150 Soal Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayaran + Pembahasan CPNS PPPK

Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayanan adalah posisi strategis yang bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan keselamatan lingkungan kerja, baik di sektor publik maupun swasta. Mereka memiliki peran penting dalam memastikan bahwa setiap proses dan kegiatan berjalan sesuai dengan standar keselamatan yang telah ditetapkan, guna melindungi pekerja, pelanggan, serta masyarakat luas dari risiko kecelakaan atau insiden berbahaya. Tugas utama mereka mencakup perencanaan dan implementasi prosedur keselamatan, pemantauan kepatuhan terhadap peraturan keselamatan kerja, serta pengembangan dan pengujian sistem respons darurat. Selain itu, Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayanan juga berperan dalam mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja dan melakukan evaluasi risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Sebagai bagian dari tugasnya, Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayanan sering berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan, pekerja, dan lembaga pengawasan keselamatan, untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari potensi risiko. Mereka diharapkan memiliki pemahaman mendalam mengenai peraturan dan standar keselamatan kerja, serta kemampuan untuk melakukan audit keselamatan, analisis risiko, dan memberikan pelatihan kepada staf mengenai prosedur keselamatan. Selain keterampilan teknis, posisi ini juga menuntut kemampuan manajerial dan koordinasi yang efektif untuk mengawasi penerapan program keselamatan secara menyeluruh. Dengan demikian, jabatan ini sangat vital dalam mendukung produktivitas serta menjaga citra organisasi melalui pengelolaan keselamatan dan keamanan yang andal.

Kisi-Kisi Soal Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayaran

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Mengatur ketentuan umum mengenai pelayaran di Indonesia, termasuk keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran
Menetapkan ketentuan pelaksanaan UU Pelayaran, termasuk pembinaan pelayaran, angkutan di perairan, kepelabuhanan, perkapalan, kenavigasian, dan manajemen keamanan kapal.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Pelayaran
Menetapkan standar keselamatan pelayaran yang meliputi sumber daya manusia, sarana dan/atau prasarana, standar operasional prosedur, lingkungan, dan sanksi.

Matematika Terapan
Menguasai konsep matematika terapan yang relevan dengan navigasi, perhitungan stabilitas kapal, dan perencanaan pelayaran.

Fisika Terapan
Memahami prinsip fisika yang berkaitan dengan dinamika fluida, stabilitas kapal, dan perilaku material dalam konstruksi kapal.

Informasi dan Teknologi
Menguasai penggunaan teknologi informasi dalam manajemen keselamatan dan keamanan pelayaran, termasuk sistem navigasi elektronik dan perangkat lunak pemantauan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Memahami standar kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan maritim untuk melindungi awak kapal dan penumpang.

Bahasa Inggris Maritim & Standard Marine Communication Phrases (SMCP)
Menguasai terminologi dan frasa standar dalam komunikasi maritim internasional untuk memastikan komunikasi yang efektif dan aman.

Kepemimpinan
Memiliki kemampuan kepemimpinan untuk mengelola tim dan memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dan keamanan.

Prosedur Darurat
Menguasai prosedur darurat di laut, termasuk evakuasi, penanganan kebakaran, dan pertolongan pertama.

Pencegahan Pencemaran Laut (Marine Pollution)
Memahami peraturan dan praktik terbaik dalam pencegahan pencemaran laut oleh kapal, sesuai dengan konvensi internasional seperti MARPOL.

Peraturan Pencegahan Tabrakan di Laut dan Dinas Jaga
Menguasai aturan internasional untuk mencegah tabrakan di laut (COLREGs) dan prosedur dinas jaga yang efektif.

Konstruksi dan Stabilitas Kapal
Memahami prinsip konstruksi kapal dan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kapal dalam berbagai kondisi muatan dan cuaca.

Penanganan dan Pengaturan Muatan
Menguasai teknik penanganan dan pengaturan muatan untuk memastikan keselamatan kapal dan muatan selama pelayaran.

Hukum Maritim
Memahami hukum maritim nasional dan internasional yang mengatur operasi kapal, hak dan kewajiban awak kapal, serta penyelesaian sengketa maritim.

Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS)
Menguasai operasi dan penggunaan sistem GMDSS untuk memastikan komunikasi darurat yang efektif di laut.

Manajemen Risiko dalam Pelayaran
Mampu mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko yang terkait dengan operasi pelayaran untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan.

Contoh Soal Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayaran untuk CPNS & PPPK

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengatur tentang keselamatan dan keamanan pelayaran di Indonesia, mencakup aspek perlindungan lingkungan maritim dan keamanan penumpang serta awak kapal. Dalam situasi di mana sebuah kapal penumpang sedang melakukan perjalanan di perairan yang padat, tiba-tiba kapal mengalami kerusakan pada sistem kemudi dan mulai hanyut ke arah perairan yang lebih dangkal. Sebagai nakhoda yang bertanggung jawab atas keselamatan seluruh penumpang dan awak kapal, tindakan pertama yang harus dilakukan dalam kondisi ini adalah:

A. Segera menginstruksikan awak kapal untuk menginformasikan kepada penumpang bahwa kapal sedang dalam situasi darurat dan mempersiapkan semua alat penyelamatan untuk kemungkinan evakuasi yang lebih aman.

