Dalam rekrutmen Aparatur Sipil Negara, posisi PPPK Tenaga Kesehatan Umum menjadi salah satu formasi yang paling diminati karena perannya yang krusial dalam memperkuat sistem pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Seleksi ini tidak hanya menilai kemampuan akademik, tetapi juga menuntut pemahaman mendalam terhadap praktik pelayanan medis, etika profesi, serta kompetensi teknis yang relevan dengan kebutuhan lapangan. Tes PPPK Tenaga Kesehatan Umum dirancang untuk memastikan bahwa tenaga medis yang direkrut memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional yang selaras dengan standar pelayanan publik yang berintegritas dan berorientasi pada keselamatan pasien.
Melalui artikel ini, pembaca akan mendapatkan gambaran lengkap tentang Soal PPPK Tenaga Kesehatan Umum, disertai dengan kisi-kisi dan pembahasan mendalam yang akan membantu dalam memahami tipe soal yang sering muncul, logika di balik setiap pertanyaan, serta strategi menjawabnya secara efektif. Dengan persiapan yang terarah dan berbasis pemahaman, peserta seleksi dapat meningkatkan peluang suksesnya dalam menghadapi ujian kompetensi, sekaligus memperkuat kapasitas diri sebagai tenaga kesehatan profesional yang siap mengabdi bagi masyarakat.

Table of Contents
ToggleKisi-kisi Soal PPPK Tenaga Kesehatan Umum
Berikut kisi-kisi Soal PPPK Tenaga Kesehatan Umum lengkap dengan poin-poin dan penjelasan singkat di setiap bagian:
- Pengetahuan Dasar Kedokteran dan Kesehatan Umum
Mengukur pemahaman peserta tentang anatomi, fisiologi, patofisiologi, serta prinsip dasar diagnosis dan terapi berbagai penyakit umum. Soal mencakup analisis gejala, penentuan diagnosis banding, dan rencana penatalaksanaan yang rasional. - Pelayanan Kesehatan Primer
Menilai kemampuan dalam memberikan layanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di tingkat puskesmas atau fasilitas kesehatan dasar. Termasuk penerapan pendekatan keluarga dan manajemen kasus berbasis komunitas. - Manajemen Kasus Medis di Fasilitas Kesehatan
Mencakup kemampuan mengelola pasien dari anamnesis, pemeriksaan fisik, interpretasi hasil penunjang, hingga penegakan diagnosis dan penentuan terapi sesuai standar pelayanan kedokteran. - Penyakit Menular dan Tidak Menular
Menguji pemahaman terhadap penanganan penyakit menular (seperti TBC, HIV, malaria, DBD) dan penyakit tidak menular (seperti hipertensi, diabetes, dan stroke). Fokus pada pencegahan, deteksi dini, serta manajemen jangka panjang pasien. - Kedaruratan Medis dan Tindakan Gawat Darurat
Menilai kemampuan dalam pengambilan keputusan cepat dan tepat dalam situasi darurat, seperti henti napas, syok, perdarahan hebat, atau trauma. Peserta diharapkan memahami algoritma Basic Life Support (BLS) dan Advanced Life Support (ALS). - Farmakologi dan Rasionalitas Penggunaan Obat
Menguji pengetahuan mengenai mekanisme kerja obat, efek samping, kontraindikasi, serta prinsip rational drug use. Soal sering berupa kasus pemberian resep atau pemilihan terapi yang tepat sesuai kondisi pasien. - Etika, Profesionalisme, dan Hukum Kesehatan
Mengukur pemahaman tentang kode etik profesi medis, tanggung jawab moral dokter terhadap pasien, serta aspek hukum dalam praktik kedokteran, termasuk perlindungan pasien dan pelaporan kasus medis khusus. - Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Klinis
Menilai pemahaman tentang patient safety goals, identifikasi risiko, pelaporan insiden keselamatan, serta penerapan standar operasional prosedur untuk mencegah kesalahan medis dan meningkatkan mutu layanan. - Kesehatan Masyarakat dan Epidemiologi
Mencakup pengetahuan tentang surveilans penyakit, analisis data epidemiologi, dan penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti. Peserta diuji kemampuan menganalisis masalah kesehatan di tingkat populasi dan intervensinya. - Komunikasi Efektif dan Pelayanan Berorientasi Pasien
Menguji kemampuan peserta berinteraksi dengan pasien, keluarga, serta tim medis secara empatik dan profesional. Soal biasanya menekankan pendekatan komunikasi terapeutik, informed consent, dan edukasi pasien.
