100+ Soal Uji Kompetensi (UKOM) Tenaga Gizi dengan Kunci Jawaban

100+ Soal Uji Kompetensi (UKOM) Tenaga Gizi dengan Kunci Jawaban

Tenaga Gizi adalah tenaga kesehatan yang berperan dalam pemeliharaan dan perbaikan status gizi masyarakat. Tugas utamanya meliputi pengkajian status gizi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi intervensi gizi sesuai kebutuhan individu maupun kelompok. Pelayanan dilakukan berdasarkan standar profesi, etika, dan bukti ilmiah, serta melibatkan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain.

Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, tenaga gizi dituntut untuk menguasai ilmu gizi terapan, keterampilan komunikasi edukatif, serta kemampuan analisis dan pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini mendukung keberhasilan program gizi, peningkatan status kesehatan, dan pencegahan berbagai penyakit yang berhubungan dengan gizi di berbagai tatanan pelayanan, mulai dari fasilitas kesehatan hingga komunitas.

Kisi – Kisi Soal Uji Kompetensi Tenaga Gizi

Tenaga Gizi memegang peran penting dalam memberikan pelayanan gizi yang aman, bermutu, dan berpusat pada kebutuhan individu maupun kelompok, sesuai dengan standar profesi dan etika gizi. Jabatan ini membutuhkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip gizi, regulasi kesehatan, serta keterampilan teknis dan komunikasi edukatif yang efektif dalam praktik profesional.

Kisi-kisi soal ini dirancang untuk mengevaluasi kompetensi calon tenaga gizi dalam memberikan asuhan gizi secara holistik dan berbasis bukti, sesuai dengan standar pelayanan gizi, teori gizi terapan, serta peraturan yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan.

Pemahaman dan penerapan pengetahuan serta keterampilan dalam bidang gizi klinis, gizi masyarakat, dan gizi institusi.
Tenaga gizi diharapkan menguasai pengetahuan tentang ilmu gizi dasar dan terapan serta mampu menerapkannya dalam berbagai konteks pelayanan, seperti rumah sakit, puskesmas, institusi pendidikan, dan komunitas. Dalam uji kompetensi, peserta akan diuji dalam mendiagnosis status gizi, merancang diet terapeutik, serta melakukan intervensi gizi berbasis bukti. Soal dapat berupa kasus pasien dengan penyakit metabolik, masalah gizi di komunitas, hingga perencanaan menu di lembaga/institusi.
Etika profesi, komunikasi efektif, kerja tim, dan sikap profesional.
Uji kompetensi mencakup pengujian terhadap sikap profesional tenaga gizi, termasuk integritas, tanggung jawab, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim interprofesional. Peserta harus mampu menunjukkan komunikasi empatik saat konseling gizi dan bersikap etis dalam pengambilan keputusan. Contoh soal bisa berupa studi kasus tentang konflik etik dalam pemberian nutrisi atau komunikasi dengan pasien dengan keterbatasan pemahaman.
Kemampuan analitis dalam mengidentifikasi masalah gizi, menyusun diagnosis gizi, dan mengambil keputusan intervensi gizi yang tepat.
Penalaran klinis menjadi bagian penting dalam praktik gizi. Peserta harus mampu menginterpretasikan data antropometri, biokimia, klinis, dan dietetik untuk menyusun diagnosis dan intervensi. Contoh soal bisa berupa analisis data pasien dengan penyakit ginjal kronis untuk menentukan kebutuhan protein dan elektrolit, atau kasus balita gizi buruk di daerah endemis.
Asesmen gizi, perencanaan intervensi, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
Uji kompetensi menilai pemahaman peserta tentang Nutrition Care Process (NCP) yang mencakup asesmen gizi (pengumpulan data), diagnosis gizi (PES statement), intervensi (terapi diet, edukasi), serta monitoring dan evaluasi. Soal bisa berbentuk langkah-langkah intervensi gizi pada pasien rawat inap atau evaluasi keberhasilan program suplementasi zat gizi.
Pelayanan gizi pada individu, kelompok rentan, dan komunitas.
Tenaga gizi harus mampu menyesuaikan intervensi berdasarkan kelompok sasaran, seperti bayi dan balita, ibu hamil, lansia, atau pasien penyakit kronis. Soal bisa berupa pemilihan metode edukasi gizi untuk remaja sekolah atau intervensi gizi spesifik pada ibu menyusui di daerah rawan pangan.
Konseling gizi, edukasi gizi, promosi kesehatan, dan pengembangan program gizi.
Peserta diuji dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu. Ini termasuk penggunaan media edukasi, strategi promosi gizi, serta peran aktif dalam tim kesehatan. Soal bisa mengenai penyusunan materi konseling gizi untuk pasien diabetes, atau perencanaan program fortifikasi zat gizi mikro untuk masyarakat.
Diagnosis gizi klinis, perencanaan diet penyakit, nutrisi enteral/parenteral.
Diuji pada kemampuan mengelola pasien dengan gangguan metabolik, infeksi, penyakit kronis. Termasuk perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi, pemilihan formula enteral/parenteral.
Survei gizi, analisis situasi, perencanaan dan evaluasi program.
Menguji kemampuan dalam melakukan survei konsumsi, studi status gizi masyarakat, dan menyusun program intervensi berbasis data.
Perencanaan menu institusi, pengelolaan bahan makanan, standar gizi.
Peserta diuji dalam aspek manajemen dapur, perencanaan menu seimbang, dan pengawasan mutu makanan di institusi seperti rumah sakit, pesantren, panti, dan sekolah.

