Profesi toksikologi merupakan bidang yang sangat penting dalam dunia kesehatan, farmasi, industri, dan lingkungan. Seorang toksikolog memiliki tanggung jawab besar dalam menilai, menganalisis, dan menangani berbagai bentuk paparan racun yang dapat membahayakan tubuh manusia. Keahlian ini mencakup pemahaman tentang jalur paparan, metabolisme zat beracun, mekanisme aksi racun, dan pengaruhnya terhadap berbagai organ tubuh. Selain itu, toksikolog juga harus menguasai prinsip-prinsip penanganan keracunan, analisis laboratorium, serta peran toksikologi dalam bidang forensik dan industri. Uji kompetensi toksikologi bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan seorang profesional dalam memahami dan mengaplikasikan ilmu toksikologi secara tepat dan ilmiah.
Table of Contents
ToggleKisi-Kisi Ukom Toksikologi

Dalam menghadapi Uji Kompetensi Toksikologi, pemahaman terhadap kisi-kisi materi menjadi langkah awal yang sangat strategis. Kisi-kisi ini berperan sebagai panduan utama dalam memetakan kompetensi yang akan diuji serta menyusun strategi belajar yang terarah. Setiap aspek dalam kisi-kisi mencerminkan kemampuan fundamental yang harus dikuasai oleh tenaga kesehatan, analis laboratorium, atau profesional di bidang toksikologi. Mulai dari pemahaman dasar tentang racun, jalur paparan, hingga pemanfaatan metode analisis toksikologi, semuanya dirancang untuk memastikan kesiapan peserta dalam menghadapi berbagai situasi nyata terkait paparan bahan toksik. Oleh karena itu, penguasaan menyeluruh terhadap kisi-kisi ini menjadi fondasi penting untuk mencapai hasil maksimal dalam uji kompetensi serta penerapan ilmu toksikologi secara profesional.
1. Dasar-Dasar Toksikologi
Memahami definisi toksikologi, jenis racun (toksin vs toksikan), serta prinsip dasar paparan racun. Mampu menjelaskan konsep dose-response relationship dan faktor yang mempengaruhi toksisitas zat.
2. Jalur Paparan dan Absorpsi Racun
Menjelaskan berbagai rute masuknya racun ke dalam tubuh seperti inhalasi, ingesti, dermal, dan injeksi. Memahami bagaimana racun diserap melalui organ tubuh dan faktor yang mempengaruhinya.
3. Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi Racun
Menjelaskan proses distribusi racun melalui sistem peredaran darah dan jaringan tubuh. Mengetahui mekanisme biotransformasi racun di hati (fase I dan II) serta cara ekskresinya melalui urin, feses, keringat, atau napas.
4.Mekanisme Aksi Racun
Menguraikan bagaimana racun memengaruhi sel dan sistem biologis, termasuk efek pada enzim, membran sel, dan organ target. Membedakan antara toksisitas akut, subkronis, dan kronis.
5.Toksikologi Organ Spesifik
Mampu mengenali jenis racun yang menyerang organ tertentu seperti hati (hepatotoksin), ginjal (nephrotoksin), paru (pneumotoksin), sistem saraf (neurotoksin), atau darah (hematotoksin).
6.Toksikologi Industri dan Lingkungan
Memahami paparan bahan toksik di tempat kerja (logam berat, pelarut organik, pestisida) dan lingkungan (limbah, polutan udara). Mengetahui peraturan keselamatan kerja dan pengendalian paparan.
7.Toksikologi Farmasi dan Obat
Mengenali reaksi toksik dari obat-obatan, termasuk overdosis, efek samping, dan interaksi obat. Mampu menjelaskan peran ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi) dalam toksisitas obat.
8.Toksikologi Pangan
Menilai bahaya bahan kimia dalam makanan seperti pengawet, pewarna, logam berat, dan kontaminan alami (misalnya aflatoksin). Mengetahui standar batas aman dan regulasi BPOM.
9.Biomonitoring dan Biomarker
Mengetahui penggunaan biomarker untuk mendeteksi paparan dan efek racun dalam tubuh manusia. Memahami parameter yang digunakan seperti kadar enzim, zat metabolit racun, dan perubahan sel.