Contoh Soal PPPK Tenaga Kesehatan Umum dan Pembahasan
Berikut 20 contoh soal HOTS untuk PPPK Tenaga Kesehatan Umum, disertai kunci jawaban dan pembahasan mendalam :
Soal 1
Seorang laki-laki 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan utama sakit kepala hebat sejak 6 jam yang lalu, disertai mual dan muntah dua kali. Riwayat hipertensi primer selama 10 tahun, mengonsumsi obat antihipertensi tidak teratur. Pemeriksaan: kesadaran kompos mentis, tekanan darah 195/110 mmHg, nadi 88/menit, RR 18/menit, temperatur 36,8°C. Neurologis: pupil isokor, tidak ada kelumpuhan fokal pada skrining awal, namun pasien tampak sangat nyeri kepala dan tidak bisa tidur. Anda tidak memiliki CT-scan di fasilitas. Tindakan awal yang paling tepat di puskesmas adalah:
A. Memberikan analgesik kuat (morfina) intramuskular untuk segera menurunkan nyeri kepala, observasi 1 jam lalu rujuk.
B. Memberikan antihipertensi oral dosis penuh untuk menurunkan tekanan darah cepat hingga <140/90 mmHg lalu observasi.
C. Menstabilkan pasien, memberikan antihipertensi parenteral terkontrol (mis. nitroprusida atau labetalol IV infusion) dengan pemantauan ketat, persiapan rujukan ke rumah sakit rujukan neurosurgery.
D. Memberi aspirin 300 mg oral karena dicurigai sindrom vaskular iskemik dan rujuk setelah dua jam observasi.
E. Observasi saja di puskesmas, beri antiemetik dan anjuran istirahat, baru rujuk jika kondisi memburuk.
Jawaban: C
Pembahasan:
Kecurigaan utama pada pasien ini adalah krisis hipertensi dengan kemungkinan komplikasi neurologis serius (mis. perdarahan intrakranial atau hipertensi akut yang mengancam organ). Tanda-tanda yang mengkhawatirkan: onset sakit kepala hebat mendadak, tekanan darah sangat tinggi (195/110 mmHg), mual-muntah — semua ini bisa mengindikasikan hipertensive emergency, termasuk kemungkinan perdarahan subaraknoid atau intrakranial. Di puskesmas tanpa CT-scan, prioritas adalah stabilisasi dan pengendalian tekanan darah secara terkontrol serta persiapan rujukan ke RS rujukan dengan kemampuan diagnostik dan perawatan intensif.
Mengapa C benar: pilihan C menyarankan antihipertensi parenteral terkontrol (mis. IV labetalol atau nitroprusida) dengan pemantauan — ini sesuai untuk hipertensive emergency yang membutuhkan penurunan tekanan darah bertahap dan dipantau agar tidak terlalu cepat menurunkannya. Persiapan rujukan ke rumah sakit rujukan neurosurgery/neuro ICU juga tepat mengingat kemungkinan patologi intracranial.
Soal 2
Di sebuah wilayah endemik DBD, Anda sebagai dokter puskesmas menerima laporan peningkatan kunjungan demam pada anak-anak di sebuah dusun dalam 2 minggu terakhir. Surveilans awal menunjukkan 18 kasus demam disertai trombositopenia ringan sampai sedang; satu kasus mengalami peringatan perdarahan. Anda harus merencanakan intervensi komunitas yang paling efektif dan feasible untuk menurunkan transmisi dan kasus berat. Pilihan intervensi paling tepat adalah:
A. Melakukan fogging/insektisida ruang terbuka di seluruh dusun setiap minggu selama sebulan.
B. Mengadakan kampanye edukasi rumah ke rumah tentang 3M (menguras, menutup, mengubur) + manajemen kasus di puskesmas (triase demam, rujukan bila tanda peringatan), serta peningkatan surveilans aktif selama 2 minggu.
C. Menutup sementara sekolah-sekolah dan pasar agar mobilitas penduduk turun.
D. Memberi profilaksis massal dengan obat antiparasit/antiviral kepada seluruh penduduk.
E. Menginstruksikan seluruh puskesmas untuk segera merujuk setiap kasus demam ke rumah sakit rujukan tanpa pengecualian.
Jawaban: B
Pembahasan:
Dengue control yang efektif di komunitas mengandalkan kombinasi kontrol vektor berbasis komunitas, edukasi, pembersihan sumber nyamuk, serta manajemen kasus yang cepat untuk mencegah komplikasi. Intervensi yang paling feasible dan evidence-based di setting primer adalah pemberdayaan masyarakat (3M), edukasi tentang tanda bahaya demam dengue, triase dan manajemen kasus di puskesmas, serta surveilans aktif untuk mendeteksi peningkatan kasus.