Contoh Soal Uji Kompetensi Tenaga Gizi

Menghadapi seleksi Uji Kompetensi Tenaga Gizi memerlukan kesiapan yang menyeluruh, baik dari segi penguasaan ilmu gizi, keterampilan teknis, maupun pemahaman terhadap peran strategis tenaga gizi dalam sistem pelayanan kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan profesional, Anda diharapkan mampu memberikan pelayanan gizi yang aman, efektif, dan berbasis kebutuhan pasien atau masyarakat, serta memiliki pemahaman terhadap regulasi dan etika profesi gizi.

Soal Nomor 1
Seorang pasien laki-laki usia 58 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis gagal ginjal kronis stadium 4 dan hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar ureum 100 mg/dL, kreatinin 6,5 mg/dL, dan edema ringan di tungkai. Pasien mengeluh sering merasa lemas dan nafsu makan menurun. Sebagai tenaga gizi, Anda ditugaskan untuk menyusun intervensi gizi yang tepat.Apa langkah awal yang paling tepat dalam menyusun intervensi gizi untuk pasien ini menurut pendekatan NCP (Nutrition Care Process)?
A. Menyusun diet tinggi protein dan tinggi kalori
B. Memberikan edukasi tentang pentingnya membatasi asupan cairan
C. Melakukan pengkajian gizi lengkap termasuk intake diet dan data biokimia
D. Menyusun rencana menu rendah natrium dan kalium
E. Menentukan kebutuhan energi dan protein harian pasien
Jawaban: C
Pembahasan:

Langkah awal dalam NCP adalah asesmen gizi, yang mencakup pengumpulan data antropometri, biokimia, klinis, dan dietetik. Pada kasus ini, sebelum menyusun rencana diet atau memberikan edukasi, tenaga gizi harus memahami kondisi pasien secara menyeluruh, termasuk kebiasaan makan, riwayat medis, dan hasil laboratorium.

Soal Nomor 2
Dalam sebuah survei gizi masyarakat di daerah rawan pangan, ditemukan bahwa 35% balita mengalami stunting, dan konsumsi protein hewani sangat rendah. Sebagai tenaga gizi yang ditugaskan menyusun intervensi berbasis masyarakat, pendekatan manakah yang paling sesuai untuk mengatasi masalah tersebut?
A. Pemberian makanan tambahan fortifikasi zat besi dan seng
B. Program fortifikasi garam dengan yodium secara massal
C. Program edukasi gizi kepada kader posyandu saja
D. Intervensi kombinasi berupa edukasi gizi keluarga dan pemberian makanan lokal bergizi
E. Pendistribusian susu bubuk impor untuk seluruh balita
Jawaban: D
Pembahasan:

Masalah stunting membutuhkan pendekatan multisektoral dan berbasis bukti. Intervensi kombinasi dengan edukasi gizi keluarga dan penggunaan sumber pangan lokal lebih berkelanjutan dan sesuai konteks. Program seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan lokal juga meningkatkan keberterimaan masyarakat.

