100+ Soal Entomolog Kesehatan PPPK CPNS dengan Pembahasan

Soal Entomolog Kesehatan

Entomolog Kesehatan merupakan salah satu jabatan fungsional di bidang kesehatan yang berfokus pada pengelolaan dan pengendalian vektor serta organisme pengganggu kesehatan manusia. Posisi ini sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit berbasis lingkungan, seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lain yang ditularkan oleh serangga. Tugas seorang Entomolog Kesehatan mencakup pengamatan, identifikasi, dan pengendalian populasi vektor penyakit melalui pendekatan ilmiah, edukasi masyarakat, dan koordinasi lintas sektor.

Sebagai bagian dari ASN PPPK, Entomolog Kesehatan dituntut untuk memiliki pemahaman mendalam tentang ekologi vektor, teknik surveilans, serta regulasi yang mengatur pengendalian vektor dan penyakit berbasis lingkungan. Profesionalisme, integritas, dan penguasaan teknologi menjadi kompetensi utama dalam menjalankan tugas jabatan ini.

Kisi-Kisi Soal Entomolog Kesehatan PPPK CPNS Sesuai KemenpanRB

Sebagai Entomolog Kesehatan, Anda memiliki tanggung jawab besar dalam pengendalian vektor penyakit yang memengaruhi kesehatan masyarakat. Kisi-kisi soal ini dirancang untuk membantu Anda memahami kompetensi yang diharapkan, termasuk regulasi, teknik surveilans, dan strategi pengendalian vektor. Dengan mempelajari kisi-kisi ini, Anda akan lebih siap menghadapi seleksi CPNS PPPK sesuai dengan standar KemenpanRB.

  1. Pemahaman Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN): Memahami prinsip pengelolaan ASN berbasis sistem merit, termasuk penerapan integritas dan profesionalisme dalam tugas sebagai Entomolog Kesehatan. Menjalankan tugas sesuai hak dan kewajiban ASN, termasuk kode etik dan disiplin kerja yang relevan dengan bidang kesehatan masyarakat.
  2. Pemahaman Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 (Bab VI): Memahami standar dan pedoman teknis yang berkaitan dengan kegiatan surveilans, investigasi, dan intervensi vektor atau binatang pembawa penyakit (BPP). Mengimplementasikan pengendalian risiko kesehatan masyarakat berbasis peraturan yang berlaku, termasuk mitigasi dampak dari aktivitas vektor.
  3. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan: Menguasai tugas pokok dan fungsi sebagai Entomolog Kesehatan dalam pelaksanaan surveilans, investigasi, dan intervensi. Melakukan penyusunan program pengendalian vektor dan BPP berbasis data epidemiologi dan lingkungan. Menyusun laporan dan rekomendasi berbasis hasil pengamatan lapangan untuk pengendalian vektor.
  4. Pemahaman Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan: Memastikan kegiatan entomologi sesuai dengan standar usaha sektor kesehatan. Mengidentifikasi risiko kesehatan dari aktivitas vektor atau BPP dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi dalam sektor kesehatan.
  5. Surveilans Vektor dan/atau Binatang Pembawa Penyakit (BPP): Melakukan pengumpulan data populasi vektor melalui metode surveilans seperti entrapment, inspeksi habitat, dan penghitungan kepadatan populasi. Menggunakan alat analisis epidemiologi untuk mengidentifikasi risiko transmisi penyakit yang ditularkan vektor. Mengelola data surveilans untuk mendukung program pengendalian vektor secara efektif.
  6. Investigasi Vektor dan/atau Binatang Pembawa Penyakit (BPP): Melakukan investigasi lapangan untuk mengidentifikasi sumber dan pola penyebaran vektor atau BPP. Menggunakan teknik laboratorium untuk menganalisis vektor atau BPP, termasuk identifikasi spesies dan uji patogen. Mengembangkan prosedur investigasi yang efektif untuk mendukung respons cepat terhadap wabah penyakit yang ditularkan vektor.
  7. Intervensi Vektor: Menyusun dan melaksanakan strategi intervensi berbasis bukti untuk mengendalikan populasi vektor atau BPP. Menggunakan metode pengendalian kimia (insektisida), biologi (agen biologis), dan lingkungan (modifikasi habitat). Memastikan intervensi dilakukan dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
  8. Pemahaman Regulasi dan Etika dalam Pengendalian Vektor: Memastikan semua aktivitas surveilans, investigasi, dan intervensi sesuai dengan regulasi nasional dan internasional. Mematuhi etika dalam pengelolaan lingkungan dan perlakuan terhadap hewan laboratorium.
  9. Penyusunan Kebijakan dan Pelaporan: Menyusun rekomendasi kebijakan pengendalian vektor yang relevan dengan kebutuhan daerah atau kasus tertentu. Mengelola data hasil surveilans dan investigasi untuk mendukung perumusan kebijakan di sektor kesehatan masyarakat.
  10. Kolaborasi dan Pemberdayaan Masyarakat: Berkoordinasi dengan instansi terkait untuk pelaksanaan program pengendalian vektor. Melakukan edukasi masyarakat untuk mendukung pengendalian vektor berbasis komunitas, seperti pemberantasan sarang nyamuk.