Mengapa B benar: kampanye 3M langsung menarget sumber perkembangbiakan Aedes aegypti, sementara manajemen kasus di fasilitas kesehatan akan menurunkan mortalitas bila tanda peringatan dikenali dan segera ditangani. Surveilans aktif memungkinkan deteksi klaster dan intervensi lebih fokus.
Soal 3
Seorang wanita 30 tahun datang dengan riwayat infeksi saluran kemih berulang. Kultur urin terakhir menunjukkan Escherichia coli sensitif terhadap nitrofurantoin dan trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX), tetapi resisten terhadap fluoroquinolone. Pasien memiliki riwayat alergi sulfa ringan (ruam erythematous beberapa tahun lalu setelah minum sulfamethoxazole). Kehamilan saat ini dapat terjadi (usia subur, tidak menggunakan kontrasepsi, dan tidak menutup kemungkinan hamil). Pilihan terapi yang paling tepat untuk pengobatan akut infeksi saluran kemih sederhana ini adalah:
A. Memberikan TMP-SMX karena hasil kultur sensitif meski riwayat alergi ringan, lalu observasi.
B. Memberikan nitrofurantoin oral sesuai dosis untuk infeksi saluran kemih akut.
C. Memberikan fluoroquinolone meski kultur resisten karena efek klinis cepat.
D. Menunda terapi antibiotik sampai konfirmasi kehamilan untuk menghindari risiko pada janin.
E. Memberikan amoksisilin empiris meski tidak sensitif menurut kultur.
Jawaban: B
Pembahasan:
Pertimbangan utama: hasil kultur, riwayat alergi sulfa, dan kemungkinan kehamilan. Nitrofurantoin adalah pilihan yang efektif untuk infeksi saluran kemih bawah (kistik) pada wanita, umumnya aman selama kehamilan trimester I dan II dengan catatan tidak digunakan pada persalinan atau anemia hemolitik. TMP-SMX kontraindikasi/berisiko pada kehamilan terutama pada trimester pertama dan ketiga; juga pasien memiliki riwayat alergi sulfa—maka tidak ideal. Fluoroquinolone tidak direkomendasikan pada kehamilan dan kultur menunjukkan resistensi—tidak boleh. Amoksisilin bila tidak sensitif menurut kultur tidak rasional.
Mengapa B benar: nitrofurantoin sesuai sensitifitas kultur, relatif aman jika kehamilan mungkin, dan pasien tidak memiliki kontraindikasi terhadap nitrofurantoin.
Soal 4
Seorang pasien lansia 70 tahun dengan multiple comorbid (diabetes melitus, gagal jantung kongestif) datang bersama keluarga untuk diskusi akhir hidup. Dokter di puskesmas memberi prognosis bahwa kemungkinan pulih penuh dari kondisi saat ini rendah dan merekomendasikan perawatan paliatif di rumah. Keluarga menolak, menuntut tindakan maksimal termasuk rujukan dan intervensi kompleks, karena berharap ada kemungkinan kesembuhan. Bagaimana Anda, sebagai tenaga kesehatan, menangani komunikasi dan keputusan bersama keluarga dengan prinsip etika profesi?
A. Menolak permintaan keluarga dan memutuskan sendiri rencana paliatif berdasarkan penilaian medis.
B. Menyetujui semua permintaan keluarga untuk menghindari konflik, termasuk rujukan dan intervensi invasif.
C. Mengadakan diskusi bersama (family meeting) yang transparan: jelaskan prognosis berdasarkan bukti, risiko-manfaat intervensi kompleks, opsi paliatif yang fokus pada kenyamanan, dan mendengarkan nilai serta preferensi pasien/keluarga untuk mencapai keputusan bersama.
D. Menunda diskusi dan memberi waktu keluarga untuk mencari second opinion di luar puskesmas tanpa membahas rekomendasi dokter.
E. Mengarahkan keluarga untuk menandatangani dokumen penolakan intervensi tanpa penjelasan rinci agar tanggung jawab beralih ke pihak keluarga.
