100+ Soal Uji Kompetensi Kader Posyandu + Kunci Jawaban Kisi Kisi UKOM

Kader Posyandu memiliki peran penting dalam mendukung pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di tingkat desa dan kelurahan. Melalui keberadaan kader, masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan layanan dasar kesehatan seperti pemantauan tumbuh kembang balita, penyuluhan gizi, imunisasi, hingga pencatatan kesehatan keluarga. Agar peran tersebut berjalan optimal, setiap kader perlu dibekali dengan pengetahuan serta keterampilan yang terukur melalui Uji Kompetensi Kader Posyandu (UKOM).

Uji kompetensi ini disusun berdasarkan kisi-kisi yang mencakup berbagai aspek penting, mulai dari kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pencegahan penyakit menular, hingga administrasi pencatatan data kesehatan. Dengan adanya soal latihan yang sesuai kisi-kisi UKOM, kader dapat mengukur sejauh mana pemahaman mereka serta mempersiapkan diri untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat.

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kader Posyandu

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kader Posyandu

Kisi-kisi ini berfungsi sebagai acuan utama dalam penyusunan soal uji kompetensi untuk kader Posyandu. Setiap poin mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang wajib dikuasai kader agar mampu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal, terukur, dan sesuai standar.

  • Pemahaman Dasar Posyandu dan Kesehatan Masyarakat
    Kader harus memahami pengertian, tujuan, dan fungsi Posyandu dalam sistem pelayanan kesehatan dasar. Soal mengukur pemahaman tentang lima meja Posyandu, peran kader dalam siklus kegiatan bulanan, serta hubungan Posyandu dengan puskesmas dan kader kesehatan lainnya.
  • Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
    Menilai kemampuan kader dalam melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengisian dan pembacaan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat), serta deteksi dini masalah pertumbuhan dan perkembangan anak.
  • Pelayanan Gizi dan Imunisasi Dasar
    Mengukur pengetahuan kader tentang pemberian makanan tambahan (PMT), tanda-tanda gizi kurang dan gizi buruk, jadwal imunisasi dasar, serta peran kader dalam mengajak dan memantau kelengkapan imunisasi balita.
  • Kesehatan Ibu Hamil, Nifas, dan Menyusui
    Kader diharapkan memahami pentingnya pemeriksaan kehamilan, tanda bahaya kehamilan, persiapan persalinan, perawatan nifas, serta edukasi ASI eksklusif. Soal dapat berupa studi kasus mengenai cara memberikan penyuluhan kepada ibu hamil atau menyusui.
  • Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Posyandu
    Kemampuan kader dalam mengisi buku register Posyandu, merekap jumlah kunjungan, menulis hasil penimbangan, dan melaporkan data ke petugas puskesmas. Aspek ini menekankan ketelitian dan keteraturan administrasi sederhana.
  • Penyuluhan dan Komunikasi Kesehatan
    Menilai keterampilan kader dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS), kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, dan perawatan bayi/anak. Soal biasanya menguji teknik komunikasi interpersonal yang persuasif.
  • Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
    Mengukur pengetahuan tentang pentingnya air bersih, sanitasi, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pencegahan penyakit berbasis lingkungan seperti diare atau DBD.

Contoh Soal Uji Kompetensi Kader Posyandu

Contoh Soal Uji Kompetensi Kader Posyandu

Berikut adalah kumpulan soal latihan yang disusun berdasarkan kisi-kisi resmi uji kompetensi kader Posyandu. Soal-soal ini dirancang untuk mengukur pemahaman, keterampilan, dan kemampuan kader dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, mulai dari pemantauan balita, kesehatan ibu, gizi, imunisasi, hingga pencatatan dan pelaporan kegiatan.

Soal Nomor 1
Seorang kader Posyandu diminta menjelaskan kepada warga tentang fungsi Posyandu dalam sistem pelayanan kesehatan dasar. Salah satu warga bertanya mengapa kegiatan Posyandu harus dilakukan setiap bulan, sementara menurutnya cukup dilakukan beberapa kali setahun saja. Ia juga ingin tahu apakah Posyandu berdiri sendiri atau terhubung dengan puskesmas. Bagaimana seharusnya kader menjawab agar warga memahami peran strategis Posyandu?