Contoh Soal Entomolog Kesehatan PPPK CPNS

Melalui contoh soal ini, Anda akan mendapatkan gambaran nyata tentang tingkat kesulitan dan cakupan materi yang diujikan. Soal-soal dirancang untuk mengukur kemampuan Anda dalam memahami regulasi, teori keilmuan, hingga penerapan strategi pengendalian vektor yang berbasis bukti. Dengan mempelajari soal-soal ini, Anda dapat mempersiapkan diri secara optimal untuk menghadapi ujian yang kompetitif.

Soal 1: Seorang Entomolog Kesehatan ditugaskan untuk melakukan surveilans terhadap populasi Aedes aegypti di wilayah perkotaan dengan tingkat kasus demam berdarah yang meningkat. Metode apa yang paling sesuai untuk mengukur kepadatan populasi nyamuk tersebut?

A. Entrapment menggunakan perangkap CO2
B. Survei dengan metode larva count di tempat penampungan air
C. Inspeksi habitat menggunakan entomological index
D. Penghitungan langsung di habitat perkembangbiakan alami
E. Uji serologi pada penduduk yang terpapar

Jawaban: B
Pembahasan: Metode larva count di tempat penampungan air adalah cara efektif untuk menentukan kepadatan larva nyamuk, yang relevan dalam konteks surveilans Aedes aegypti.

Soal 2: Dalam investigasi wabah malaria, seorang Entomolog menemukan spesimen nyamuk yang diduga vektor penyebar. Teknik apa yang digunakan untuk memastikan spesies nyamuk dan mengidentifikasi patogen dalam tubuhnya?

A. Mikroskopi untuk identifikasi morfologi dan PCR untuk deteksi DNA patogen
B. Kultur bakteri pada nyamuk untuk identifikasi patogen
C. Penghitungan populasi dan analisis habitat nyamuk
D. Serologi terhadap darah nyamuk untuk mendeteksi patogen
E. Entrapment berbasis cahaya untuk identifikasi spesies

Jawaban: A
Pembahasan: Mikroskopi adalah metode standar untuk identifikasi morfologi nyamuk, sedangkan PCR (Polymerase Chain Reaction) digunakan untuk deteksi DNA patogen dengan akurasi tinggi.

Soal 3: Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 mengatur standar pengelolaan risiko berbasis sektor kesehatan. Dalam konteks pengendalian vektor, apa langkah pertama yang harus dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar ini?

A. Menyusun laporan investigasi lapangan
B. Mengidentifikasi potensi risiko kesehatan masyarakat
C. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar
D. Melakukan intervensi menggunakan insektisida
E. Memantau kepadatan populasi vektor secara berkala

Jawaban: B
Pembahasan: Identifikasi potensi risiko adalah langkah awal dalam pengelolaan risiko berbasis sektor kesehatan, sebagaimana diatur dalam Permenkes No. 14 Tahun 2021.

Soal 4: Seorang Entomolog Kesehatan menemukan bahwa populasi vektor meningkat akibat perubahan lingkungan di wilayah tertentu. Metode apa yang paling efektif untuk mengurangi populasi ini tanpa merusak ekosistem?