Jawaban: C
Pembahasan:
Prinsip etika yang relevan: autonomy (menghormati keputusan pasien), beneficence dan non-maleficence (bertindak demi kebaikan dan menghindari bahaya), serta justice. Komunikasi yang baik melibatkan pemberian informasi jujur, jelas, dan empatik, dan melibatkan keluarga/pasien dalam shared decision-making. Pilihan C menunjukkan pendekatan komunikasi yang etis: menjelaskan prognosis berbasis bukti, memaparkan risiko dan manfaat intervensi serta opsi paliatif, dan mendengar nilai preferensi keluarga/pasien.
Mengapa C benar: ini memfasilitasi keputusan bersama yang menghormati otonomi pasien (atau keluarga bila pasien tidak kompeten), menghindari overtreatment yang berpotensi merugikan, dan menjaga hubungan terapeutik.
Soal 5
Di UGD puskesmas yang memiliki fasilitas terbatas, seorang anak 8 tahun dibawa dengan demam 39,5°C, napas cepat (RR 48/menit), dan saturasi oksigen 91% pada udara ruangan. Anak tampak rewel dan menggigil, tidak ada tanda dehidrasi berat, tetapi terdapat wheeze bilateral. Fasilitas puskesmas memiliki oksigen konsentrator, nebulizer, obat bronkodilator inhalasi, dan akses rujukan ke RS rujukan 1 jam perjalanan. Langkah terukur dan urutan tindakan yang paling tepat adalah:
A. Segera rujuk ke RS rujukan tanpa intervensi karena jalan ke RS hanya satu jam.
B. Berikan inhalasi bronkodilator via nebulizer/MDI-spacer dan oksigen suplemental, evaluasi respons dalam 15–30 menit; jika tidak membaik atau saturasi tetap <92%, persiapkan rujukan segera.
C. Beri antibiotik intravena luas spektrum lalu observasi 2 jam sebelum memutuskan rujukan.
D. Beri antipiretik oral saja dan pulangkan dengan instruksi kontrol esok hari jika tidak membaik.
E. Lakukan intubasi dan ventilasi mekanik di puskesmas karena saturasi <92%.
Jawaban: B
Pembahasan:
Anak menunjukkan tanda gangguan pernapasan (RR tinggi, saturasi 91%, wheeze) yang memerlukan penilaian cepat dan stabilisasi awal. Di fasilitas primer dengan keterbatasan, prinsipnya adalah stabilisasi awal (airway, breathing, circulation) dengan intervensi yang tersedia, lalu rujuk bila tidak ada perbaikan atau jika kondisi berat.
Mengapa B benar: memberikan bronkodilator (neb atau MDI + spacer) dan oksigen adalah langkah awal standar untuk bronkiolitis/asthma/exacerbation; evaluasi respon dalam waktu pendek memungkinkan menentukan apakah pasien dapat stabil atau perlu rujuk. Target saturasi pada anak biasanya ≥92% (tergantung pedoman lokal). Jika setelah intervensi saturasi tetap <92% atau pasien terlihat bekerja napas berat, segera rujuk.
Soal 6
Seorang pria 54 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 3 bulan terakhir, terutama setelah makan pedas dan asam. Ia sudah mengonsumsi antasida tanpa perbaikan. Dokter kemudian meresepkan omeprazol 20 mg/hari selama 14 hari. Setelah 10 hari penggunaan, pasien kembali dengan keluhan sakit kepala ringan dan kembung. Ia meminta agar obat diganti dengan ranitidin karena dianggap lebih “ringan”.
Sebagai tenaga kesehatan, tindakan yang paling tepat dalam menangani pasien ini adalah…
A. Menghentikan omeprazol dan mengganti dengan ranitidin sesuai permintaan pasien.
B. Menjelaskan efek samping ringan omeprazol dan melanjutkan terapi sesuai durasi yang dianjurkan.
C. Menghentikan semua obat dan menyarankan pengobatan herbal sementara.
D. Menambahkan antasida bersamaan dengan omeprazol untuk meredakan gejala.
E. Menurunkan dosis omeprazol menjadi 10 mg/hari agar efek samping berkurang.
Jawaban: B
Pembahasan:
Efek samping ringan seperti sakit kepala dan kembung merupakan reaksi umum dari omeprazol yang biasanya bersifat sementara. Menghentikan terapi sebelum waktunya dapat menyebabkan kekambuhan gejala dispepsia. Edukasi pasien mengenai efek samping ringan dan pentingnya menyelesaikan terapi lebih sesuai dengan prinsip rational drug use serta patient-centered communication.