A. Menyampaikan bahwa Posyandu hanya berfungsi sebagai tempat penimbangan balita.
B. Menjelaskan bahwa Posyandu merupakan kegiatan desa semata tanpa dukungan puskesmas.
C. Menegaskan bahwa kegiatan bulanan semata-mata formalitas agar tercatat dalam laporan kesehatan.
D. Menguraikan bahwa Posyandu menjadi sarana edukasi gizi dan imunisasi namun tidak berkaitan dengan puskesmas.
E. Menjelaskan bahwa Posyandu adalah bagian dari pelayanan kesehatan dasar yang terhubung dengan puskesmas, dengan fungsi pemantauan rutin tumbuh kembang, gizi, imunisasi, serta pencatatan kesehatan keluarga.

Jawaban: E
Pembahasan: Posyandu merupakan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang dilaksanakan secara rutin dan terintegrasi dengan puskesmas. Kegiatan bulanan penting untuk pemantauan berkesinambungan, sehingga gangguan tumbuh kembang atau masalah kesehatan dapat segera terdeteksi. Penekanan keterhubungan dengan puskesmas menunjukkan peran koordinatif Posyandu dalam mendukung sistem kesehatan dasar. Oleh karena itu, jawaban E paling tepat karena memuat fungsi lengkap dan strategis.

Soal Nomor 2
Saat melakukan pemantauan balita, seorang kader menemukan anak dengan berat badan yang cenderung stagnan selama 3 bulan berturut-turut pada grafik KMS, padahal tinggi badannya terus meningkat. Orang tua anak beralasan bahwa anak masih aktif bermain sehingga tidak ada masalah. Dalam kondisi ini, langkah prioritas apa yang paling tepat dilakukan kader?

A. Mencatat hasilnya tanpa tindak lanjut karena anak masih aktif bermain.
B. Memberikan makanan tambahan seadanya tanpa konsultasi lebih lanjut.
C. Mengingatkan orang tua agar menunggu hingga enam bulan ke depan untuk evaluasi.
D. Memberikan konseling gizi kepada orang tua dan segera melaporkan kondisi anak ke puskesmas.
E. Mengukur ulang dengan timbangan berbeda dan menghapus catatan sebelumnya.

Jawaban: D
Pembahasan: Stagnasi berat badan meskipun tinggi badan bertambah adalah indikator adanya masalah gizi kronis. Kader harus segera memberikan konseling dasar tentang pemberian makanan bergizi seimbang sesuai usia serta menganjurkan kunjungan ke puskesmas. Pelaporan kepada tenaga kesehatan penting agar dapat dilakukan intervensi lebih lanjut. Jawaban D paling sesuai karena menunjukkan langkah preventif dan kolaboratif.

Soal Nomor 3
Seorang ibu menanyakan kepada kader kapan waktu pemberian imunisasi campak pertama untuk balitanya. Ia khawatir jika imunisasi terlalu dini akan membuat anak mudah sakit. Bagaimana seharusnya kader memberikan jawaban yang tepat dan meyakinkan?

A. Menjelaskan bahwa imunisasi campak pertama diberikan saat anak berusia 9 bulan.
B. Menyarankan untuk menunggu hingga anak berusia 2 tahun agar lebih kuat.
C. Menyampaikan bahwa imunisasi campak bisa diberikan kapan saja sesuai kesiapan orang tua.
D. Mengatakan bahwa imunisasi campak hanya dilakukan bila ada program desa tertentu.
E. Menyarankan untuk tidak perlu diberikan karena bisa menyebabkan panas pada anak.

Jawaban: A
Pembahasan: Jadwal imunisasi dasar nasional menetapkan bahwa imunisasi campak pertama diberikan pada usia 9 bulan. Hal ini karena pada usia tersebut, antibodi dari ibu sudah menurun sehingga anak membutuhkan perlindungan tambahan. Kader harus menjelaskan manfaat imunisasi serta memberi edukasi bahwa demam setelah imunisasi adalah reaksi normal. Jawaban A paling tepat karena sesuai standar kesehatan.

Soal Nomor 4
Dalam sesi penyuluhan, seorang ibu hamil mengaku sering merasa pusing, lemah, dan mudah lelah. Ia juga mengatakan sering lupa minum tablet tambah darah yang diberikan bidan. Kader diminta memberi arahan awal sebelum ibu tersebut memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Apa saran yang paling tepat diberikan kader?