10.Antidotum dan Penanganan Keracunan
Mengenali jenis antidotum umum seperti atropin, N-acetylcysteine, atau activated charcoal. Memahami prinsip penanganan awal keracunan termasuk dekontaminasi, terapi suportif, dan rujukan.
11.Toksikologi Forensik
Menjelaskan peran toksikologi dalam investigasi kriminal atau forensik medis. Mampu menginterpretasi hasil uji laboratorium untuk menentukan penyebab kematian atau keracunan.
12.Metode Analisis Toksikologi
Mengetahui teknik laboratorium yang digunakan untuk analisis racun seperti spektrofotometri, kromatografi (GC, HPLC), dan imunologi. Menjelaskan pentingnya validitas dan akurasi hasil.
Contoh Soal UKOM Toksikologi
Untuk mendukung pemahaman terhadap kisi-kisi yang telah disusun, latihan soal merupakan salah satu cara efektif dalam mengasah logika, memperkuat konsep, dan membangun keterampilan analisis dalam konteks nyata. Soal-soal Uji Kompetensi Toksikologi berikut ini disusun dengan pendekatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang menuntut pemahaman mendalam dan penerapan prinsip toksikologi dalam berbagai situasi klinis, industri, dan forensik. Setiap soal dirancang berdasarkan kisi-kisi resmi dan disusun dalam bentuk naratif sepanjang 5–7 kalimat untuk mencerminkan kompleksitas kasus yang mungkin dihadapi. Dengan berlatih secara terarah melalui soal-soal ini, peserta diharapkan mampu meningkatkan kesiapan menghadapi ujian serta mengembangkan kompetensi profesional di bidang toksikologi.
Soal 1
Seorang pekerja pabrik menunjukkan gejala pusing, mual, dan sesak napas setelah beberapa jam bekerja di ruangan tertutup tanpa ventilasi. Berdasarkan gejalanya, kemungkinan besar racun masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Rute paparan ini sering terjadi pada pekerja industri kimia jika tidak menggunakan alat pelindung diri. Apa jenis jalur paparan yang paling mungkin dalam kasus tersebut?
A. Ingesti
B. Injeksi
C. Inhalasi
D. Dermal
E. Kontaminasi silang
Jawaban : C
Pembahasan : Inhalasi merupakan jalur utama masuknya zat toksik pada paparan udara yang mengandung uap atau gas kimia, terutama dalam ruang tertutup tanpa ventilasi.
Soal 2
Dalam studi toksikologi, dikenal istilah hubungan antara jumlah dosis zat yang masuk ke dalam tubuh dengan tingkat keparahan respon yang ditimbulkan. Hubungan ini sering digambarkan dalam kurva dosis-respon yang menjadi dasar dalam menentukan batas aman paparan terhadap suatu zat kimia. Apa nama konsep yang menjelaskan hubungan ini?
A. Bioekivalensi
B. Jalur absorpsi
C. Biotransformasi
D. Dose-response relationship
E. Farmakokinetika
Jawaban: D
Pembahasan: Dose-response relationship menjelaskan bahwa semakin tinggi dosis racun yang masuk ke tubuh, semakin besar efek toksik yang ditimbulkan.
Soal 3
Seorang pasien mengalami kerusakan sel hati setelah mengonsumsi paracetamol dalam dosis berlebihan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan enzim hati secara signifikan. Berdasarkan organ yang terdampak dan jenis kerusakannya, kondisi ini termasuk dalam golongan racun spesifik terhadap organ tertentu. Racun jenis apakah yang menyerang hati dan menyebabkan kerusakan seperti ini?
A. Nephrotoksin
B. Hepatotoksin
C. Neurotoksin
D. Pneumotoksin
E. Hematotoksin
Jawaban : B
Pembahasan : Hepatotoksin adalah jenis racun yang menyerang hati, seperti pada kasus overdosis paracetamol yang merusak sel hepatosit.