Soal 7
Seorang wanita 37 tahun datang ke IGD dengan penurunan kesadaran setelah tersengat listrik. Nadi lemah, napas dangkal, dan kulit tampak pucat. Dokter segera memastikan keamanan area, lalu melakukan pemeriksaan cepat ABC (Airway, Breathing, Circulation). Setelah memastikan jalan napas bersih, ditemukan henti napas dan denyut nadi tidak teraba.
Langkah pertama yang harus dilakukan tenaga kesehatan sesuai pedoman Basic Life Support (BLS) adalah…
A. Memberikan dua napas buatan terlebih dahulu.
B. Melakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kedalaman 5 cm.
C. Memasang jalur infus dan memberikan cairan cepat.
D. Memanggil bantuan medis lanjutan terlebih dahulu.
E. Melakukan defibrilasi segera tanpa kompresi awal.
Jawaban: B
Pembahasan:
Dalam kasus henti jantung, prinsip BLS yang benar adalah CAB (Compressions, Airway, Breathing). Kompresi dada segera dilakukan 30 kali dengan kedalaman sekitar 5 cm dan kecepatan 100–120 kali per menit sebelum memberikan napas buatan. Langkah ini meningkatkan peluang perfusi dan oksigenasi ke otak dan jantung secara efektif.
Soal 8
Seorang dokter di puskesmas mengetahui bahwa pasiennya mengidap HIV positif, namun pasien menolak untuk memberi tahu pasangannya. Dokter merasa khawatir terhadap potensi penularan tetapi juga sadar akan kewajiban menjaga kerahasiaan medis.
Bagaimana langkah etis yang paling tepat dilakukan oleh dokter tersebut?
A. Melaporkan kondisi pasien kepada aparat tanpa izin pasien.
B. Memberitahu pasangan pasien demi pencegahan penularan.
C. Menjaga kerahasiaan pasien sambil memberikan konseling intensif agar pasien bersedia memberi tahu pasangannya.
D. Mengabaikan situasi tersebut karena bukan tanggung jawab tenaga kesehatan.
E. Mengumumkan status pasien di lingkungan kerja agar lebih waspada.
Jawaban: C
Pembahasan:
Kode Etik Kedokteran menegaskan bahwa dokter wajib menjaga kerahasiaan pasien, kecuali dalam kondisi tertentu yang diatur oleh hukum. Dalam kasus HIV, dokter perlu melakukan counseling dan edukasi kepada pasien agar secara sukarela menginformasikan pasangannya. Ini mencerminkan keseimbangan antara prinsip autonomy, beneficence, dan confidentiality.
Soal 9
Dalam sebuah wilayah, terjadi peningkatan signifikan kasus diare pada anak usia di bawah lima tahun selama dua minggu terakhir. Puskesmas mencatat 35 kasus dari total 500 balita. Setelah dilakukan penyelidikan, diketahui bahwa sebagian besar keluarga menggunakan sumber air yang sama dari sumur dangkal yang berjarak 10 meter dari septiktank.
Langkah prioritas yang harus dilakukan tenaga kesehatan untuk menanggulangi masalah ini adalah…
A. Memberikan pengobatan masal kepada seluruh anak di wilayah tersebut.
B. Melakukan surveilans aktif terhadap kasus baru dan edukasi perilaku hidup bersih sehat (PHBS).
C. Menutup sumber air sumur tersebut tanpa pemberitahuan masyarakat.
D. Melaporkan kasus ke dinas kesehatan tanpa tindakan lapangan.
E. Menyediakan antibiotik untuk semua warga yang berisiko tinggi.
Jawaban: B
Pembahasan:
Masalah utama adalah kontaminasi air akibat jarak tidak aman antara sumber air dan septiktank. Intervensi berbasis masyarakat seperti edukasi PHBS, pemantauan kasus baru, dan identifikasi sumber penularan adalah langkah kunci dalam outbreak response. Pendekatan ini mencerminkan prinsip epidemiologi dan kesehatan lingkungan.
Soal 10
Seorang pasien lansia dengan hipertensi kronis sering tidak mematuhi jadwal minum obat karena merasa “sudah sehat”. Saat dikonfirmasi, ia mengaku tidak paham pentingnya pengobatan jangka panjang.