A. Aplikasi insektisida secara menyeluruh
B. Introduksi predator alami seperti ikan pemakan larva
C. Penyemprotan ruang menggunakan fogging
D. Pemberian larvasida di setiap rumah tangga
E. Pembatasan aktivitas masyarakat di area terbuka

Jawaban: B
Pembahasan: Introduksi predator alami adalah pendekatan biologis yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengurangi populasi vektor tanpa merusak ekosistem.

Soal 5: Seorang Entomolog Kesehatan diberi tugas menyusun laporan surveilans vektor di daerah perdesaan. Data apa yang paling penting untuk dimasukkan dalam laporan tersebut?

A. Jumlah spesimen nyamuk yang tertangkap dan lokasi penangkapan
B. Profil demografi penduduk yang terinfeksi
C. Jenis insektisida yang digunakan di wilayah tersebut
D. Jumlah pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan terdekat
E. Tingkat kepadatan penduduk di area tersebut

Jawaban: A
Pembahasan: Laporan surveilans vektor harus mencakup data jumlah spesimen tertangkap dan lokasi penangkapan untuk mengidentifikasi risiko penyebaran penyakit.

Soal 6:
Dalam suatu investigasi wabah chikungunya, seorang Entomolog Kesehatan menemukan bahwa penyebab utama penularan adalah Aedes albopictus. Apa intervensi paling efektif untuk menekan populasi vektor ini dalam waktu cepat?

A. Fogging di daerah endemik
B. Penyuluhan masyarakat tentang kebersihan lingkungan
C. Aplikasi larvasida di tempat penampungan air
D. Introduksi predator alami seperti ikan pemakan larva
E. Penggunaan perangkap nyamuk berbasis cahaya

Jawaban: A
Pembahasan: Fogging adalah metode cepat untuk menekan populasi nyamuk dewasa, terutama dalam kondisi darurat wabah.

Soal 7:
Dalam surveilans vektor, parameter mana yang paling penting untuk menentukan keberhasilan program pengendalian nyamuk di suatu wilayah?

A. Jumlah rumah yang dipasang perangkap nyamuk
B. Penurunan angka kepadatan larva berdasarkan House Index (HI)
C. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
D. Jumlah kasus penyakit akibat nyamuk dalam tiga bulan terakhir
E. Ketersediaan insektisida di fasilitas kesehatan

Jawaban: B
Pembahasan: House Index (HI), yang mengukur persentase rumah dengan keberadaan larva, merupakan indikator kunci keberhasilan pengendalian nyamuk.

Soal 8:
Seorang Entomolog menemukan bahwa habitat utama Culex quinquefasciatus adalah saluran air yang tidak terawat. Metode apa yang paling tepat untuk intervensi?

A. Penyemprotan insektisida di saluran air
B. Pembersihan rutin saluran air oleh masyarakat
C. Introduksi bakteri Bacillus thuringiensis israelensis (BTI)
D. Penggunaan larvasida di semua saluran air
E. Penyemprotan fogging di sekitar saluran air

Jawaban: C
Pembahasan: Bacillus thuringiensis israelensis adalah bakteri yang digunakan untuk pengendalian biologis larva nyamuk di habitat air tanpa merusak lingkungan.

Soal 9:
Dalam Permenkes Nomor 14 Tahun 2021, standar kegiatan pengendalian risiko berbasis sektor kesehatan melibatkan evaluasi risiko vektor secara berkala. Alat analisis apa yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat risiko transmisi?

A. Entomological Inoculation Rate (EIR)
B. Vector Density Index (VDI)
C. Epidemiological Risk Assessment (ERA)
D. Susceptibility Index (SI)
E. Breeding Habitat Survey (BHS)

Jawaban: A
Pembahasan: EIR adalah alat yang digunakan untuk menilai tingkat risiko transmisi penyakit yang ditularkan oleh vektor berdasarkan data populasi dan prevalensi patogen.

Soal 10:
Salah satu tugas Entomolog Kesehatan adalah menyusun rekomendasi kebijakan pengendalian vektor. Faktor apa yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam menyusun rekomendasi tersebut?