Soal 4
Dalam tubuh, zat racun yang telah masuk akan mengalami proses biotransformasi agar dapat diekskresikan lebih mudah. Proses ini terjadi melalui dua tahap yang melibatkan reaksi oksidasi, reduksi, dan konjugasi, serta sebagian besar berlangsung di organ hati. Apa nama dua fase utama dalam proses metabolisme racun tersebut?
A. Fase absorpsi dan ekskresi
B. Fase metabolik dan farmakodinamik
C. Fase I dan Fase II
D. Fase distribusi dan reabsorpsi
E. Fase enzimatik dan non-enzimatik
Jawaban : C
Pembahasan : Biotransformasi racun terjadi dalam dua fase: Fase I (reaksi fungsional seperti oksidasi) dan Fase II (konjugasi), yang dominan berlangsung di hati.
Soal 5
Gas karbon monoksida memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap hemoglobin dibandingkan oksigen. Ketika seseorang menghirup gas ini dalam jumlah besar, akan terjadi pengikatan karbon monoksida dengan hemoglobin, sehingga mengganggu transportasi oksigen ke jaringan tubuh. Apa akibat fisiologis utama dari paparan karbon monoksida tersebut?
A. Hiperkalemia
B. Hipotermia
C. Hipoksia
D. Hiperglikemia
E. Asidosis
Jawaban : C
Pembahasan : Karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan karena menggantikan oksigen dalam hemoglobin dan menghambat suplai oksigen.
Soal 6
Seorang teknisi laboratorium menggunakan kromatografi gas untuk menganalisis kadar etanol dalam darah seorang pasien yang diduga mengalami keracunan alkohol. Metode ini sangat sensitif dan selektif untuk deteksi senyawa volatil. Apa teknik analisis toksikologi yang digunakan oleh teknisi tersebut?
A. HPLC
B. ELISA
C. FTIR
D. GC
E. AAS
Jawaban : D
Pembahasan : Kromatografi gas (GC) digunakan untuk analisis senyawa volatil seperti alkohol, termasuk etanol dalam kasus keracunan.
Soal 7
Paparan logam berat seperti timbal dapat terjadi dalam lingkungan kerja seperti pengecoran logam atau produksi baterai. Akumulasi timbal dalam tubuh diketahui dapat merusak ginjal serta memengaruhi sistem pembentukan darah. Apa efek jangka panjang yang umum dari paparan kronis logam berat ini?
A. Hepatotoksisitas
B. Ototoksisitas
C. Nefrotoksisitas dan anemia
D. Neuropsikosis dan kelumpuhan
E. Hemofilia dan hipoksia
Jawaban : C
Pembahasan : Timbal bersifat nefrotoksik dan mengganggu sintesis hemoglobin, menyebabkan kerusakan ginjal dan anemia.
Soal 8
Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan muntah, diare, dan lemas setelah mengkonsumsi jamur liar. Pemeriksaan toksikologi mengidentifikasi adanya aflatoksin dalam darah. Aflatoksin merupakan kontaminan alami yang berbahaya dan sering ditemukan pada makanan berjamur. Dari sumber manakah biasanya aflatoksin berasal?
A. Bakteri Clostridium
B. Jamur Aspergillus
C. Virus Salmonella
D. Serangga pengurai
E. Reaksi enzimatik alami
Jawaban : B
Pembahasan : Aflatoksin dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang tumbuh pada makanan berjamur, terutama biji-bijian.
Soal 9
Dalam kasus keracunan pestisida jenis organofosfat, salah satu parameter yang digunakan dalam biomonitoring adalah kadar enzim kolinesterase dalam darah. Penurunan kadar enzim ini menjadi indikator penting dalam menilai tingkat paparan. Apa fungsi utama dari enzim kolinesterase yang terganggu akibat paparan organofosfat?
A. Mengaktifkan hormon insulin
B. Menguraikan neurotransmiter asetilkolin
C. Menyintesis asam amino
D. Menguraikan protein dalam hati
E. Meningkatkan sekresi hormon adrenal
Jawaban : B
Pembahasan : Kolinesterase berfungsi menguraikan asetilkolin di sinaps, dan organofosfat menghambat enzim ini sehingga terjadi gangguan sistem saraf.
