100+ Soal Refraksionis Optisien + Kunci Jawaban PPPK CPNS

100+ Soal Refraksionis Optisien + Kunci Jawaban PPPK CPNS

Profesi Refraksionis Optisien merupakan bagian penting dalam sistem pelayanan kesehatan mata di Indonesia. Tugas utama seorang refraksionis tidak hanya terbatas pada melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan, tetapi juga mencakup interpretasi gangguan refraksi dan penyediaan alat bantu penglihatan yang sesuai. Dalam praktiknya, mereka menggunakan berbagai alat optometri untuk memastikan akurasi pengukuran, sekaligus memberikan edukasi dan konsultasi yang relevan kepada pasien.

Dalam konteks seleksi PPPK dan CPNS, Refraksionis Optisien dituntut menunjukkan penguasaan tidak hanya pada aspek teknis pemeriksaan, tetapi juga pemahaman anatomi mata, etika profesi, serta kemampuan administrasi medis yang sesuai regulasi. Oleh karena itu, kisi-kisi uji kompetensi berikut menjadi panduan penting bagi peserta yang ingin mempersiapkan diri secara optimal.

Kisi-Kisi PPPK CPNS Refraksionis Optisien

kisi kisi PPPK CPNS Refraksionis Optision

Berikut adalah kisi-kisi materi yang biasa diujikan dalam seleksi PPPK CPNS untuk formasi Refraksionis Optisien. Materi ini dirancang untuk mengukur penguasaan teknis, klinis, dan etis dari setiap peserta seleksi, mencakup keterampilan pemeriksaan penglihatan, penggunaan alat optometri, serta pemahaman terhadap regulasi praktik dan etika profesi.

  • Anatomi dan Fisiologi Mata
    Menguji pemahaman struktur bola mata (kornea, lensa, retina), sistem akomodasi, serta proses melihat dan pengaruhnya terhadap gangguan refraksi.
  • Kelainan Refraksi dan Pemeriksaannya
    Soal mencakup jenis kelainan (miopia, hipermetropia, astigmatisma, presbiopia), teknik refraksi objektif dan subjektif, serta interpretasi hasil pemeriksaan.
  • Penggunaan Alat Optometri
    Menilai kemampuan menggunakan dan membaca hasil dari retinoskop, autorefraktometer, foropter, dan chart Snellen secara tepat.
  • Teknik Refraksi Subjektif dan Objektif
    Soal berisi urutan langkah pemeriksaan, penyusunan lensa trial, pemilihan koreksi akhir, dan pengujian kenyamanan visual pasien.
  • Pemeriksaan Visual Anak dan Lansia
    Fokus pada penyesuaian metode pemeriksaan berdasarkan usia dan kondisi khusus (anak, lansia, pasien dengan kebutuhan khusus).
  • Pemilihan dan Pembuatan Alat Koreksi
    Menguji pengetahuan tentang lensa korektif (sferis, silindris, bifokal, progresif), pemilihan frame, dan konsultasi kebutuhan alat bantu penglihatan.
  • Pemeriksaan Visus Binokular dan Keselarasannya
    Soal tentang deteksi foria, heterotropia, dan gangguan fungsi otot mata, serta teknik uji cover test dan maddox rod.
  • Konsultasi Pasien dan Edukasi Pemakaian Alat
    Menilai komunikasi efektif dalam menjelaskan hasil pemeriksaan, penggunaan alat bantu, edukasi kebersihan, dan rujukan medis jika diperlukan.
  • Pengendalian Infeksi dan Prosedur Sanitasi Alat
    Mencakup prosedur sterilisasi, pencegahan penularan penyakit melalui alat pemeriksaan, dan pemeliharaan instrumen optik.
  • Etika Profesi dan Kode Etik Refraksionis Optisien
    Menguji sikap profesional, kerahasiaan pasien, batas kewenangan, serta tanggung jawab rujukan ke dokter spesialis mata saat ditemukan patologi.
  • Regulasi dan Perundangan Praktik Refraksi Optik
    Soal mencakup izin praktik, peraturan Kemenkes tentang tenaga kesehatan, serta pengenalan dokumen legal seperti SIPRO (Surat Izin Praktik Refraksionis Optisien).
  • Pencatatan, Pelaporan, dan Dokumentasi Medis
    Fokus pada sistem rekam medis pasien, penulisan resep lensa, dan pelaporan kegiatan layanan optik secara administratif dan legal.