A. Ketersediaan anggaran untuk pelaksanaan intervensi
B. Dukungan pemerintah daerah terhadap program kesehatan masyarakat
C. Efektivitas metode pengendalian terhadap populasi vektor
D. Persepsi masyarakat terhadap program pengendalian
E. Semua faktor di atas

Jawaban: E
Pembahasan: Semua faktor di atas penting dalam menyusun rekomendasi kebijakan yang efektif, karena masing-masing berkontribusi pada keberhasilan implementasi program pengendalian vektor.

Soal 11:
Dalam investigasi wabah demam berdarah, Entomolog menggunakan perangkap ovitrap untuk memantau populasi nyamuk. Data apa yang dapat diperoleh dari penggunaan ovitrap?

A. Jumlah larva nyamuk yang berkembang di habitat alami
B. Indeks kepadatan telur nyamuk per area
C. Jenis patogen yang dibawa oleh nyamuk
D. Persentase rumah dengan larva nyamuk aktif
E. Data siklus hidup nyamuk di lingkungan tertentu

Jawaban: B
Pembahasan: Ovitrap digunakan untuk mengukur indeks kepadatan telur nyamuk di suatu area, yang dapat membantu memantau populasi nyamuk potensial.

Soal 12:
Dalam surveilans BPP (Binatang Pembawa Penyakit), Entomolog diminta melakukan penghitungan kepadatan populasi tikus. Metode apa yang paling efektif digunakan?

A. Observasi langsung di habitat tikus
B. Penempatan perangkap tikus di lokasi strategis
C. Survei visual dengan estimasi jumlah individu
D. Pemberian umpan beracun untuk mengukur populasi yang tersisa
E. Analisis jejak kaki di sekitar lokasi populasi

Jawaban: B
Pembahasan: Penempatan perangkap tikus adalah metode standar untuk mengukur kepadatan populasi secara kuantitatif.

Soal 13:
Entomolog harus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pengendalian vektor. Pesan apa yang paling relevan untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Aedes aegypti?

A. Menggunakan kelambu setiap malam
B. Menutup rapat tempat penampungan air dan mengurasnya secara berkala
C. Menggunakan pestisida di dalam rumah setiap minggu
D. Menghindari kontak langsung dengan air hujan
E. Meningkatkan asupan gizi untuk meningkatkan imunitas

Jawaban: B
Pembahasan: Menguras, menutup, dan mengubur (3M) adalah langkah pencegahan efektif untuk mengurangi habitat perkembangbiakan Aedes aegypti.

Soal 14:
Dalam investigasi lapangan, Entomolog menemukan spesies nyamuk baru di suatu daerah. Apa langkah pertama yang harus dilakukan untuk memastikan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat?

A. Mengidentifikasi spesies nyamuk dan potensinya sebagai vektor penyakit
B. Melaporkan temuan kepada pemerintah daerah untuk tindakan lebih lanjut
C. Melakukan survei populasi untuk menentukan distribusinya
D. Menggunakan insektisida untuk mencegah penyebarannya
E. Mengedukasi masyarakat tentang bahaya nyamuk tersebut

Jawaban: A
Pembahasan: Langkah pertama adalah mengidentifikasi spesies nyamuk dan menilai potensinya sebagai vektor untuk menentukan tingkat risiko kesehatan masyarakat.

Soal 15:
Dalam program pengendalian malaria, Entomolog menggunakan kelambu berinsektisida sebagai metode pencegahan. Apa keuntungan utama dari penggunaan kelambu berinsektisida?

A. Efektif membunuh nyamuk dewasa yang bersentuhan dengan kelambu
B. Menurunkan populasi larva di lingkungan sekitar rumah
C. Meningkatkan imunitas individu terhadap malaria
D. Mencegah penularan penyakit dari manusia ke nyamuk
E. Mengurangi penyebaran penyakit melalui kontak tidak langsung

Jawaban: A
Pembahasan: Kelambu berinsektisida efektif membunuh nyamuk dewasa yang bersentuhan dengan permukaan kelambu, sehingga mengurangi risiko gigitan dan penularan penyakit.

Pastikan Anda Lolos Seleksi PPPK CPNS Entomolog Kesehatan!

Dengan akses ke latihan soal yang dirancang sesuai kisi-kisi terbaru di fungsional.id, persiapan Anda akan lebih terarah dan efisien. Jangan ragu, mulai sekarang!

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Halo!
Silahkan Hubungi Kami Jika Ada Pertanyaan...