Soal 10
Seorang pasien mengalami overdosis paracetamol dan dibawa ke IGD dalam keadaan kritis. Untuk mengatasi efek hepatotoksik dari paracetamol, dokter memberikan terapi antidotum berupa senyawa yang dapat meningkatkan kadar glutathione dalam hati. Apa nama antidotum yang diberikan dalam kasus ini?
A. Atropin
B. Deferoksamin
C. N-acetylcysteine
D. Activated charcoal
E. Pralidoksim
Jawaban : C
Pembahasan : N-acetylcysteine bekerja dengan meningkatkan sintesis glutathione yang dibutuhkan untuk menetralisir metabolit toksik paracetamol di hati.
Soal 11
Activated charcoal sering digunakan sebagai penanganan awal keracunan di bagian saluran cerna. Senyawa ini bekerja bukan dengan menetralisir racun secara kimiawi, tetapi dengan cara lain yang sangat efektif. Apa mekanisme kerja utama dari activated charcoal dalam penanganan keracunan?
A. Menghancurkan sel racun secara langsung
B. Menyerap racun sehingga tidak diserap tubuh
C. Mengoksidasi zat toksik
D. Menstimulasi sekresi asam lambung
E. Menetralisir racun dengan basa kuat
Jawaban : B
Pembahasan : Arang aktif bekerja dengan menyerap racun dalam saluran cerna sehingga mencegah penyerapannya ke dalam tubuh.
Soal 12
Racun yang memengaruhi sistem saraf pusat seperti metilmerkuri dapat dengan mudah melewati sawar darah otak. Dampaknya sangat berbahaya terutama pada janin, karena dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak dan sistem saraf. Apa jenis racun yang digambarkan dalam kasus ini?
A. Hepatotoksin
B. Pneumotoksin
C. Neurotoksin
D. Hematotoksin
E. Myotoksin
Jawaban : C
Pembahasan : Neurotoksin adalah jenis racun yang menyerang sistem saraf, dan metilmerkuri merupakan contoh racun yang bisa menembus sawar darah otak.
Soal 13
Salah satu prinsip dasar dalam toksikologi adalah “dosis membuat racun”, yang berarti bahwa hampir semua zat bisa menjadi racun jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu. Prinsip ini pertama kali dikenalkan oleh seorang ilmuwan yang dikenal sebagai bapak toksikologi. Siapakah tokoh yang memperkenalkan prinsip ini?
A. Robert Koch
B. Louis Pasteur
C. Paracelsus
D. Avicenna
E. Claude Bernard
Jawaban : C
Pembahasan : Paracelsus dikenal sebagai bapak toksikologi dan memperkenalkan prinsip bahwa dosis menentukan apakah suatu zat menjadi racun.
Soal 14
Paparan zat toksik melalui kulit dapat menyebabkan efek sistemik apabila zat tersebut berhasil menembus lapisan epidermis dan masuk ke aliran darah. Zat seperti pestisida cair sangat mudah diserap melalui jalur ini terutama jika tidak menggunakan pelindung tubuh. Apa istilah yang digunakan untuk menggambarkan jalur paparan ini?
A. Oral
B. Injeksi
C. Dermal
D. Inhalasi
E. Subkutan
Jawaban : C
Pembahasan : Jalur dermal mengacu pada paparan racun melalui kulit, dan sangat umum terjadi dalam industri pertanian dan kimia.
Soal 15
Senyawa beracun yang dihasilkan oleh aktivitas industri seperti merkuri, timbal, dan arsenik dapat mencemari lingkungan dan membahayakan ekosistem. Senyawa ini biasanya masuk ke tubuh manusia melalui air, makanan, atau udara tercemar. Apa istilah umum untuk zat-zat beracun tersebut yang berasal dari aktivitas industri?
A. Toksin
B. Toksikan
C. Bioaerosol
D. Kontaminan organik
E. Bakteri pathogen
Jawaban : B
Pembahasan : Toksikan adalah zat kimia buatan manusia seperti logam berat yang bersifat racun dan masuk ke tubuh melalui berbagai jalur.
