110+ Soal Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Pertama CPNS PPPK + Kisi Kisi

110+ Soal Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Pertama CPNS PPPK + Kisi Kisi

Formasi Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Pertama merupakan posisi strategis dalam sektor kesehatan yang bertanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat, pencegahan penyakit, dan pengelolaan perilaku untuk meningkatkan kualitas hidup. Peran ini menuntut kemampuan dalam menyusun program promosi kesehatan berbasis masyarakat, menganalisis perilaku kesehatan individu maupun kelompok, serta menyelaraskan strategi kesehatan dengan kebijakan nasional.

Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku diharapkan mampu:

  • Mengembangkan intervensi berbasis bukti untuk meningkatkan kesadaran kesehatan.
  • Mengintegrasikan pendekatan sosial budaya dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
  • Melakukan evaluasi dan monitoring program kesehatan untuk memastikan keberlanjutan.

Jika Anda siap menjadi agen perubahan dalam membangun masyarakat yang lebih sehat, formasi ini adalah langkah awal menuju karier yang berdampak positif.

Kisi-Kisi Soal Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Pertama CPNS PPPK Sesuai KemenpanRB

Formasi ini menuntut penguasaan regulasi dan program kesehatan seperti GERMAS, KIE, hingga pemberdayaan masyarakat. Kisi-kisi ini adalah langkah awal untuk memahami cakupan tugas Anda dan persiapan ujian.

  1. Permenpan No. 70 Tahun 2021 Tentang Jabatan Fungsional Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (TPKIP)
    Memahami peraturan yang mengatur ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensi TPKIP. Petugas harus mampu melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman jabatan fungsional, termasuk memberikan edukasi kesehatan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.
  2. Permenkes No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas
    Menguasai peran dan fungsi puskesmas dalam melaksanakan promosi kesehatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan primer. Petugas harus mendukung upaya preventif dan promotif, seperti sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), imunisasi, serta pencegahan penyakit menular.
  3. Permenkes No. 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
    Mengimplementasikan program promosi kesehatan di lingkungan rumah sakit sesuai dengan Permenkes ini. Hal ini meliputi edukasi pasien, pengelolaan media informasi kesehatan, dan pelibatan keluarga pasien untuk mendukung kesembuhan dan pencegahan penyakit.
  4. Inpres No. 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
    Mendukung pelaksanaan GERMAS melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Petugas harus mendorong masyarakat untuk aktif dalam kegiatan fisik, konsumsi makanan sehat, dan pemeriksaan kesehatan rutin, serta menggalang dukungan lintas sektor untuk keberhasilan program ini.
  5. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Kesehatan
    Menguasai teknik KIE untuk menyampaikan pesan kesehatan yang efektif kepada masyarakat. KIE mencakup penggunaan media komunikasi modern dan tradisional, seperti poster, media sosial, dan penyuluhan langsung, dengan pesan yang mudah dipahami dan relevan dengan kondisi lokal.
  6. Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
    Membimbing dan mendampingi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan, seperti pembentukan kader kesehatan, posyandu, dan kelompok pendukung kesehatan lainnya. Petugas bertugas meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk menjaga kesehatan.
  7. Penggalangan Kemitraan
    Membangun kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk instansi pemerintah, swasta, organisasi masyarakat, dan media, untuk mendukung program promosi kesehatan. Kemitraan ini bertujuan meningkatkan cakupan layanan dan efektivitas program kesehatan.
  8. Advokasi Kesehatan
    Melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan untuk mendukung pengalokasian sumber daya yang memadai dalam promosi kesehatan. Advokasi mencakup penyusunan materi presentasi, pengelolaan data kesehatan, dan pendekatan strategis kepada pengambil keputusan untuk memastikan keberlanjutan program kesehatan.

Contoh Soal Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Pertama CPNS PPPK

Berikut adalah kumpulan soal latihan yang dirancang berdasarkan kisi-kisi resmi formasi Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Pertama CPNS PPPK. Soal-soal ini menguji pemahaman Anda tentang regulasi kesehatan, program promosi kesehatan, hingga kemampuan advokasi untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat.