Soal Nomor 3
Seorang pasien wanita usia 35 tahun dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2 datang ke puskesmas untuk konseling gizi. Pasien mengatakan bingung membedakan makanan yang “aman” dan “tidak aman” untuk dikonsumsi. Dalam situasi ini, pendekatan komunikasi yang paling tepat dilakukan oleh tenaga gizi adalah:
A. Menyampaikan daftar larangan makanan dengan nada tegas
B. Menjelaskan fisiologi penyakit secara ilmiah dan mendalam
C. Memberikan edukasi menggunakan media visual dan bahasa sederhana
D. Mengarahkan pasien untuk membaca buku gizi yang tersedia
E. Meminta pasien untuk mencari informasi lebih lanjut secara mandiri
Jawaban: C
Pembahasan:

Dalam komunikasi gizi yang efektif, tenaga gizi harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, media visual, dan pendekatan empatik agar pasien merasa nyaman dan mampu memahami informasi. Hal ini sangat penting untuk memastikan keberhasilan perubahan perilaku makan.

Soal Nomor 4
Dalam sebuah institusi pendidikan asrama, ditemukan bahwa banyak siswa mengalami kelelahan, kurang konsentrasi, dan berat badan menurun. Anda ditugaskan sebagai tenaga gizi untuk mengevaluasi menu harian yang disediakan dapur. Menu tersebut sebagian besar terdiri dari nasi, tempe, dan sayur bening, tanpa lauk hewani. Apa langkah yang paling tepat untuk meningkatkan kualitas gizi menu tersebut?
A. Menambahkan kerupuk sebagai sumber energi tambahan
B. Mengganti nasi dengan mie instan untuk variasi menu
C. Menambahkan lauk hewani minimal 3 kali seminggu dan memperkaya sayur dengan santan
D. Meningkatkan porsi tempe dan tahu setiap hari
E. Menambah konsumsi buah sebagai makanan penutup
Jawaban: C
Pembahasan:

Menu yang hanya berbasis nabati berpotensi kekurangan zat gizi mikro dan protein hewani yang penting untuk energi dan fungsi kognitif. Penambahan lauk hewani dan penggunaan santan dapat meningkatkan kualitas protein dan kepadatan energi menu, sesuai dengan standar gizi institusi.

Soal Nomor 5
Seorang tenaga gizi mengalami dilema ketika dokter meminta untuk meningkatkan asupan protein pasien kanker stadium akhir yang sedang dalam perawatan paliatif, padahal pasien menolak makanan tinggi protein karena mual. Apa pendekatan etis yang paling tepat dilakukan tenaga gizi?
A. Menuruti permintaan dokter demi kepentingan medis pasien
B. Mengabaikan permintaan dokter dan mengikuti keinginan pasien
C. Berdiskusi dengan tim medis dan keluarga untuk mencapai kesepakatan terbaik
D. Mengedukasi pasien agar tidak menolak makanan tinggi protein
E. Mengganti makanan dengan suplemen tanpa memberitahu pasien
Jawaban: C
Pembahasan:

Dalam situasi etis, tenaga gizi harus menjunjung tinggi komunikasi interprofesional dan menghormati otonomi pasien. Diskusi bersama tim medis dan keluarga memungkinkan pendekatan terbaik dan beretika, mempertimbangkan kondisi klinis serta kenyamanan pasien.

Soal Nomor 6
Seorang anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke posyandu dengan keluhan sering sakit, tampak kurus, dan tidak aktif. Hasil pengukuran menunjukkan berat badan di bawah -3 SD dan tinggi badan -2 SD. Langkah diagnosis gizi yang tepat berdasarkan NCP adalah:
A. Menyatakan anak mengalami gizi buruk dan perlu rujukan segera
B. Menyatakan anak stunting kronis dan cukup diberi PMT
C. Menyusun pernyataan PES: intake energi tidak adekuat terkait asupan tidak cukup dibuktikan dengan berat badan < -3 SD
D. Melakukan monitoring pertumbuhan tiap minggu
E. Memberikan suplemen vitamin A dan zat besi
Jawaban: C
Pembahasan:

Diagnosis gizi dalam NCP dinyatakan dalam format PES (Problem, Etiology, Sign/Symptom). Anak dengan BB < -3 SD mengindikasikan masalah intake energi tidak adekuat. Pernyataan PES digunakan sebagai dasar perencanaan intervensi gizi.

