajar tambahan di platform seperti fungsional.id yang menyajikan latihan soal dan pembahasan sesuai kebutuhan jabatan fungsional.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Tim Asn

Tim Asn

Tim ASN adalah kelompok profesional yang terbiasa menyusun soal. Kami terdiri dari ahli berbagai bidang, berkomitmen menciptakan soal berkualitas tinggi yang relevan dengan kompetensi jabatan.