Contoh Soal Refraksionis Optisien + Kunci Jawaban PPPK CPNS

Contoh Soal Refraksionis Optisien + Kunci Jawaban PPPK CPNS

Berikut ini adalah kumpulan contoh soal seleksi teknis PPPK dan CPNS untuk formasi Refraksionis Optisien, disusun berdasarkan kisi-kisi resmi yang menguji penguasaan anatomi mata, teknik pemeriksaan refraksi, penggunaan alat optometri, serta etika pelayanan kesehatan mata. Soal-soal ini dirancang untuk membantu peserta memahami tipe pertanyaan yang kemungkinan besar akan muncul dalam seleksi resmi, sekaligus melatih kemampuan analisis dan pengambilan keputusan klinis yang akurat sesuai standar praktik profesi.

Soal Nomor 1
Seorang pasien datang dengan keluhan penurunan penglihatan jarak jauh yang memburuk saat malam hari. Hasil pemeriksaan menunjukkan panjang bola mata lebih dari normal dan bayangan jatuh di depan retina. Jika refraksionis optisien ingin menjelaskan secara anatomi mengapa pasien mengalami hal ini, struktur apa yang paling berperan terhadap gangguan tersebut?

A. Pemanjangan aksial bola mata
B. Penipisan lensa kristalin
C. Penurunan elastisitas otot siliaris
D. Penebalan kornea
E. Perubahan bentuk retina

Jawaban: A
Pembahasan:
Pasien mengalami miopia, yaitu gangguan refraksi yang disebabkan oleh bayangan benda jatuh di depan retina. Penyebab utama miopia adalah pemanjangan aksial bola mata, yang membuat fokus cahaya tidak mencapai retina dengan tepat. Hal ini diperparah saat malam hari karena pupil melebar dan meningkatkan aberasi. Oleh karena itu, struktur yang paling berperan dalam kondisi ini adalah panjang aksial bola mata.

Soal Nomor 2
Dalam proses pemeriksaan refraksi pada pasien lanjut usia dengan keluhan penglihatan dekat, ditemukan bahwa pasien hanya nyaman membaca pada jarak yang sangat jauh dari titik akomodasi normal. Jika refraksionis ingin memberikan koreksi yang tepat berdasarkan pemeriksaan subjektif, maka jenis lensa yang paling sesuai adalah?

A. Lensa sferis negatif
B. Lensa silindris plano
C. Lensa progresif terfokus
D. Lensa bifokal dengan adisi rendah
E. Lensa sferis positif untuk dekat

Jawaban: E
Pembahasan:
Pasien lanjut usia umumnya mengalami presbiopia, yaitu hilangnya kemampuan akomodasi untuk melihat dekat akibat penurunan elastisitas lensa. Solusi koreksi terbaik adalah penggunaan lensa sferis positif untuk penglihatan dekat, karena membantu memfokuskan cahaya pada retina saat melihat objek dekat. Lensa bifokal atau progresif bisa digunakan, namun pada pemeriksaan awal subjektif, lensa positif sferis biasanya menjadi dasar penyesuaian awal.

Soal Nomor 3
Saat menggunakan retinoskop untuk menentukan status refraksi pasien anak, refraksionis mengamati bahwa bayangan bergerak searah dengan gerakan alat pada semua sumbu. Setelah menggunakan trial lens +1.50 D, gerakan masih searah, meski melemah. Langkah berikutnya yang paling tepat adalah?