Soal Nomor 7
Seorang ibu hamil trimester ketiga mengalami anemia ringan. Ia berasal dari daerah pedesaan dengan akses makanan terbatas. Program intervensi gizi komunitas apa yang paling tepat diberikan?
A. Memberikan transfusi darah
B. Menyediakan makanan tambahan khusus ibu hamil dari luar negeri
C. Mendistribusikan tablet tambah darah dan edukasi konsumsi pangan tinggi zat besi
D. Menghentikan aktivitas ibu hamil hingga melahirkan
E. Menyarankan konsumsi susu tinggi kalsium tanpa intervensi lain
Jawaban: C
Pembahasan:

Masalah anemia pada ibu hamil umum terjadi di daerah rawan pangan. Intervensi berbasis komunitas seperti tablet tambah darah (TTD) dan edukasi konsumsi pangan lokal tinggi zat besi adalah pendekatan yang tepat dan berkelanjutan.

Soal Nomor 8
Pasien rawat inap pasca operasi kanker usus besar tidak dapat mengonsumsi makanan secara oral dan diputuskan untuk diberikan nutrisi parenteral. Sebagai ahli gizi, apa langkah awal yang harus dilakukan?
A. Memberikan diet blenderized
B. Menghitung kebutuhan energi, protein, dan cairan harian pasien
C. Mengedukasi pasien tentang diet pasca operasi
D. Memberikan multivitamin secara oral
E. Memberikan makanan cair melalui NGT
Jawaban: B
Pembahasan:

Pemberian nutrisi parenteral memerlukan perhitungan yang tepat terhadap kebutuhan energi dan zat gizi, termasuk cairan dan elektrolit, untuk mencegah komplikasi metabolik. Ini adalah tanggung jawab tenaga gizi dalam tim medis.

Soal Nomor 9
Dalam sebuah pelatihan kader posyandu, Anda diminta menyusun media edukasi tentang pentingnya sarapan sehat untuk anak usia sekolah. Media yang paling efektif digunakan dalam konteks ini adalah:
A. Poster berisi tabel zat gizi makro
B. Leaflet dengan bahasa teknis dan istilah medis
C. Video pendek dengan ilustrasi makanan dan cerita anak
D. Buku ajar ilmu gizi dasar
E. Teks panjang mengenai metabolisme tubuh
Jawaban: C
Pembahasan:

Untuk edukasi masyarakat awam, terutama kader posyandu, media visual dan naratif seperti video pendek lebih mudah dipahami dan menarik. Hal ini mendukung promosi gizi yang komunikatif dan interaktif.

Soal Nomor 10
Dalam proses perencanaan diet untuk pasien hipertensi, tenaga gizi menyarankan pengurangan garam hingga <2 gram per hari. Pasien merasa makanannya menjadi hambar dan kehilangan selera makan. Apa pendekatan terbaik untuk mengatasi masalah ini?
A. Meningkatkan konsumsi garam perlahan
B. Menambahkan penyedap rasa buatan
C. Menggunakan rempah-rempah alami dan teknik masak yang tepat
D. Memberikan makanan kalengan untuk variasi rasa
E. Menghentikan diet rendah garam karena tidak disukai pasien
Jawaban: C
Pembahasan:

Penggunaan rempah-rempah alami, seperti bawang putih, jahe, dan kemangi, serta teknik memasak seperti panggang dan kukus, dapat meningkatkan rasa makanan tanpa menambah garam. Ini mendukung keberlanjutan terapi diet hipertensi.

Soal Nomor 11
Tenaga gizi yang bekerja di dapur rumah sakit ditugaskan untuk merancang menu standar bagi pasien rawat inap. Apa prinsip utama dalam penyusunan menu institusi?
A. Berorientasi pada keinginan pasien
B. Fokus pada efisiensi biaya saja
C. Sesuai dengan kebutuhan gizi dan standar dietetik
D. Mengutamakan kecepatan penyajian makanan
E. Menyesuaikan selera koki rumah sakit
Jawaban: C
Pembahasan:

Menu di rumah sakit harus disusun berdasarkan standar gizi dan kebutuhan pasien sesuai diagnosis medis dan dietetik. Efisiensi dan selera juga penting, tetapi bukan prioritas utama.