Pendekatan komunikasi yang paling efektif bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan pasien adalah…
A. Memberi teguran keras agar pasien lebih disiplin.
B. Menjelaskan risiko komplikasi secara rinci menggunakan istilah medis.
C. Melibatkan keluarga pasien dan memberikan edukasi dengan bahasa sederhana dan empatik.
D. Mengganti seluruh obat dengan terapi herbal agar pasien lebih percaya.
E. Memberikan brosur tanpa penjelasan tambahan.
Jawaban: C
Pembahasan:
Komunikasi terapeutik menekankan empati, kesederhanaan bahasa, dan keterlibatan keluarga, terutama bagi pasien lansia. Edukasi yang partisipatif membantu meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien terhadap terapi jangka panjang. Pendekatan ini sejalan dengan konsep patient-centered care dan health literacy.
Soal 11
Seorang pria berusia 48 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mudah lelah, jantung berdebar, dan sering buang air kecil pada malam hari. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 150/95 mmHg, denyut nadi 102 kali/menit, dan kadar glukosa darah puasa 165 mg/dL. Dokter mencurigai pasien mengalami sindrom metabolik.
Berdasarkan kondisi tersebut, pendekatan tatalaksana paling tepat yang harus dilakukan tenaga kesehatan adalah…
A. Fokus pada pemberian obat antihipertensi segera untuk menurunkan tekanan darah.
B. Memberikan terapi simptomatik sambil menunggu hasil pemeriksaan lanjutan.
C. Melakukan intervensi gaya hidup komprehensif dan penatalaksanaan faktor risiko metabolik secara simultan.
D. Memberikan suplemen vitamin untuk memperbaiki metabolisme tubuh.
E. Menunda terapi sampai hasil laboratorium lengkap keluar.
Jawaban: C
Pembahasan:
Sindrom metabolik adalah kombinasi dari hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia, dan obesitas abdominal. Pendekatan terbaik adalah comprehensive lifestyle modification (diet, aktivitas fisik, dan kontrol berat badan) bersamaan dengan terapi farmakologis sesuai indikasi. Penatalaksanaan hanya dengan satu fokus (misalnya tekanan darah) tidak efektif.
Soal 12
Di sebuah desa terpencil, angka kejadian ISPA pada balita meningkat dalam tiga bulan terakhir. Petugas kesehatan menemukan banyak rumah dengan ventilasi buruk dan keluarga masih menggunakan tungku kayu di dalam rumah.
Langkah paling tepat yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sebagai bagian dari upaya promotif dan preventif adalah…
A. Membagikan antibiotik kepada semua balita sebagai langkah pencegahan ISPA.
B. Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan dan memperbaiki ventilasi rumah bersama warga.
C. Menyemprotkan disinfektan di rumah-rumah warga.
D. Mengalihkan seluruh pelayanan kesehatan ke rumah sakit kabupaten.
E. Melakukan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran ISPA.
Jawaban: B
Pembahasan:
Penyebab utama ISPA di daerah tersebut adalah polusi udara dalam ruangan. Upaya promotif dan preventif yang efektif adalah edukasi perilaku sehat serta perbaikan lingkungan (ventilasi dan bahan bakar). Langkah ini sejalan dengan prinsip Primary Health Care dan pendekatan keluarga sehat.
Soal 13
Seorang wanita berusia 60 tahun rutin kontrol hipertensi, tetapi hasil tekanan darahnya selalu tinggi meskipun sudah minum obat. Saat ditanya, ia mengaku sering lupa minum obat karena efek samping pusing. Dokter mencurigai masalah kepatuhan terapi.
Langkah pertama yang paling tepat dilakukan tenaga kesehatan adalah…
A. Menambah dosis obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah lebih cepat.
B. Mengganti obat tanpa menanyakan penyebab ketidakpatuhan pasien.
C. Melakukan konseling untuk mengetahui alasan pasien tidak patuh dan mencari solusi bersama.
D. Menghentikan obat sementara agar pasien tidak pusing.
E. Merujuk pasien ke spesialis jantung tanpa intervensi awal.
Jawaban: C
Pembahasan:
Masalah utama adalah non-adherence. Pendekatan komunikasi efektif melalui konseling penting untuk memahami alasan pasien dan memberikan edukasi yang tepat. Ini sesuai dengan prinsip patient-centered care dan shared decision-making yang meningkatkan keberhasilan terapi jangka panjang.
Soal 14
Di ruang rawat inap, seorang perawat salah memberikan obat pada pasien karena label obat mirip dengan pasien lain. Untungnya, pasien segera sadar dan tidak mengalami efek samping berat.