Soal No. 1

Dalam konteks Permenpan No. 70 Tahun 2021, seorang Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku dituntut untuk menyusun program promosi kesehatan berbasis perilaku masyarakat. Berdasarkan data berikut:

  • Prevalensi merokok di kalangan remaja di suatu wilayah mencapai 30%.
  • Faktor pendorong utama: pengaruh teman sebaya dan iklan rokok di media sosial.
  • Program promosi kesehatan sebelumnya gagal karena kurang melibatkan komunitas remaja lokal.

Sebagai ahli pertama, apa langkah pertama yang paling tepat dilakukan untuk menyusun program yang efektif, sesuai dengan prinsip promosi kesehatan berbasis perilaku?

A. Menyusun rencana kampanye digital dengan melibatkan influencer lokal.

B. Melakukan analisis situasi untuk mengidentifikasi kebutuhan dan motivasi remaja. 

C. Mengajukan pelarangan iklan rokok di media sosial kepada pemerintah daerah. 

D. Membuat materi edukasi anti-rokok dan menyebarkannya ke sekolah-sekolah.

E. Melakukan evaluasi program promosi kesehatan sebelumnya. 

Pembahasan:
Langkah pertama dalam menyusun program yang efektif adalah memahami konteks dan kebutuhan target sasaran. Hal ini dilakukan dengan analisis situasi untuk memastikan bahwa program berbasis data dan relevan dengan kondisi masyarakat. Opsi lainnya mungkin penting, tetapi dilakukan setelah analisis situasi.

Jawaban Benar: B

Soal No. 2

Seorang Tenaga Promosi Kesehatan menggunakan Teori Trans-Theoretical Model (TTM) dalam menyusun strategi untuk membantu individu berhenti merokok. Pada tahap Contemplation, individu mulai mempertimbangkan perubahan tetapi belum berkomitmen untuk bertindak. Strategi intervensi apa yang paling sesuai untuk diterapkan pada tahap ini?

A. Memberikan dukungan sosial dan membentuk kelompok pendukung.
B. Memberikan informasi tentang risiko kesehatan dari merokok.
C. Mendorong individu untuk menetapkan tanggal spesifik untuk berhenti merokok.
D. Melakukan penguatan positif terhadap upaya yang telah dilakukan individu.
E. Memberikan panduan langkah-langkah praktis untuk berhenti merokok. 

Pembahasan:
Pada tahap Contemplation, individu memerlukan informasi yang mendorong kesadaran akan dampak perilaku mereka. Memberikan informasi tentang risiko kesehatan dapat membantu meningkatkan motivasi mereka untuk beralih ke tahap berikutnya, yaitu Preparation. Strategi lainnya lebih cocok untuk tahap yang berbeda dalam TTM.

Jawaban Benar: B

Soal No. 3

Sesuai Permenkes No. 43 Tahun 2019, Puskesmas memiliki peran penting dalam promosi kesehatan berbasis komunitas. Salah satu pendekatan utamanya adalah Pemberdayaan Masyarakat. Di suatu desa, prevalensi anemia pada remaja perempuan mencapai 40%. Puskesmas berencana menerapkan program pemberdayaan untuk menurunkan angka tersebut.

Strategi pemberdayaan masyarakat yang paling sesuai untuk kasus ini adalah:

A. Melibatkan kader kesehatan untuk mengadakan penyuluhan rutin tentang gizi seimbang.
B. Mengadakan pelatihan keterampilan memasak makanan tinggi zat besi kepada ibu-ibu rumah tangga.
C. Membentuk kelompok remaja peduli anemia yang aktif dalam penyebaran informasi dan advokasi.
D. Mendistribusikan suplemen zat besi kepada remaja melalui sekolah-sekolah.
E. Mengadakan kampanye media sosial tentang pentingnya asupan gizi seimbang. 

Pembahasan:
Program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kapasitas individu dan komunitas dalam menangani masalah kesehatan. Membentuk kelompok remaja peduli anemia (pilihan C) sesuai dengan prinsip pemberdayaan yang melibatkan sasaran utama sebagai aktor perubahan. Strategi lain seperti penyuluhan atau kampanye penting, tetapi bersifat lebih informatif dan tidak sepenuhnya memberdayakan komunitas.