A. Menambah lensa negatif -1.00 D
B. Menambah silinder negatif 1.50 D
C. Menggunakan lensa plano untuk konfirmasi
D. Menambah lensa sferis positif
E. Mengganti metode pemeriksaan ke Snellen

Jawaban: D
Pembahasan:
Jika bayangan masih bergerak searah pada semua sumbu saat menggunakan retinoskop, itu artinya pasien masih dalam kondisi hipermetrop atau belum mencapai titik netralisasi. Untuk mencapai netralisasi, refraksionis harus menambahkan lensa sferis positif secara bertahap sampai pergerakan bayangan menjadi tidak terlihat (titik netral). Menambah lensa negatif akan menjauhkan dari netralisasi.

Soal Nomor 4
Dalam pemeriksaan refraksi subjektif, seorang pasien merasa tidak nyaman dengan hasil koreksi maksimal sferis negatif. Setelah dilakukan uji red-green dan pengurangan 0.25 D, pasien merasa lebih nyaman. Apa prinsip utama yang digunakan refraksionis dalam pengambilan keputusan tersebut?

A. Maksimalkan koreksi agar visus mencapai 6/6
B. Minimalisasi koreksi negatif untuk kenyamanan
C. Menghindari koreksi silindris terlalu cepat
D. Memberikan koreksi minimum yang dapat memberikan visus maksimal
E. Gunakan silinder minus untuk koreksi awal

Jawaban: B
Pembahasan:
Dalam refraksi subjektif, kenyamanan pasien sangat penting. Jika pasien tidak nyaman dengan koreksi maksimal negatif, maka prinsip “minimum minus, maximum plus for best visual acuity” harus diterapkan. Koreksi dikurangi sedikit untuk menghindari overminus, karena koreksi negatif berlebih dapat menyebabkan astenopia (mata tegang) dan ketidaknyamanan visual.

Soal Nomor 5
Seorang anak usia 5 tahun dibawa orang tuanya untuk pemeriksaan mata rutin. Anak belum bisa membaca huruf dan tidak kooperatif untuk refraksi subjektif. Pemeriksaan awal menunjukkan adanya kemungkinan astigmatisme. Teknik pemeriksaan yang paling tepat untuk mendapatkan hasil refraksi objektif dalam kasus ini adalah?

A. Tes cover-uncover
B. Snellen chart pada jarak dekat
C. Retinoskopi manual dengan cycloplegia
D. Maddox rod test
E. Duochrome test

Jawaban: C
Pembahasan:
Pada anak kecil yang belum mampu membaca huruf dan belum kooperatif, retinoskopi manual dengan cycloplegia adalah metode paling tepat. Cycloplegia membantu melumpuhkan akomodasi sehingga hasil refraksi objektif lebih akurat, khususnya untuk deteksi astigmatisme dan hipermetropia laten. Teknik lain seperti Maddox rod atau duochrome tidak relevan untuk usia dini.

Soal Nomor 6
Seorang pasien lansia datang dengan keluhan penglihatan kabur saat membaca dan menyetir di malam hari. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penurunan akomodasi, refleks pupil lambat, dan visus jauh maupun dekat yang tidak optimal dengan koreksi sebelumnya. Dalam konteks fisiologi mata dan proses penglihatan, apa mekanisme utama yang menyebabkan gangguan ini pada usia lanjut?

A. Penebalan kornea menyebabkan bias cahaya yang tidak tepat
B. Penurunan viskositas aqueous humor mempengaruhi tekanan intraokular
C. Kerusakan sel batang pada retina mengganggu adaptasi cahaya
D. Ketegangan otot ekstraokular menurun seiring usia lanjut
E. Penurunan elastisitas lensa menyebabkan hilangnya kemampuan akomodasi

Jawaban: E
Pembahasan:
Pada usia lanjut, lensa mata kehilangan elastisitasnya, menyebabkan kemampuan untuk berakomodasi terhadap objek dekat menurun kondisi ini dikenal sebagai presbiopia. Selain itu, adaptasi terhadap cahaya saat menyetir malam juga terganggu akibat perubahan fisiologis pada pupil dan retina. Inilah sebabnya koreksi lensa progresif sering menjadi pilihan untuk kelompok usia ini.