A. Meyakinkan bahwa kondisi tersebut wajar terjadi pada semua ibu hamil tanpa perlu diperiksa.
B. Menyarankan agar ibu mengonsumsi obat warung untuk mengurangi rasa lelah.
C. Menjelaskan kemungkinan adanya anemia pada ibu hamil, mendorong konsumsi makanan bergizi seimbang, mengingatkan pentingnya tablet tambah darah, serta menyarankan segera memeriksakan diri ke bidan.
D. Mengabaikan keluhan karena dianggap hanya faktor psikologis.
E. Mengarahkan agar ibu beristirahat total tanpa melakukan aktivitas apapun.

Jawaban: C
Pembahasan: Gejala yang dialami ibu hamil merupakan tanda klasik anemia. Kader harus memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi kaya zat besi, minum tablet tambah darah sesuai anjuran, serta menganjurkan pemeriksaan ke bidan untuk tindak lanjut. Peran kader adalah menghubungkan pengetahuan dasar dengan tindakan medis yang lebih lanjut. Karena itu, jawaban C paling sesuai.

Soal Nomor 5
Seorang kader diminta merekap jumlah kunjungan balita dan ibu hamil di Posyandu bulan ini. Saat memeriksa buku register, ia menemukan beberapa data anak yang tidak tercatat lengkap. Jika laporan tetap dikirim dengan data kosong, kemungkinan besar perencanaan program kesehatan desa akan terganggu. Apa langkah paling tepat yang harus dilakukan kader?

A. Membiarkan kolom kosong dan tetap melaporkan ke puskesmas.
B. Menghubungi orang tua atau pengasuh untuk melengkapi data yang belum tercatat sebelum laporan dikirim.
C. Mengisi kolom kosong dengan perkiraan angka berdasarkan rata-rata bulan sebelumnya.
D. Mengabaikan kekosongan data karena dianggap tidak berpengaruh pada laporan akhir.
E. Menunda seluruh laporan hingga bulan depan agar datanya lebih lengkap.

Jawaban: B
Pembahasan: Akurasi data sangat penting dalam sistem pencatatan kesehatan, karena menjadi dasar dalam mengambil keputusan dan menyusun program. Kader harus aktif mencari informasi yang belum tercatat, misalnya dengan menghubungi langsung keluarga yang bersangkutan. Dengan demikian, laporan yang disampaikan valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Jawaban B adalah pilihan terbaik karena menekankan tanggung jawab administrasi dan ketelitian.

Soal Nomor 6
Seorang kader diminta memberikan penyuluhan kepada kelompok ibu rumah tangga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu warga mengatakan bahwa selama ini keluarganya jarang terkena penyakit meskipun membuang sampah di sungai. Bagaimana respon kader yang paling tepat untuk memberikan pemahaman yang benar?

A. Mengabaikan pernyataan tersebut karena dianggap pengalaman pribadi.
B. Menyarankan warga untuk tetap melanjutkan kebiasaannya selama tidak menimbulkan masalah.
C. Menjelaskan bahwa membuang sampah di sungai meningkatkan risiko penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan DBD, sehingga kebiasaan tersebut harus diubah demi mencegah masalah kesehatan di masa depan.
D. Menegaskan bahwa pembuangan sampah adalah tanggung jawab pemerintah, bukan warga.
E. Mengalihkan topik pembicaraan agar warga tidak tersinggung.

Jawaban: C
Pembahasan: Penyuluhan kesehatan harus bersifat persuasif, edukatif, dan berbasis bukti. Meski warga merasa tidak terkena dampak, perilaku tidak sehat seperti membuang sampah di sungai berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Kader perlu mengaitkan contoh nyata risiko penyakit agar warga lebih sadar. Jawaban C adalah yang paling tepat.

Soal Nomor 7
Seorang balita datang ke Posyandu dengan berat badan kurang dari garis merah KMS. Ibu balita mengatakan anaknya sulit makan sayur dan hanya mau makan makanan instan. Apa langkah pertama yang harus dilakukan kader untuk menangani kondisi ini?