Soal Nomor 12
Seorang remaja mengalami kelebihan berat badan dan mengaku sering mengonsumsi makanan cepat saji karena alasan praktis. Apa pendekatan edukasi gizi yang paling tepat?
A. Memberikan larangan keras terhadap fast food
B. Menyalahkan kebiasaan makan orang tua
C. Memberikan alternatif praktis yang lebih sehat
D. Meminta remaja puasa makanan selama seminggu
E. Menganjurkan konsumsi teh pelangsing herbal
Jawaban: C
Pembahasan:

Pendekatan edukatif yang efektif untuk remaja adalah memberikan solusi praktis dan realistis, seperti penggantian fast food dengan pilihan cepat saji yang lebih sehat, bukan dengan larangan total.

Soal Nomor 13
Dalam monitoring program PMT Balita, ditemukan bahwa peningkatan berat badan tidak signifikan meskipun distribusi makanan sudah berjalan. Apa langkah evaluasi yang paling tepat?
A. Mengganti PMT dengan susu formula
B. Melakukan penimbangan ulang dan wawancara ibu balita
C. Menyalahkan ibu balita karena lalai
D. Mengganti petugas distribusi PMT
E. Mengurangi frekuensi pemberian PMT
Jawaban: B
Pembahasan:

Evaluasi program gizi meliputi pengumpulan data objektif dan subjektif. Penimbangan ulang dan wawancara memungkinkan identifikasi hambatan seperti pembagian makanan dalam rumah atau ketidaktepatan konsumsi PMT.

Soal Nomor 14
Dalam tim interprofesional rumah sakit, tenaga gizi diminta memberi masukan tentang pasien lansia dengan luka dekubitus. Rekomendasi gizi yang paling relevan adalah:
A. Diet rendah energi dan tinggi lemak
B. Diet tinggi protein dan vitamin C
C. Diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi
D. Diet rendah kalsium
E. Diet tinggi karbohidrat
Jawaban: B
Pembahasan:

Protein dan vitamin C penting dalam proses penyembuhan luka. Pada pasien dengan luka dekubitus, peningkatan asupan protein mendukung regenerasi jaringan dan daya tahan tubuh.

Soal Nomor 15
Dalam studi gizi komunitas, ditemukan bahwa mayoritas ibu balita di daerah X memiliki pengetahuan rendah tentang gizi. Apa pendekatan promosi gizi paling strategis?
A. Edukasi langsung rumah ke rumah oleh tenaga gizi
B. Seminar gizi di balai desa dengan bahasa ilmiah
C. Pengadaan modul gizi berbahasa Inggris
D. Kampanye media sosial eksklusif
E. Distribusi buku ajar kedokteran
Jawaban: A
Pembahasan:

Pendekatan personal dan langsung seperti edukasi dari rumah ke rumah efektif dalam menjangkau kelompok masyarakat dengan pengetahuan rendah, terutama di daerah pedesaan.

Soal Nomor 16
Seorang pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK) stadium 4 dirujuk untuk perencanaan diet. Hasil laboratorium menunjukkan kadar kreatinin tinggi, hiperkalemia, dan edema ringan. Apa strategi perencanaan diet yang paling sesuai?
A. Diet tinggi protein dan tinggi kalium untuk memperbaiki massa otot
B. Diet rendah protein, rendah natrium, dan rendah kalium sesuai kondisi klinis
C. Diet tinggi serat dan tinggi natrium untuk mengatasi edema
D. Diet bebas garam dan cairan total 500 ml/hari
E. Diet standar rumah sakit dengan makanan lunak
Jawaban: B
Pembahasan:

Pasien PGK perlu pembatasan protein, natrium, dan kalium, untuk mencegah penumpukan zat sisa metabolik dan mempertahankan fungsi ginjal. Pembatasan cairan juga dipertimbangkan berdasarkan status hidrasi dan output urin.
Soal Nomor 17