Soal Nomor 7
Dalam pemeriksaan visual seorang anak berusia 6 tahun yang belum lancar membaca, Refraksionis Optisien tidak dapat mengandalkan chart Snellen standar. Apa strategi pemeriksaan visus yang paling sesuai dalam konteks usia dan komunikasi terbatas?

A. Menggunakan kartu Ishihara untuk mengecek penglihatan
B. Memberikan tes dengan huruf Snellen standar tetapi dengan instruksi audio
C. Menggunakan retinoskop dan membiarkan anak menentukan lensa
D. Memakai metode refraksi subjektif dengan lensa trial langsung
E. Menggunakan chart LEA Symbols atau kartu dengan gambar familiar

Jawaban: E
Pembahasan:
Untuk anak-anak yang belum membaca, chart LEA Symbols atau kartu bergambar seperti Allen chart digunakan karena menampilkan simbol yang dikenali anak (seperti apel, rumah, dll). Ini memfasilitasi komunikasi dan memastikan hasil pemeriksaan visus yang lebih akurat.

Soal Nomor 8
Seorang pasien datang dengan keluhan pandangan kabur pada satu sisi mata yang tidak dapat diperbaiki dengan lensa korektif. Hasil cover test menunjukkan deviasi tersembunyi yang hanya muncul saat satu mata ditutup. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan besar pasien mengalami:

A. Ambliopia
B. Diplopia fungsional
C. Pseudostrabismus
D. Foria
E. Heterotropia

Jawaban: D
Pembahasan:
Foria adalah kondisi kelainan kesejajaran mata yang tersembunyi dan hanya muncul saat salah satu mata ditutup (seperti pada cover-uncover test). Tidak seperti heterotropia, yang tampak jelas bahkan saat kedua mata terbuka. Kondisi ini memengaruhi kenyamanan visual dan sering disertai kelelahan mata.

Soal Nomor 9
Dalam pemeriksaan refraksi subjektif, seorang Refraksionis Optisien melakukan red-green test untuk memverifikasi kekuatan sferis akhir. Ketika pasien melihat huruf pada latar merah lebih jelas, tindakan koreksi yang tepat berikutnya adalah:

A. Tambah kekuatan lensa positif (plus)
B. Tambah silinder pada axis utama
C. Gunakan lensa silinder minus pada axis berbeda
D. Tambah kekuatan lensa minus (negatif)
E. Ganti lensa dengan indeks tinggi

Jawaban: D
Pembahasan:
Pada red-green duochrome test, jika pasien melihat lebih jelas di latar merah, berarti koreksi yang diberikan terlalu positif dan perlu dikurangi dengan menambahkan lensa minus. Tujuannya untuk mencapai keseimbangan warna (fogging) yang tepat sebelum resep akhir ditentukan.

Soal Nomor 10
Dalam penggunaan retinoskop untuk pemeriksaan objektif, Refraksionis Optisien mengamati bayangan cahaya bergerak searah dengan pergerakan alat di mata pasien tanpa koreksi. Apa interpretasi dari gerakan ini dan langkah selanjutnya yang paling tepat?

A. Pasien mengalami miopia tinggi dan perlu lensa sferis negatif
B. Pasien kemungkinan mengalami presbiopia dan perlu silinder positif
C. Gerakan ini menunjukkan astigmatisma campuran dan harus diuji axis
D. Ini menunjukkan lensa mata pasien terlalu cembung dan diberi sferis minus
E. Gerakan ini menunjukkan pasien hipermetropia dan diberi lensa positif

Jawaban: B
Pembahasan:
Gerakan searah (with motion) pada retinoskopi menunjukkan bahwa cahaya masih difokuskan di belakang retina, menandakan hipermetropia atau emetropia ringan. Maka, diperlukan lensa positif untuk menggerakkan fokus ke retina. Koreksi awal dilakukan dengan menambahkan lensa sferis positif hingga gerakan menjadi netral (tanpa gerakan).