A. Memberikan makanan tambahan berupa biskuit dan permen agar anak mau makan.
B. Melakukan konseling kepada ibu tentang pentingnya variasi makanan bergizi dan memberikan contoh menu sederhana yang bisa menarik minat anak.
C. Menganjurkan ibu untuk membeli vitamin di apotek tanpa resep dokter.
D. Menunda penanganan hingga bulan depan karena balita masih terlihat aktif.
E. Menyarankan untuk tidak perlu khawatir karena semua anak memiliki pola makan berbeda.

Jawaban: B
Pembahasan: Permasalahan gizi tidak bisa diatasi hanya dengan makanan instan atau vitamin sembarangan. Kader harus berperan dalam konseling gizi, menjelaskan pentingnya pola makan bergizi seimbang, serta memberikan contoh menu yang sesuai dengan selera anak. Oleh karena itu, jawaban B adalah langkah yang paling efektif dan sesuai dengan peran kader.

Soal Nomor 8
Dalam kegiatan bulanan, kader menemukan ibu hamil yang melaporkan adanya bengkak pada kaki, sakit kepala hebat, dan pandangan kabur. Apa tindakan yang sebaiknya segera dilakukan oleh kader?

A. Meyakinkan ibu bahwa gejala tersebut hanya kelelahan biasa.
B. Memberikan obat warung untuk meredakan sakit kepala sementara.
C. Menyarankan ibu banyak beristirahat tanpa perlu kontrol ke bidan.
D. Menyampaikan bahwa gejala tersebut merupakan tanda bahaya kehamilan, sehingga ibu harus segera dirujuk atau diperiksa tenaga kesehatan.
E. Mengingatkan ibu untuk minum lebih banyak air putih agar tidak dehidrasi.

Jawaban: D
Pembahasan: Gejala yang disebutkan merupakan tanda bahaya kehamilan yang dapat mengarah pada preeklamsia. Kader tidak boleh menyepelekan kondisi ini dan harus segera merujuk ibu hamil ke tenaga kesehatan. Jawaban D paling tepat karena menekankan peran kader dalam deteksi dini dan tindakan cepat untuk keselamatan ibu dan janin.

Soal Nomor 9
Saat melakukan pencatatan, seorang kader menemukan bahwa jumlah balita yang hadir berbeda dengan jumlah yang tercatat di buku register bulan lalu. Apa tindakan yang paling tepat agar data tetap valid?

A. Membiarkan perbedaan data karena dianggap wajar terjadi.
B. Mengisi ulang data sesuai perkiraan jumlah anak yang hadir bulan ini.
C. Menghapus catatan bulan lalu agar data sesuai dengan bulan ini.
D. Memeriksa ulang catatan, melakukan konfirmasi dengan kader lain, dan menghubungi keluarga balita bila ada data yang belum jelas.
E. Menunda pencatatan hingga mendapatkan laporan resmi dari puskesmas.

Jawaban: D
Pembahasan: Data Posyandu harus akurat karena menjadi dasar program kesehatan masyarakat. Jika terjadi perbedaan, kader wajib melakukan klarifikasi, baik dengan mengecek ulang catatan, berkoordinasi dengan kader lain, maupun konfirmasi langsung kepada keluarga. Oleh karena itu, jawaban D adalah langkah yang paling tepat.

Soal Nomor 10
Dalam sebuah penyuluhan, kader diminta menjelaskan tentang pemberian ASI eksklusif. Salah satu ibu mengatakan ia ingin memberikan makanan tambahan sejak bayi berusia 2 bulan karena merasa ASI-nya kurang. Bagaimana respon kader yang paling tepat?

A. Menjelaskan bahwa ASI eksklusif diberikan sampai bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan makanan atau minuman lain, dan meyakinkan ibu bahwa produksi ASI dapat ditingkatkan dengan pola makan sehat serta sering menyusui.
B. Menyarankan ibu untuk segera memberi bubur agar bayi cepat kenyang.
C. Mengatakan bahwa setiap ibu bebas menentukan kapan memberi MP-ASI sesuai keinginan.
D. Menyarankan pemberian susu formula sejak dini agar bayi tidak rewel.
E. Mengabaikan pertanyaan karena dianggap masalah pribadi ibu.