Jawaban Benar: C

Soal No. 4

Dalam Permenkes No. 43 Tahun 2019, disebutkan bahwa Puskesmas harus menjalin kerja sama lintas sektor untuk meningkatkan efektivitas program kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja sebuah Puskesmas, terdapat angka putus sekolah tinggi pada usia 13–16 tahun, yang berkontribusi pada rendahnya pemahaman kesehatan remaja.

Apa langkah kolaborasi lintas sektor yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan ini?

A. Menjalin kerja sama dengan dinas pendidikan untuk mengintegrasikan kurikulum kesehatan di sekolah.
B. Mengadakan pelatihan kesehatan reproduksi bagi guru dan siswa.
C. Bekerja sama dengan aparat desa untuk memberikan beasiswa bagi siswa yang putus sekolah.
D. Melibatkan perusahaan lokal untuk mendanai program penyuluhan kesehatan di desa.
E. Membentuk kelompok diskusi remaja di Puskesmas dengan fokus pada kesehatan dan pendidikan. 

Pembahasan:
Langkah kerja sama lintas sektor yang paling relevan adalah menjalin kerja sama dengan dinas pendidikan untuk mengintegrasikan kurikulum kesehatan di sekolah (pilihan A). Hal ini memungkinkan penyelesaian masalah secara sistemik dan berkelanjutan. Opsi lainnya bersifat pendukung tetapi tidak cukup untuk menangani masalah pendidikan dan kesehatan secara menyeluruh.

Jawaban Benar: A

Soal No. 5

Sesuai Permenkes No. 44 Tahun 2018, PKRS bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perilaku pasien, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung kesehatan. Sebuah rumah sakit menghadapi masalah rendahnya kepatuhan pasien diabetes dalam menjalankan pola makan sehat, yang mengakibatkan angka komplikasi tinggi.

Langkah strategis PKRS yang paling tepat untuk meningkatkan kepatuhan pasien adalah:

A. Membuat leaflet edukasi tentang pengelolaan diabetes dan menyebarkannya di ruang tunggu.
B. Mengadakan kelas edukasi mingguan bagi pasien diabetes dan keluarganya.
C. Memasang poster di rumah sakit tentang pentingnya pola makan sehat untuk pasien diabetes.
D. Menggunakan media sosial rumah sakit untuk mempublikasikan tips kesehatan bagi pasien diabetes.
E. Melatih staf medis untuk memberikan penyuluhan singkat saat kunjungan pasien diabetes. 

Pembahasan:
Langkah strategis PKRS harus berorientasi pada pemberdayaan pasien dan keluarga melalui interaksi langsung yang mendalam. Kelas edukasi mingguan (pilihan B) memberikan kesempatan untuk diskusi, meningkatkan pemahaman, dan memotivasi perubahan perilaku. Pilihan lain bersifat informatif tetapi tidak cukup interaktif atau personal untuk mendukung perubahan perilaku.

Jawaban Benar: B

Soal No. 6

Rumah sakit telah menjalankan program PKRS dengan berbagai kegiatan, seperti penyuluhan kesehatan, distribusi media promosi, dan pelatihan untuk staf. Berdasarkan Permenkes No. 44 Tahun 2018, evaluasi program PKRS dilakukan untuk mengukur efektivitasnya. Indikator apa yang paling tepat digunakan untuk menilai keberhasilan program PKRS?

A. Jumlah media promosi yang telah didistribusikan kepada pasien.
B. Persentase pasien yang mengikuti penyuluhan kesehatan di rumah sakit.
C. Perubahan perilaku kesehatan pasien berdasarkan survei kepuasan dan wawancara.
D. Tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya setelah edukasi kesehatan.
E. Jumlah staf yang dilatih untuk memberikan promosi kesehatan di rumah sakit. 

Pembahasan:
Indikator keberhasilan PKRS harus mencerminkan dampak nyata pada perilaku dan pemahaman pasien, bukan hanya aktivitas atau output program. Perubahan perilaku kesehatan pasien (pilihan C) merupakan indikator yang paling relevan karena menunjukkan hasil dari upaya promosi kesehatan. Pilihan lain lebih berfokus pada kuantitas atau input program.

Jawaban Benar: C

Soal No. 7

Sesuai dengan Inpres No. 1 Tahun 2017, GERMAS bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui tiga kegiatan prioritas: aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Di sebuah desa, hasil survei menunjukkan 60% masyarakat jarang berolahraga, dan angka penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi terus meningkat.