Soal Nomor 11
Seorang pasien dengan keluhan penglihatan ganda saat membaca didiagnosis memiliki gangguan keseimbangan otot mata yang tidak tampak saat mata terbuka normal. Dalam pemeriksaan, saat dilakukan cover test, mata tampak bergeser ke posisi lurus saat mata satunya ditutup. Berdasarkan hasil ini, langkah selanjutnya yang PALING tepat dilakukan oleh Refraksionis Optisien adalah:

A. Menyesuaikan lensa dengan tambahan koreksi silinder
B. Menyarankan penggunaan kacamata baca multifokal
C. Melakukan pemeriksaan tambahan dengan retinoskop
D. Melakukan uji lanjutan menggunakan Maddox Rod untuk mengevaluasi foria
E. Memberikan terapi penguatan akomodasi dengan lensa plus sementara

Jawaban: D
Pembahasan:
Pergerakan mata saat cover test menunjukkan adanya foria, yaitu deviasi tersembunyi yang tidak tampak bila kedua mata terbuka. Untuk mengevaluasi jenis dan besar deviasi ini, Refraksionis Optisien dapat menggunakan Maddox Rod, alat khusus untuk menilai ketidakseimbangan otot mata dalam visus binokular.

Soal Nomor 12
Seorang pasien usia 45 tahun memiliki visus 6/6 dengan koreksi, namun mengeluh penglihatan kabur saat membaca. Pemeriksaan objektif menunjukkan penurunan amplitudo akomodasi. Dalam situasi ini, koreksi penglihatan dekat yang paling tepat berdasarkan fisiologi mata dan kebiasaan usia menengah adalah:

A. Lensa bifokal dengan tambahan prisma untuk konvergensi
B. Penggunaan monovision dengan koreksi hanya pada salah satu mata
C. Penambahan silinder negatif untuk memperbaiki akomodasi
D. Pemberian lensa positif (+) untuk memperbaiki fungsi akomodasi yang menurun
E. Pemberian lensa sferis minus dan silinder positif dalam satu frame

Jawaban: D
Pembahasan:
Pasien berusia di atas 40 tahun yang mengalami penurunan akomodasi menunjukkan gejala presbiopia. Koreksi yang sesuai adalah dengan lensa plus (sferis positif) untuk penglihatan dekat. Ini membantu menggantikan kemampuan akomodasi yang mulai menurun seiring usia.

Soal Nomor 13
Saat menggunakan autorefraktometer, seorang Refraksionis Optisien mencatat bahwa hasil yang ditampilkan menunjukkan nilai sferis dan silindris, lengkap dengan axis. Dalam interpretasi hasil ini, langkah lanjutan yang sebaiknya dilakukan sebelum memberikan resep akhir adalah:

A. Langsung menggunakan hasil autorefraktometer sebagai dasar resep
B. Mengonfirmasi hasil dengan pemeriksaan subjektif seperti duochrome dan red-green
C. Menyesuaikan nilai silinder berdasarkan usia pasien dan keluhan visual
D. Mengalikan nilai silindris untuk menghitung akomodasi
E. Menggunakan hasil pemeriksaan sebelumnya sebagai pembanding utama

Jawaban: B
Pembahasan:
Autorefraktometer hanya memberikan estimasi refraksi secara objektif. Untuk memastikan kenyamanan dan ketepatan koreksi, hasilnya harus dikonfirmasi dengan refraksi subjektif, seperti duochrome test dan red-green test. Ini penting karena penglihatan bukan hanya soal angka, tetapi juga kenyamanan visual pasien.

Soal Nomor 14
Dalam pemeriksaan anak usia 4 tahun yang sulit bekerja sama, Refraksionis Optisien menggunakan retinoskopi skiaskopi. Ketika refleks cahaya menunjukkan gerakan berlawanan, apa interpretasi dari temuan ini dan tindakan selanjutnya yang paling sesuai?