Soal 16
Dalam proses distribusi zat toksik di dalam tubuh, senyawa yang bersifat lipofilik memiliki kecenderungan untuk tersimpan dalam jaringan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan paparan racun berlangsung dalam jangka panjang, meskipun sumber paparan telah dihentikan. Di jaringan manakah zat lipofilik paling sering terakumulasi?
A. Jaringan otot
B. Jaringan limfoid
C. Jaringan adiposa
D. Jaringan tulang
E. Jaringan otak
Jawaban : C
Pembahasan : Zat lipofilik mudah larut dalam lemak sehingga cenderung terakumulasi di jaringan adiposa, memperpanjang waktu paparan toksik.
Soal 17
Dalam toksikologi industri, penting bagi tenaga kerja memahami bahan kimia yang digunakan di tempat kerja. Salah satu cara untuk mengedukasi dan melindungi pekerja adalah dengan menyediakan informasi tentang sifat bahan kimia, potensi bahaya, dan tindakan darurat dalam bentuk dokumen standar. Apa nama dokumen tersebut?
A. Buku Log
B. Formulir Pelaporan
C. Material Safety Data Sheet
D. Laporan Forensik
E. Sertifikat Penggunaan Zat Kimia
Jawaban : C
Pembahasan : Material Safety Data Sheet (MSDS) memberikan informasi lengkap mengenai bahan kimia, cara penanganannya, dan tindakan darurat bila terjadi paparan.
Soal 18
Pekerja di laboratorium farmasi terpapar senyawa toksik melalui hirupan uap yang tidak terlihat. Dalam beberapa hari, ia mengalami gejala pusing, lemas, dan gangguan koordinasi. Tes darah menunjukkan adanya senyawa neurotoksik yang menghambat fungsi sistem saraf pusat. Apa bentuk toksisitas yang terjadi akibat paparan berulang dalam jangka waktu menengah seperti ini?
A. Toksisitas akut
B. Toksisitas subakut
C. Toksisitas subkronis
D. Toksisitas kronis
E. Toksisitas laten
Jawaban : C
Pembahasan : Toksisitas subkronis terjadi akibat paparan racun dalam jangka menengah, biasanya selama 1–3 bulan, dan dapat menimbulkan kerusakan sistemik.
Soal 19
Seorang pasien dirawat setelah mengalami gejala keracunan akibat overdosis obat golongan benzodiazepin. Untuk menangani keracunan ini, digunakan antidotum spesifik yang bekerja sebagai antagonis reseptor GABA. Apa nama antidotum yang digunakan untuk mengatasi kondisi ini?
A. Atropin
B. Flumazenil
C. Nalokson
D. N-acetylcysteine
E. Diazepam
Jawaban : B
Pembahasan : Flumazenil adalah antidotum spesifik untuk keracunan benzodiazepin karena bekerja menghambat reseptor GABA yang berikatan dengan obat tersebut.
Soal 20
Validitas metode analisis toksikologi merupakan aspek penting dalam proses evaluasi laboratorium. Hal ini berkaitan dengan kemampuan metode untuk mengukur zat dengan tepat, akurat, dan konsisten. Dalam konteks investigasi forensik atau uji hukum, validitas metode memiliki dampak signifikan terhadap hasil akhir. Mengapa validitas sangat penting dalam analisis toksikologi?
A. Untuk mengurangi biaya pemeriksaan
B. Agar hasil bisa ditafsirkan secara subjektif
C. Agar hasilnya bisa dipercepat
D. Untuk memastikan hasil dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan
E. Untuk menggantikan metode laboratorium manual
Jawaban : D
Pembahasan : Validitas menjamin bahwa hasil uji toksikologi akurat, terpercaya, dan sah digunakan dalam pengambilan keputusan medis atau hukum.
Ingin mengakses lebih banyak soal Toksikologi dan pembahasan terbaru?

Dapatkan kumpulan soal lengkap dan pembahasan terbaru untuk persiapan Kompetensi Toksikologi hanya di fungsional.id Materi disusun sesuai kisi-kisi resmi dan dirancang untuk mengasah kemampuan analisis secara mendalam. Kunjungi sekarang untuk akses.