Sebagai tenaga promosi kesehatan, langkah prioritas apa yang paling sesuai untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat desa tersebut?

A. Mengadakan kampanye media sosial tentang pentingnya olahraga.
B. Membentuk komunitas olahraga di desa yang difasilitasi oleh kader kesehatan.
C. Memberikan edukasi tentang bahaya PTM akibat kurang olahraga melalui penyuluhan.
D. Membuat video tutorial olahraga ringan dan membagikannya kepada masyarakat.
E. Mengundang tokoh masyarakat untuk menjadi duta aktivitas fisik. 

Pembahasan:
GERMAS menekankan pendekatan berbasis masyarakat untuk mengubah kebiasaan sehari-hari. Membentuk komunitas olahraga (pilihan B) memberikan peluang untuk keterlibatan aktif masyarakat dan keberlanjutan program. Strategi ini juga melibatkan kader lokal yang memahami kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Pilihan lain penting, tetapi kurang efektif dalam menciptakan perubahan perilaku secara berkelanjutan.

Jawaban Benar: B

Soal No. 8

Setelah satu tahun pelaksanaan GERMAS di suatu kecamatan, tenaga promosi kesehatan ingin mengevaluasi efektivitas program tersebut. Berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 2017, indikator mana yang paling relevan untuk menilai keberhasilan program GERMAS dalam meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat?

A. Jumlah kegiatan olahraga yang telah dilakukan dalam setahun.
B. Persentase masyarakat yang rutin mengonsumsi sayur dan buah berdasarkan survei.
C. Jumlah kader kesehatan yang terlibat dalam penyuluhan tentang GERMAS.
D. Penurunan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di wilayah tersebut.
E. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program pemeriksaan kesehatan berkala. 

Pembahasan:
Evaluasi keberhasilan GERMAS harus mencerminkan dampak langsung pada perilaku dan kesehatan masyarakat. Penurunan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) (pilihan D) menunjukkan dampak jangka panjang dari implementasi program GERMAS. Sementara itu, indikator lainnya lebih mencerminkan aktivitas atau hasil antara yang mendukung tujuan utama GERMAS.

Jawaban Benar: D

Soal No. 9

Dalam penyelenggaraan KIE, tenaga promosi kesehatan harus mampu memilih metode komunikasi yang sesuai dengan audiens. Di sebuah desa, tingkat cakupan imunisasi anak masih rendah karena orang tua merasa takut terhadap efek samping imunisasi. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi, strategi komunikasi yang paling efektif adalah:

A. Menyebarkan leaflet tentang pentingnya imunisasi melalui kader kesehatan.
B. Mengadakan pertemuan kelompok orang tua untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan tentang manfaat dan keamanan imunisasi.
C. Menggunakan media sosial untuk mempublikasikan kisah sukses imunisasi.
D. Memasang spanduk di depan Puskesmas tentang jadwal imunisasi.
E. Menyampaikan pesan edukasi melalui siaran radio lokal. 

Pembahasan:
KIE yang efektif harus melibatkan interaksi langsung antara tenaga kesehatan dan masyarakat untuk mengatasi ketakutan atau keraguan yang spesifik. Pertemuan kelompok orang tua (pilihan B) memungkinkan dialog langsung yang dapat memberikan penjelasan mendalam dan menumbuhkan kepercayaan. Metode lain bersifat pendukung tetapi kurang efektif dalam menjawab keraguan individu secara langsung.

Jawaban Benar: B

Soal No. 10 

Seorang tenaga promosi kesehatan ingin mengedukasi remaja di sebuah sekolah tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan prinsip KIE, media mana yang paling sesuai untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan kepada remaja?

A. Buku panduan kesehatan reproduksi yang dibagikan kepada siswa.
B. Video interaktif tentang kesehatan reproduksi yang diputar di ruang kelas.
C. Poster di mading sekolah tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
D. Penyuluhan formal oleh tenaga kesehatan di aula sekolah.
E. Siaran pesan singkat melalui WhatsApp grup siswa. 