A. Anak mengalami astigmatisma total dan perlu koreksi silinder plus tinggi
B. Gerakan ini menunjukkan hasil netral sehingga koreksi tidak diperlukan
C. Refleks berlawanan mengindikasikan miopia dan harus ditentukan netralisasi
D. Pasien mengalami hipermetropia dan perlu koreksi bifokal ringan
E. Anak menunjukkan fiksasi tidak stabil sehingga hasil harus diabaikan

Jawaban: C
Pembahasan:
Dalam retinoskopi, bila refleks cahaya bergerak berlawanan arah dengan gerakan alat (against motion), hal ini menunjukkan miopia atau refraksi negatif. Pemeriksa harus melanjutkan dengan netralisasi, yaitu menambahkan lensa sampai gerakan menjadi netral, untuk menentukan koreksi yang tepat.

Soal Nomor 15
Seorang pasien menunjukkan keluhan pandangan kabur saat melihat objek baik jauh maupun dekat. Pemeriksaan menunjukkan adanya kelainan refraksi astigmatisma majemuk, dengan axis yang tidak teratur. Apa pilihan lensa koreksi yang paling sesuai untuk kondisi ini?

A. Lensa bifokal dengan tambahan koreksi warna
B. Lensa sferis dengan indeks tinggi
C. Lensa torik dengan silinder yang disesuaikan berdasarkan axis
D. Lensa prismatik untuk membantu konvergensi
E. Lensa plano dengan antirefleksi

Jawaban: C
Pembahasan:
Astigmatisma majemuk disebabkan oleh kelengkungan kornea atau lensa yang tidak merata, sehingga cahaya difokuskan pada dua titik berbeda. Koreksi terbaik adalah dengan lensa torik, yang memiliki kekuatan silindris pada axis tertentu untuk mengoreksi bentuk bola mata yang tidak simetris.

Soal Nomor 16
Dalam konteks pengendalian infeksi dan prosedur sanitasi alat, seorang Refraksionis Optisien menghadapi pasien dengan riwayat konjungtivitis yang masih aktif. Setelah digunakan, retinoskop dan foropter segera disimpan kembali tanpa pembersihan. Apa risiko utama dari tindakan tersebut yang harus dipahami dalam praktik optometri yang aman?

A. Terjadinya oksidasi instrumen akibat kelembapan tinggi
B. Gangguan pengukuran karena alat tidak tersimpan dengan benar
C. Penurunan ketelitian alat akibat kotoran dan debu
D. Penularan infeksi silang kepada pasien berikutnya melalui alat pemeriksaan
E. Kerusakan lapisan coating alat karena tidak segera dibersihkan

Jawaban: D
Pembahasan:
Tanpa disinfeksi yang tepat, alat seperti retinoskop dan foropter dapat menjadi media penularan penyakit menular seperti konjungtivitis. Prosedur sanitasi alat adalah langkah krusial dalam praktik optik untuk mencegah infeksi silang antar pasien dan menjaga standar pelayanan yang higienis.

Soal Nomor 17
Dalam interaksi dengan pasien, Refraksionis Optisien menyampaikan hasil pemeriksaan visus serta memberikan edukasi tentang penggunaan lensa progresif. Namun, pasien bingung dan menyatakan tidak memahami penjelasan tersebut. Apa strategi yang paling tepat dan etis dalam menjembatani komunikasi agar edukasi tetap efektif dan pasien merasa nyaman?

A. Memberikan lembar informasi tertulis lalu membiarkan pasien membaca sendiri
B. Menyampaikan kembali informasi dengan bahasa yang lebih sederhana dan analogi
C. Menyarankan pasien untuk bertanya pada keluarga mengenai penggunaan alat
D. Memberikan penjelasan teknis lengkap tanpa mengurangi istilah optik
E. Menyerahkan pasien pada staf bagian penjualan kacamata untuk penjelasan produk

Jawaban: B
Pembahasan:
Komunikasi efektif dalam praktik optik harus mempertimbangkan latar belakang pemahaman pasien. Jika pasien bingung, Refraksionis harus menyampaikan ulang dengan bahasa yang sederhana, menggunakan analogi, dan menghindari istilah teknis, agar pasien memahami cara penggunaan dan manfaat alat bantu visual yang diberikan.