Di sebuah pesantren dengan 200 santri, terjadi peningkatan kasus anemia ringan. Tenaga gizi diminta merancang intervensi berbasis institusi. Langkah awal yang paling tepat adalah:
A. Memberi semua santri suplemen zat besi tanpa pemeriksaan
B. Melakukan survei konsumsi dan status hemoglobin secara sampling
C. Mengganti seluruh menu pesantren menjadi vegetarian
D. Membagikan vitamin C dalam bentuk permen
E. Melarang santri berolahraga berlebihan
Jawaban: B
Pembahasan:

Sebelum intervensi, perlu dilakukan survei konsumsi dan pemeriksaan status anemia untuk mengetahui akar penyebab dan menentukan pendekatan yang tepat. Bisa jadi masalahnya berasal dari rendahnya asupan zat besi atau absorpsi yang terganggu.

Soal Nomor 18
Seorang pasien diabetes mellitus tipe 2 datang ke poli gizi dengan hasil GDS 265 mg/dL. Ia terbiasa makan dua kali sehari dengan porsi besar dan suka camilan manis. Apa langkah edukasi awal yang paling penting?
A. Mewajibkan puasa 24 jam
B. Melarang konsumsi semua karbohidrat
C. Mengedukasi pola makan 3 kali sehari + 2 snack sehat serta memilih karbohidrat kompleks
D. Menyuruh pasien mengganti nasi dengan mi instan
E. Menyarankan diet tinggi lemak untuk mengurangi gula darah
Jawaban: C
Pembahasan:

Pasien DM perlu pola makan teratur dengan karbohidrat kompleks, porsi terkontrol, dan pembagian waktu makan yang konsisten. Ini membantu menghindari lonjakan gula darah serta menjaga kestabilan energi.

Soal Nomor 19
Anda ditugaskan mengevaluasi keberhasilan program fortifikasi zat gizi mikro di sebuah daerah. Indikator yang paling tepat digunakan untuk menilai dampak program adalah:
A. Jumlah peserta yang hadir dalam sosialisasi
B. Data penjualan produk fortifikasi
C. Perubahan prevalensi defisiensi zat gizi sasaran (misalnya anemia)
D. Banyaknya leaflet yang dibagikan
E. Tingkat kepuasan sponsor program
Jawaban: C
Pembahasan:

Indikator outcome utama dalam evaluasi program gizi adalah perubahan status gizi masyarakat, seperti penurunan prevalensi anemia, stunting, atau defisiensi zat gizi lainnya, bukan hanya aktivitas program.

Soal Nomor 20
Dalam sesi konseling gizi, seorang pasien dengan pendidikan rendah tampak bingung ketika dijelaskan tentang indeks glikemik dan jenis karbohidrat. Apa pendekatan komunikasi yang sebaiknya dilakukan?
A. Tetap menjelaskan dengan istilah ilmiah agar pasien belajar
B. Mengakhiri sesi karena pasien tidak kooperatif
C. Menggunakan analogi dan visual sederhana seperti gambar makanan dan porsi tangan
D. Menyerahkan materi tertulis dan menyuruh pasien membaca di rumah
E. Membiarkan pasien memilih makanannya sendiri
Jawaban: C
Pembahasan:

Komunikasi efektif dalam konseling gizi memerlukan adaptasi terhadap tingkat pemahaman pasien. Visual, analogi sederhana, dan contoh konkret sangat membantu pemahaman pasien dengan literasi gizi rendah.

Ingin Lolos Seleksi Tenaga Gizi?

Dapatkan akses eksklusif ke soal latihan yang mencakup semua materi penting sesuai kisi-kisi resmi. Dengan simulasi berbasis CAT di fungsional.id, Anda akan mendapatkan pengalaman belajar yang interaktif, efektif, dan mendalam, membantu Anda lolos dengan hasil terbaik!

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Tim Asn

Tim Asn

Tim ASN adalah kelompok profesional yang terbiasa menyusun soal. Kami terdiri dari ahli berbagai bidang, berkomitmen menciptakan soal berkualitas tinggi yang relevan dengan kompetensi jabatan.
Open chat
Halo!
Silahkan Hubungi Kami Jika Ada Pertanyaan...