Jawaban: A
Pembahasan: WHO dan Kementerian Kesehatan menegaskan pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian makanan tambahan terlalu dini dapat mengganggu pencernaan bayi dan menurunkan daya tahan tubuh. Kader berperan memberikan edukasi bahwa produksi ASI dapat ditingkatkan dengan nutrisi ibu yang baik dan frekuensi menyusui yang lebih sering. Jawaban A adalah pilihan paling tepat.

Soal Nomor 11
Seorang kader sedang menghadapi kasus di mana seorang ibu hamil datang ke Posyandu dengan keluhan pusing, bengkak pada kaki, dan tekanan darah tinggi. Kader perlu menentukan langkah paling tepat sebelum merujuk ibu tersebut ke tenaga kesehatan. Apa yang sebaiknya dilakukan kader?

A. Memberikan obat penurun tekanan darah yang ada di rumah ibu
B. Menyarankan ibu untuk beristirahat total di rumah tanpa perlu ke puskesmas
C. Menyarankan konsumsi makanan tinggi garam untuk menambah energi
D. Memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan dan segera merujuk ke puskesmas
E. Menunda kunjungan hingga bulan berikutnya sambil mencatat di buku register

Jawaban: D
Pembahasan: Gejala pusing, edema, dan hipertensi pada ibu hamil merupakan tanda bahaya preeklampsia. Kader tidak berwenang memberikan obat, melainkan harus segera memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga tentang risiko yang ada, serta merujuk ke puskesmas untuk penanganan lebih lanjut. Ini sejalan dengan peran kader dalam deteksi dini dan rujukan kasus berisiko.

Soal Nomor 12
Seorang balita usia 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak karena ibunya takut efek samping demam setelah imunisasi. Sebagai kader Posyandu, sikap terbaik yang perlu diambil adalah…

A. Menyarankan ibu untuk tidak perlu imunisasi jika khawatir
B. Menyarankan menunggu hingga anak berusia 2 tahun agar lebih kuat
C. Menyarankan pemberian obat penurun panas tanpa imunisasi
D. Mencatat penolakan imunisasi tanpa memberikan edukasi
E. Memberikan penjelasan tentang pentingnya imunisasi campak serta risiko bila tidak diberikan, lalu mendorong ibu untuk melengkapi imunisasi

Jawaban: E
Pembahasan: Kader bertugas memberikan penyuluhan yang persuasif. Efek samping ringan seperti demam adalah hal wajar, tetapi manfaat imunisasi jauh lebih besar. Edukasi dengan bahasa sederhana dan meyakinkan dapat membantu orang tua mengambil keputusan yang benar. Kader juga wajib mencatat status imunisasi untuk pemantauan.

Soal Nomor 13
Dalam kegiatan bulanan Posyandu, seorang kader menemukan adanya tiga balita dengan berat badan stagnan selama tiga bulan berturut-turut. Apa langkah paling tepat yang sebaiknya dilakukan kader?

A. Menyembunyikan data agar laporan terlihat baik
B. Melaporkan hasil penimbangan dan mendiskusikan dengan petugas gizi puskesmas
C. Memberikan makanan tambahan seadanya tanpa pencatatan
D. Menghentikan penimbangan karena dianggap tidak ada perkembangan
E. Menunggu hingga anak kembali normal tanpa intervensi

Jawaban: B
Pembahasan: Stagnasi berat badan merupakan tanda risiko gizi kurang. Kader harus melaporkan secara transparan dan berkoordinasi dengan petugas gizi puskesmas agar dilakukan intervensi lebih lanjut. Data yang valid sangat penting sebagai dasar perencanaan program kesehatan anak di wilayah tersebut.

Soal Nomor 14
Pada saat Posyandu, seorang kader diminta menjelaskan kepada warga tentang cara menjaga kesehatan lingkungan agar terhindar dari penyakit berbasis lingkungan. Pesan kunci yang sebaiknya disampaikan adalah…

A. Semua sampah rumah tangga dibakar setiap hari agar lingkungan bersih
B. Membuang sampah di sungai agar cepat terbawa arus
C. Menggunakan air bersih, mengelola sampah dengan benar, dan menjaga kebersihan jamban
D. Mengurangi konsumsi sayur dan buah untuk menghindari pencemaran pestisida
E. Menggunakan obat kimia berlebihan untuk membunuh serangga di rumah

Jawaban: C
Pembahasan: Konsep kesehatan lingkungan mencakup air bersih, sanitasi layak, dan pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini sejalan dengan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang selalu disosialisasikan oleh kader Posyandu. Edukasi berbasis kebiasaan sederhana lebih efektif dalam mengubah perilaku masyarakat.