Pembahasan:
Media yang menarik dan interaktif lebih efektif untuk audiens remaja, karena mereka cenderung menyukai visual dan pengalaman yang engaging. Video interaktif (pilihan B) dapat memvisualisasikan konsep kesehatan reproduksi secara menarik dan memudahkan pemahaman. Media lain seperti poster atau buku panduan mendukung tetapi kurang interaktif, sehingga kurang efektif dalam menarik perhatian remaja.

Jawaban Benar: B

Soal No. 11

Di sebuah desa, angka kejadian penyakit demam berdarah (DBD) meningkat akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Sebagai tenaga promosi kesehatan, langkah pemberdayaan masyarakat yang paling sesuai berdasarkan prinsip fasilitasi pemberdayaan adalah:

A. Membagikan larvasida secara gratis kepada seluruh rumah tangga.
B. Mengadakan pelatihan kader kesehatan desa untuk memimpin kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
C. Menyampaikan edukasi melalui siaran radio desa tentang bahaya DBD.
D. Melibatkan tokoh masyarakat untuk memberikan imbauan menjaga kebersihan lingkungan.
E. Membentuk kelompok kerja masyarakat untuk melakukan inspeksi jentik secara mandiri. 

Pembahasan:
Fasilitasi pemberdayaan masyarakat menekankan pada penguatan kapasitas individu atau kelompok agar mampu memecahkan masalah secara mandiri. Melatih kader kesehatan desa (pilihan B) memberikan kemampuan teknis dan keberlanjutan untuk memimpin komunitas dalam upaya PSN. Langkah lain seperti pembagian larvasida atau penyuluhan bersifat sementara dan tidak sepenuhnya memberdayakan masyarakat.

Jawaban Benar: B

Soal No. 12

Setelah satu tahun program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan berjalan di sebuah kecamatan, tenaga promosi kesehatan ingin mengevaluasi keberhasilannya. Indikator mana yang paling tepat untuk menilai keberhasilan program pemberdayaan tersebut?

A. Jumlah kegiatan kesehatan yang dilakukan di desa.
B. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan.
C. Jumlah alat kesehatan yang didistribusikan ke masyarakat.
D. Tingkat penurunan kasus penyakit di wilayah tersebut.
E. Jumlah penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh tenaga kesehatan. 

Pembahasan:
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat diukur dari sejauh mana masyarakat mampu berpartisipasi aktif dan memimpin kegiatan kesehatan secara mandiri. Tingkat keterlibatan masyarakat (pilihan B) adalah indikator utama pemberdayaan. Penurunan kasus penyakit (pilihan D) penting tetapi lebih mencerminkan dampak tidak langsung program pemberdayaan.

Jawaban Benar: B

Soal No. 13

Seorang tenaga promosi kesehatan ingin menjalin kemitraan dengan sebuah perusahaan swasta untuk mendukung program kesehatan ibu dan anak di daerah terpencil. Namun, perusahaan tersebut lebih tertarik pada kegiatan yang memiliki nilai promosi tinggi. Strategi apa yang paling efektif untuk memastikan perusahaan tertarik mendukung program kesehatan ini sambil tetap memprioritaskan tujuan kesehatan masyarakat?

A. Menawarkan perusahaan hak eksklusif untuk branding pada setiap kegiatan program.
B. Menyusun proposal dengan data dampak program terhadap peningkatan kesehatan ibu dan anak.
C. Melibatkan perusahaan dalam diskusi bersama pemerintah daerah untuk menunjukkan sinergi yang akan tercipta.
D. Meminta perusahaan menyediakan dana tanpa memberikan ruang promosi.
E. Mengedepankan manfaat citra sosial perusahaan yang dapat diperoleh dari mendukung program ini. 

Pembahasan:
Kemitraan yang berhasil harus mempertemukan kepentingan kedua pihak tanpa mengabaikan tujuan utama program. Melibatkan perusahaan dalam diskusi bersama pemerintah daerah (pilihan C) menunjukkan transparansi dan potensi kolaborasi jangka panjang, yang dapat meningkatkan kepercayaan serta ketertarikan perusahaan. Opsi lain relevan, tetapi tidak sepenuhnya mencakup pendekatan kolaboratif yang seimbang.