Soal Nomor 18
Dalam pemeriksaan visual anak usia 3 tahun, Refraksionis Optisien kesulitan menggunakan chart Snellen karena anak belum mengenal huruf. Untuk memastikan ketepatan pemeriksaan visus pada kelompok usia ini, alat atau metode apa yang paling tepat digunakan?

A. Autorefraktometer dengan mode dewasa
B. Kartu Ishihara untuk deteksi buta warna sejak dini
C. Kartu LEA Symbols atau gambar yang mudah dikenali anak-anak
D. Uji retinoskopi dengan kombinasi lensa progresif
E. Foropter digital dengan pengenalan suara

Jawaban: C
Pembahasan:
Anak usia dini belum mampu membaca huruf Snellen. Oleh karena itu, LEA Symbols (gambar apel, rumah, bola, dsb.) atau Allen chart digunakan karena anak dapat mengenali gambar tersebut. Ini merupakan metode valid untuk mengukur visus anak secara objektif dan menyenangkan.

Soal Nomor 19
Dalam menentukan koreksi akhir pada pemeriksaan refraksi subjektif, Refraksionis Optisien menggunakan red-green test. Jika pasien mengatakan bahwa huruf di latar belakang hijau lebih jelas, apa langkah koreksi paling sesuai yang harus dilakukan untuk mencapai netralitas fokus cahaya?

A. Memberikan koreksi prismatik untuk menyamakan persepsi warna
B. Menambahkan lensa silindris positif secara bertahap
C. Menambahkan lensa minus sedikit demi sedikit sampai keseimbangan tercapai
D. Mengganti metode pemeriksaan ke retinoskop manual
E. Menghilangkan koreksi dan meminta pasien menyesuaikan secara alami

Jawaban: C
Pembahasan:
Jika pasien melihat huruf di latar hijau lebih jelas saat red-green test, berarti fokus cahaya berada di depan retina (over-plus). Maka, koreksi harus dikurangi dengan menambahkan lensa minus secara perlahan sampai pasien melihat huruf di latar merah dan hijau sama jelas  ini menandakan fokus tepat di retina.

Soal Nomor 20
Seorang Refraksionis Optisien akan mencatat hasil pemeriksaan refraksi dalam rekam medis pasien. Dokumen yang digunakan harus sah secara hukum, rapi, dan dapat dijadikan acuan saat pasien membutuhkan resep lensa ulang. Apa prinsip utama yang harus diperhatikan dalam proses pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan optik ini?

A. Mengisi sesuai template digital yang diberikan toko optik
B. Menulis lengkap secara manual di buku besar optik tanpa duplikasi
C. Melakukan pencatatan terstruktur sesuai standar rekam medis optometri
D. Menyerahkan seluruh hasil ke bagian penjualan tanpa dokumentasi
E. Memberikan salinan lisan saja karena catatan tertulis tidak wajib

Jawaban: C
Pembahasan:
Pencatatan hasil pemeriksaan harus mengikuti standar rekam medis yang berlaku, termasuk struktur, kejelasan, legalitas, dan aksesibilitas informasi bagi pihak berwenang atau pasien itu sendiri. Hal ini penting untuk menjaga integritas data kesehatan, kemudahan pemantauan, dan pertanggungjawaban profesi.

Ingin mengakses lebih banyak soal dan kunci jawaban lengkap untuk seleksi PPPK CPNS Refraksionis Optisien? 

Tersedia kumpulan soal-soal terkini yang menguji kompetensi sesuai kisi-kisi resmi, mulai dari anatomi dan fisiologi mata, teknik pemeriksaan objektif dan subjektif, penggunaan alat optometri, hingga etika profesi dan regulasi praktik. Semuanya dapat dipelajari lebih lanjut melalui platform seperti fungsional.id yang menyediakan sumber belajar khusus untuk persiapan CPNS dan PPPK tenaga kesehatan.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Tim Asn

Tim Asn

Tim ASN adalah kelompok profesional yang terbiasa menyusun soal. Kami terdiri dari ahli berbagai bidang, berkomitmen menciptakan soal berkualitas tinggi yang relevan dengan kompetensi jabatan.