Langkah paling tepat yang harus dilakukan sesuai prinsip keselamatan pasien adalah…
A. Menegur perawat secara pribadi agar lebih hati-hati di kemudian hari.
B. Melaporkan kejadian tersebut sebagai insiden keselamatan pasien untuk evaluasi sistem.
C. Menyembunyikan kejadian agar tidak menurunkan citra fasilitas kesehatan.
D. Mengganti obat yang salah dengan dosis yang benar tanpa laporan.
E. Menunggu dampak klinis sebelum melakukan tindakan apapun.
Jawaban: B
Pembahasan:
Patient Safety menekankan sistem pelaporan insiden (baik near miss maupun adverse event) untuk analisis akar masalah dan perbaikan sistem pelayanan. Pendekatan ini bukan untuk menyalahkan individu, melainkan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan.
Soal 15
Seorang pasien 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi, nyeri otot, dan bintik merah di kulit sejak dua hari terakhir. Ia tinggal di daerah endemis DBD. Hasil pemeriksaan menunjukkan trombosit 140.000/µL, hematokrit 44%, dan tidak ada tanda perdarahan berat.
Langkah tatalaksana yang paling tepat di fasilitas pelayanan primer adalah…
A. Merujuk segera ke rumah sakit karena diduga DBD berat.
B. Memberikan antibiotik spektrum luas dan antipiretik.
C. Melakukan observasi ketat, pemberian cairan oral, dan edukasi tanda bahaya kepada keluarga.
D. Memberikan transfusi trombosit untuk mencegah perdarahan.
E. Memberikan obat antivirus untuk menurunkan viremia.
Jawaban: C
Pembahasan:
Pasien masih dalam fase awal DBD tanpa tanda bahaya. Tindakan yang tepat adalah observasi, rehidrasi, dan edukasi tentang tanda bahaya (muntah terus, perdarahan, penurunan kesadaran). Ini mencerminkan penerapan clinical judgment dan efisiensi pelayanan primer sesuai pedoman Kemenkes.
Soal 16
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk lebih dari tiga minggu, berat badan menurun, dan keringat malam. Hasil pemeriksaan dahak BTA positif (++). Pasien mengatakan kadang lupa minum obat karena merasa sudah membaik setelah dua minggu pengobatan.
Sebagai tenaga kesehatan, tindakan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan pasien adalah…
A. Memberikan pengingat tertulis agar pasien tidak lupa minum obat.
B. Menjelaskan risiko resistensi obat dan mengaktifkan kembali pengawasan minum obat (PMO).
C. Mengganti regimen pengobatan dengan dosis lebih tinggi agar cepat sembuh.
D. Menghentikan sementara pengobatan hingga pasien merasa siap melanjutkan.
E. Melanjutkan pengobatan tanpa perlu edukasi ulang karena gejala sudah membaik.
Jawaban: B
Pembahasan:
Ketidakpatuhan minum obat TB dapat menyebabkan resistensi (MDR-TB). Solusi terbaik adalah edukasi ulang mengenai pentingnya terapi lengkap serta penguatan peran PMO (Pengawas Menelan Obat). Pendekatan ini sesuai dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) yang diterapkan dalam program nasional penanggulangan TB.
Soal 17
Seorang pria 28 tahun terlibat kecelakaan lalu lintas. Ia datang dengan luka terbuka di tungkai bawah dan perdarahan aktif. Petugas kesehatan segera melakukan penilaian primer dan menemukan tekanan darah 80/50 mmHg serta nadi cepat 120 kali/menit.
Langkah pertama yang paling tepat dilakukan untuk menangani kondisi pasien tersebut adalah…
A. Memasang infus dengan cairan cepat sebelum menghentikan perdarahan.
B. Menghentikan perdarahan dengan penekanan langsung atau pemasangan torniket bila perlu.
C. Membersihkan luka dengan antiseptik terlebih dahulu sebelum tindakan lain.
D. Memberikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri sebelum stabilisasi.
E. Melakukan foto rontgen tulang sebelum penanganan cairan.
Jawaban: B
Pembahasan:
Pasien menunjukkan tanda syok hipovolemik akibat perdarahan eksternal. Prinsip penanganan darurat adalah menghentikan sumber perdarahan terlebih dahulu, baru kemudian melakukan resusitasi cairan. Langkah ini sesuai dengan algoritma ABCDE trauma assessment di mana Circulation and bleeding control menjadi prioritas utama setelah memastikan jalan napas dan pernapasan aman.