Soal Nomor 15
Dalam kegiatan pencatatan Posyandu, seorang kader mendapati jumlah kunjungan ibu balita bulan ini lebih rendah dari bulan sebelumnya. Apa yang paling tepat dilakukan kader setelah mencatat data tersebut?

A. Melaporkan hasil pencatatan kepada petugas puskesmas untuk evaluasi lebih lanjut
B. Mengubah data agar terlihat sama dengan bulan sebelumnya
C. Mengabaikan data karena dianggap hal yang biasa
D. Menyembunyikan laporan agar tidak dimarahi petugas
E. Menghentikan pencatatan kunjungan bulan berikutnya

Jawaban: A
Pembahasan: Fungsi pencatatan adalah menyediakan data akurat untuk evaluasi dan perencanaan program. Penurunan jumlah kunjungan bisa menjadi indikator masalah, misalnya kurangnya sosialisasi, jadwal tidak sesuai, atau faktor lingkungan. Kader berperan menyampaikan laporan yang jujur sehingga petugas puskesmas dapat melakukan tindak lanjut.

Soal Nomor 16
Seorang ibu nifas datang ke Posyandu dengan keluhan demam tinggi, nyeri perut, dan keluar cairan berbau dari jalan lahir. Kondisi ini membuat ibu tampak lemas dan keluarganya bingung langkah apa yang harus diambil. Kader Posyandu dituntut untuk segera mengenali situasi tersebut sebagai tanda bahaya nifas yang tidak bisa ditangani di tingkat kader. Jika kader hanya menyarankan istirahat atau pengobatan tradisional, kondisi ibu bisa memburuk dan berisiko menyebabkan infeksi berat. Apa langkah terbaik yang seharusnya dilakukan kader?

A. Menyarankan ibu minum jamu tradisional
B. Menunda tindakan sampai jadwal kunjungan berikutnya
C. Menyarankan perawatan di rumah tanpa pemeriksaan medis
D. Memberikan edukasi tentang tanda bahaya nifas dan segera merujuk ke puskesmas
E. Membiarkan ibu istirahat karena akan membaik sendiri

Jawaban: D
Pembahasan: Gejala yang dialami ibu merupakan tanda bahaya infeksi nifas yang bisa mengancam jiwa. Kader Posyandu tidak berwenang memberi obat, tetapi berperan penting melakukan deteksi dini, memberi penyuluhan, dan merujuk ke fasilitas kesehatan. Rujukan cepat sangat penting agar ibu segera mendapat perawatan medis yang tepat.

Soal Nomor 17
Dalam kegiatan pencatatan, seorang kader menemukan hasil penimbangan balita tidak sesuai dengan grafik KMS, misalnya berat badan yang dicatat lebih tinggi dari hasil sebenarnya. Bila kesalahan ini dibiarkan, evaluasi gizi akan keliru dan bisa menutupi masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Data Posyandu memiliki peran penting karena menjadi dasar intervensi program kesehatan oleh puskesmas. Bagaimana sebaiknya kader menyikapi situasi ini?

A. Mengabaikan data karena dianggap tidak penting
B. Memeriksa ulang hasil penimbangan dan mengoreksi catatan sesuai kondisi nyata
C. Menghapus data agar tidak terlihat salah
D. Mengubah data agar terlihat normal
E. Menunda pencatatan sampai bulan berikutnya

Jawaban: B
Pembahasan: Kader Posyandu harus teliti dan jujur dalam pencatatan. Jika ada ketidaksesuaian, langkah yang benar adalah memeriksa ulang hasil penimbangan lalu mengoreksi data sesuai fakta. Dengan begitu, data yang dilaporkan valid dan bisa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam program gizi anak.