Jawaban Benar: C

Soal No. 14

Tenaga promosi kesehatan telah menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi untuk mendukung program pengendalian penyakit tidak menular (PTM). Setelah dua tahun, evaluasi menunjukkan program belum mencapai target. Indikator apa yang paling penting untuk menilai efektivitas kemitraan dalam mendukung program ini?

A. Jumlah organisasi yang bergabung dalam kemitraan.
B. Tingkat kontribusi sumber daya dari masing-masing mitra.
C. Peningkatan jumlah masyarakat yang mengakses layanan terkait PTM.
D. Jumlah kegiatan yang dilakukan oleh mitra dalam mendukung program.
E. Tingkat keberlanjutan kerja sama antar mitra dalam program. 

Pembahasan:
Keberhasilan kemitraan harus dilihat dari dampak nyata terhadap tujuan program, yaitu peningkatan akses masyarakat ke layanan terkait PTM (pilihan C). Indikator lain seperti kontribusi sumber daya dan keberlanjutan kerja sama penting, tetapi lebih relevan untuk menilai proses kemitraan daripada hasil akhir.

Jawaban Benar: C

Soal No. 15

Seorang tenaga promosi kesehatan ingin mengadvokasi pemerintah daerah agar mengalokasikan anggaran khusus untuk program kesehatan mental di sekolah. Langkah awal dalam strategi advokasi yang paling efektif untuk mendapatkan dukungan pemerintah adalah:

A. Mengadakan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
B. Menyusun proposal rinci berisi data kasus kesehatan mental di wilayah tersebut dan dampaknya terhadap pendidikan.
C. Mengundang tokoh masyarakat untuk menyuarakan pentingnya kesehatan mental di media lokal.
D. Mengadakan audiensi langsung dengan kepala dinas kesehatan tanpa membawa data pendukung.
E. Membuat petisi online untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat luas. 

Pembahasan:
Langkah awal dalam advokasi adalah menyusun proposal berbasis bukti yang dapat menunjukkan urgensi masalah kepada pengambil keputusan, yaitu pemerintah daerah. Data yang konkret dan terukur akan memberikan dasar yang kuat untuk diskusi lebih lanjut. Metode lain seperti kampanye atau petisi bersifat pendukung tetapi tidak cukup strategis untuk memulai proses advokasi formal.

Jawaban Benar: B

Soal No. 16

Setelah tiga tahun melakukan advokasi untuk meningkatkan perhatian pada program pengendalian diabetes di masyarakat, tenaga promosi kesehatan ingin mengevaluasi keberhasilannya. Indikator yang paling mencerminkan keberhasilan advokasi adalah:

A. Peningkatan jumlah kegiatan promosi kesehatan tentang diabetes di wilayah tersebut.
B. Peningkatan alokasi anggaran pemerintah daerah untuk program pengendalian diabetes.
C. Peningkatan jumlah masyarakat yang mengikuti pemeriksaan rutin diabetes.
D. Meningkatnya publikasi media tentang bahaya diabetes.
E. Jumlah kader kesehatan yang dilatih untuk menangani kasus diabetes. 

Pembahasan:
Indikator keberhasilan advokasi adalah perubahan nyata dalam kebijakan, seperti peningkatan alokasi anggaran untuk mendukung program kesehatan yang diadvokasikan (pilihan B). Sementara itu, indikator lain seperti jumlah kegiatan atau kader lebih mencerminkan hasil implementasi program, bukan keberhasilan advokasi secara langsung.

Jawaban Benar: B

Soal No. 17

Sebuah rumah sakit ingin mengintegrasikan program PKRS untuk menurunkan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di wilayahnya. Berdasarkan Permenkes No. 44 Tahun 2018, langkah pertama yang harus dilakukan rumah sakit dalam menyelenggarakan PKRS adalah:

A. Mengadakan penyuluhan rutin bagi pasien dan keluarga pasien terkait pencegahan PTM.
B. Membentuk tim PKRS lintas profesi untuk merencanakan dan mengelola program promosi kesehatan.
C. Menyediakan media informasi seperti poster dan video edukasi di ruang tunggu pasien.
D. Mengadakan kemitraan dengan organisasi masyarakat untuk mendukung kegiatan promosi kesehatan.
E. Melakukan survei kepuasan pasien terhadap layanan promosi kesehatan rumah sakit. 