Soal 18
Seorang wanita hamil 10 minggu datang ke klinik dengan keluhan mual berat dan muntah setiap kali makan. Dokter berencana memberikan obat antiemetik, tetapi ingin memastikan keamanan obat terhadap janin.
Prinsip penggunaan obat yang paling tepat dalam kasus ini adalah…
A. Menghindari semua obat selama kehamilan tanpa pengecualian.
B. Memberikan obat kategori C karena manfaatnya lebih besar dari risikonya.
C. Memilih obat kategori A atau B sesuai FDA dan menggunakan dosis efektif terendah.
D. Memberikan kombinasi dua obat untuk mempercepat efek antiemetik.
E. Memberikan terapi herbal yang tidak memiliki efek samping menurut pasien.
Jawaban: C
Pembahasan:
Pada ibu hamil, pemilihan obat harus mempertimbangkan kategori keamanan FDA. Obat kategori A atau B dianggap aman bila manfaat klinis jelas dan dosis sesuai. Pendekatan lowest effective dose juga penting untuk meminimalkan paparan terhadap janin. Ini mencerminkan prinsip rational drug use dan patient safety.
Soal 19
Seorang dokter menerima pasien anak dengan tanda-tanda kekerasan fisik. Orang tua anak melarang dokter melaporkan kasus tersebut dan mengancam akan mencabut pengobatan bila dilaporkan.
Langkah yang paling sesuai secara etika dan hukum adalah…
A. Menghormati permintaan orang tua demi menjaga kerahasiaan keluarga.
B. Mengabaikan kasus karena tidak ada bukti tertulis kekerasan.
C. Melaporkan dugaan kekerasan anak kepada pihak berwenang sesuai peraturan.
D. Memberikan terapi medis tanpa tindakan hukum apapun.
E. Menunda laporan hingga kondisi anak membaik.
Jawaban: C
Pembahasan:
Dalam kasus kekerasan terhadap anak, dokter memiliki kewajiban hukum untuk melapor sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak dan Kode Etik Kedokteran. Prinsip non-maleficence (tidak membahayakan) dan justice (keadilan) mengharuskan perlindungan terhadap korban, bahkan bila harus melampaui kerahasiaan medis.
Soal 20
Dalam program surveilans DBD, sebuah puskesmas menemukan peningkatan kasus demam dengue di tiga dusun bertetangga dalam waktu 10 hari. Data menunjukkan sebagian besar penderita tinggal di sekitar tumpukan ban bekas dan wadah air hujan yang tidak tertutup.
Langkah intervensi paling efektif untuk memutus rantai penularan adalah…
A. Melakukan pengasapan (fogging) di seluruh desa setiap hari selama dua minggu.
B. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
C. Menyediakan obat antinyamuk gratis di setiap rumah.
D. Melakukan surveilans pasif sambil menunggu laporan tambahan dari masyarakat.
E. Melakukan pemeriksaan laboratorium pada semua warga sekitar.
Jawaban: B
Pembahasan:
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan prinsip 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang wadah air) merupakan intervensi paling efektif dan berkelanjutan. Pendekatan berbasis masyarakat lebih berdampak dibanding fogging rutin karena memutus siklus hidup Aedes aegypti dari sumbernya.
Siap Jadi Tenaga Kesehatan Profesional yang Lolos PPPK?

Jangan biarkan persiapanmu berhenti hanya pada membaca contoh soal!
Kini saatnya berlatih dengan Paket Soal PPPK Tenaga Kesehatan Premium di fungsional.id — dirancang berdasarkan kisi-kisi terbaru dan disusun oleh tim ahli yang memahami pola soal seleksi sebenarnya.
💡 Di dalamnya, kamu akan mendapatkan:
- Ratusan soal HOTS dengan pembahasan logis dan mendalam.
- Simulasi ujian berbasis sistem CAT, mirip ujian sesungguhnya.
- Analisis hasil latihan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahanmu.
Dengan berlatih secara terarah, kamu tidak hanya menghafal — tetapi benar-benar memahami pola berpikir penguji.
💪 Jangan menunggu kesempatan, ciptakan peluang lulus PPPK bersama fungsional.id!
👉 Klik sekarang dan mulai latihanmu hari ini.
Karena tenaga kesehatan terbaik lahir dari persiapan yang matang dan strategi yang tepat.