Soal Nomor 18
Seorang balita usia 18 bulan diperiksa di Posyandu, hasil pengukuran menunjukkan lingkar lengan atas (LILA) hanya 11 cm dan berat badan jauh di bawah garis normal KMS. Meski anak tampak aktif, hasil pengukuran ini menunjukkan adanya masalah serius. Jika kader hanya memberi makanan tambahan tanpa melapor, kondisi balita bisa semakin memburuk. Apa tindakan paling tepat yang sebaiknya dilakukan kader?

A. Menyarankan anak banyak makan tanpa perlu rujukan
B. Membiarkan karena anak terlihat aktif
C. Melaporkan ke petugas gizi puskesmas untuk intervensi segera
D. Memberikan makanan tambahan seadanya tanpa pelaporan
E. Hanya mencatat dalam register tanpa tindak lanjut

Jawaban: C
Pembahasan: LILA < 11,5 cm adalah indikator gizi buruk. Kader harus segera melaporkan kasus ini ke petugas gizi puskesmas agar mendapat penanganan lebih lanjut, seperti pemberian PMT khusus, pemeriksaan medis, dan pemantauan intensif. Penanganan cepat dapat mencegah komplikasi serius akibat gizi buruk.

Soal Nomor 19
Di wilayah kerja sebuah Posyandu, kader mencatat banyak balita menderita diare dalam satu bulan terakhir. Setelah ditelusuri, sebagian besar keluarga masih mengonsumsi air mentah yang tidak direbus. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko KLB (Kejadian Luar Biasa) bila tidak segera ditangani. Apa pesan penyuluhan yang paling tepat diberikan kader kepada masyarakat?

A. Mengingatkan keluarga untuk selalu merebus air hingga matang sebelum diminum
B. Mengurangi konsumsi buah dan sayur
C. Membuang sampah ke sungai agar tidak menumpuk
D. Mengandalkan obat-obatan kimia untuk mencegah diare
E. Mengabaikan karena diare dianggap penyakit ringan

Jawaban: A
Pembahasan: Pencegahan diare dapat dilakukan dengan PHBS, terutama memastikan konsumsi air bersih yang aman. Kader harus menekankan pentingnya merebus air hingga mendidih sebelum diminum, disertai edukasi kebersihan lingkungan agar masyarakat terhindar dari penyakit berbasis air.

Soal Nomor 20
Seorang ibu menyusui mengeluh ASI-nya terasa sedikit sehingga ingin memberi bubur saring pada bayi usia 3 bulan. Ibu khawatir bayinya tidak kenyang hanya dengan ASI. Kader perlu memberi jawaban yang tepat sesuai pedoman kesehatan agar ibu tidak salah mengambil keputusan. Apa yang sebaiknya dikatakan kader?

A. Menyarankan pemberian bubur saring agar bayi kenyang
B. Menyarankan susu kental manis sebagai pengganti ASI
C. Menyarankan bayi diberi teh manis hangat
D. Menghentikan pemberian ASI dan mengganti susu formula
E. Menjelaskan bahwa bayi usia 0–6 bulan cukup diberi ASI eksklusif tanpa tambahan makanan atau minuman lain

Jawaban: E
Pembahasan: ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan tanpa tambahan makanan atau minuman lain. Kader harus menjelaskan manfaat ASI eksklusif, sekaligus memberi motivasi kepada ibu agar percaya diri menyusui. Edukasi ini mencegah bayi mengalami masalah pencernaan dan kekurangan gizi akibat pemberian MP-ASI terlalu dini.

Ingin Mengakses Lebih Banyak Soal dan Pembahasan Terbaru Uji Kompetensi Kader Posyandu?

Temukan kumpulan soal latihan UKOM Kader Posyandu + kunci jawaban terbaru di fungsional.id. Semua materi disusun berdasarkan kisi-kisi resmi, mencakup pemahaman dasar Posyandu, pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan gizi & imunisasi, kesehatan ibu, pencatatan kegiatan, hingga penyuluhan masyarakat. Dengan berlatih di fungsional.id, kamu bisa mempersiapkan diri lebih terarah dan percaya diri menghadapi uji kompetensi kader kesehatan.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Tim Asn

Tim Asn

Tim ASN adalah kelompok profesional yang terbiasa menyusun soal. Kami terdiri dari ahli berbagai bidang, berkomitmen menciptakan soal berkualitas tinggi yang relevan dengan kompetensi jabatan.