Pembahasan:
Sesuai Pasal 10 Permenkes No. 44 Tahun 2018, penyelenggaraan PKRS dimulai dengan pembentukan tim PKRS lintas profesi. Tim ini bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengembangkan program PKRS. Langkah lainnya seperti penyuluhan atau penyediaan media informasi adalah bagian dari implementasi program tetapi bukan langkah pertama.

Soal No. 18

Sebuah rumah sakit telah melaksanakan program PKRS selama satu tahun untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang pentingnya gaya hidup sehat. Berdasarkan Permenkes No. 44 Tahun 2018, indikator utama yang mencerminkan keberhasilan program PKRS adalah:

A. Jumlah pasien yang menghadiri sesi edukasi kesehatan di rumah sakit.
B. Tingkat perubahan perilaku pasien dalam menerapkan gaya hidup sehat.
C. Jumlah materi edukasi kesehatan yang disediakan oleh rumah sakit.
D. Peningkatan kepuasan pasien terhadap layanan promosi kesehatan di rumah sakit.
E. Jumlah mitra eksternal yang bekerja sama dengan rumah sakit untuk mendukung program PKRS.

Pembahasan:
Keberhasilan program PKRS dinilai dari perubahan perilaku kesehatan masyarakat, khususnya pasien, sesuai tujuan PKRS yang diatur dalam Permenkes No. 44 Tahun 2018. Indikator seperti jumlah sesi edukasi atau kepuasan pasien adalah data pendukung, tetapi bukan tolok ukur utama keberhasilan program.

Jawaban Benar: B

Soal No. 19

Seorang tenaga promosi kesehatan sedang merencanakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi pada anak-anak di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah. Untuk memastikan pesan kampanye dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat, apa pendekatan yang paling tepat dalam penyampaian pesan KIE ini?

A. Menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi secara massal tanpa memperhatikan karakteristik audiens.
B. Melibatkan tokoh masyarakat dan kader kesehatan dalam penyampaian pesan secara langsung melalui pertemuan tatap muka.
C. Menggunakan iklan di media televisi dan radio yang menjelaskan manfaat vaksinasi secara umum.
D. Memberikan leaflet informasi yang berisi fakta ilmiah tentang vaksinasi kepada masyarakat tanpa sesi tanya jawab.
E. Mengadakan sesi seminar dengan tenaga medis yang menjelaskan prosedur vaksinasi secara rinci. 

Pembahasan:
Penyampaian pesan yang efektif dalam kampanye KIE kesehatan harus melibatkan tokoh masyarakat dan kader kesehatan (pilihan B), yang dapat meningkatkan kredibilitas pesan dan memastikan bahwa informasi disampaikan dengan cara yang lebih personal dan dapat dimengerti oleh audiens. Pendekatan ini lebih efektif daripada hanya mengandalkan media massa atau informasi tertulis.

Jawaban Benar: B

Soal No. 20

Setelah melaksanakan program KIE yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pola makan sehat, tenaga promosi kesehatan ingin mengevaluasi keberhasilan program tersebut. Indikator yang paling relevan untuk mengevaluasi dampak program KIE adalah:

A. Jumlah peserta yang mengikuti seminar mengenai pola makan sehat.
B. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat melalui tes pre dan post-test.
C. Jumlah materi edukasi yang dibagikan kepada masyarakat selama program berlangsung.
D. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan sehat di rumah tangga peserta program.
E. Peningkatan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan gizi. 

Pembahasan:
Evaluasi keberhasilan program KIE lebih baik diukur dengan peningkatan pengetahuan masyarakat yang dapat dilihat melalui tes pre dan post-test (pilihan B). Hal ini mencerminkan sejauh mana program dapat mengubah pemahaman peserta tentang pola makan sehat. Indikator lain, seperti peningkatan kunjungan ke fasilitas kesehatan, lebih berkaitan dengan hasil jangka panjang.

Jawaban Benar: B

Siap Menjadi Agen Perubahan di Bidang Kesehatan?

Persiapkan diri Anda dengan soal-soal berbasis CAT yang dirancang sesuai kisi-kisi resmi. Latihan Sekarang di Fungsional.id dan buktikan kemampuan Anda untuk lolos formasi Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku!

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Halo!
Silahkan Hubungi Kami Jika Ada Pertanyaan...