B. Memastikan sistem komunikasi darurat berfungsi dengan baik, lalu mengaktifkan Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) untuk meminta bantuan dari otoritas pelabuhan atau kapal lain di sekitar lokasi, sambil memantau situasi kapal dan pergerakannya.

C. Menginformasikan kepada pemilik kapal tentang kerusakan yang terjadi dan menunggu instruksi lebih lanjut terkait langkah-langkah perbaikan atau penanganan yang perlu dilakukan sesuai dengan prosedur darurat.

D. Meminta teknisi di kapal untuk segera melakukan perbaikan pada sistem kemudi dan melaporkan setiap perkembangan dalam waktu tertentu, memastikan keselamatan penumpang dengan membatasi area yang dapat diakses oleh mereka selama perbaikan.

E. Mengarahkan kapal untuk tetap berada di jalur aman meskipun sistem kemudi rusak, dengan menggunakan peralatan lainnya seperti jangkar atau mesin cadangan untuk menjaga stabilitas kapal.

Jawaban: B. Memastikan sistem komunikasi darurat berfungsi dengan baik, lalu mengaktifkan Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) untuk meminta bantuan dari otoritas pelabuhan atau kapal lain di sekitar lokasi, sambil memantau situasi kapal dan pergerakannya.

Pembahasan: Dalam situasi ini, keselamatan penumpang dan awak kapal menjadi prioritas utama. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, tindakan paling bijaksana adalah mengaktifkan GMDSS untuk mengirimkan sinyal darurat ke pihak yang dapat membantu. Setelah itu, nakhoda bisa melakukan langkah-langkah tambahan, seperti mempersiapkan alat penyelamatan, jika bantuan terlambat datang.

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021, dalam upaya menjamin keselamatan pelayaran, kapal wajib memenuhi standar keselamatan, termasuk kesiapan sistem navigasi. Dalam situasi di mana kapal mengalami gangguan pada sistem navigasi saat melintasi perairan internasional yang padat dan penuh lalu lintas, nakhoda yang bertanggung jawab harus:

A. Melakukan komunikasi dengan kapal lain di sekitar dan menggunakan informasi dari mereka untuk menentukan posisi kapal, sambil melakukan pengecekan manual terhadap kondisi sistem navigasi yang mengalami gangguan.

B. Menginformasikan kepada seluruh awak kapal bahwa sistem navigasi mengalami gangguan dan meminta mereka untuk bersiap dalam posisi siaga, sambil terus memantau arah kapal menggunakan metode tradisional seperti kompas magnetik.

C. Mengaktifkan prosedur darurat internal dan mengarahkan kapal untuk menghindari jalur utama pelayaran, sehingga risiko tabrakan dengan kapal lain di perairan tersebut dapat diminimalisir sampai sistem navigasi kembali normal.

D. Melaporkan gangguan pada sistem navigasi kepada otoritas terkait dan meminta kapal lain di sekitarnya untuk memandu kapal tersebut ke jalur yang lebih aman, sambil memastikan peralatan komunikasi terus aktif.

E. Mematikan mesin kapal untuk sementara hingga gangguan pada sistem navigasi teratasi, dengan tujuan untuk mencegah kapal mengalami penyimpangan yang dapat membahayakan penumpang dan awak kapal.

Jawaban: A. Melakukan komunikasi dengan kapal lain di sekitar dan menggunakan informasi dari mereka untuk menentukan posisi kapal, sambil melakukan pengecekan manual terhadap kondisi sistem navigasi yang mengalami gangguan.

Pembahasan: Dalam situasi ini, nakhoda harus melakukan komunikasi dengan kapal lain untuk membantu navigasi kapal, terutama saat berada di perairan padat. Hal ini dapat membantu memastikan kapal tetap pada jalurnya meskipun sistem navigasi bermasalah. Meminta panduan dari kapal lain sesuai dengan protokol keselamatan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021 juga akan meminimalkan risiko tabrakan.

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015 menetapkan standar operasional prosedur keselamatan di kapal, termasuk manajemen risiko dalam kondisi darurat. Saat terjadi kebakaran di ruang mesin kapal, nakhoda menghadapi dilema antara menjaga kapal tetap di perairan aman atau memprioritaskan evakuasi segera. Tindakan pertama yang paling tepat adalah:

A. Meminta awak kapal melakukan pemadaman manual sambil melakukan inspeksi ruang mesin secara langsung untuk mengetahui penyebab kebakaran dan memastikan tidak ada potensi ledakan.

B. Memastikan bahwa seluruh penumpang diinstruksikan untuk tetap berada di kabin masing-masing hingga situasi lebih terkendali, sementara awak kapal menangani api di ruang mesin menggunakan peralatan pemadam api.

C. Segera mengarahkan kapal ke pelabuhan terdekat untuk evakuasi penumpang dan menginformasikan kepada pihak pelabuhan mengenai situasi darurat yang terjadi untuk persiapan penyelamatan.

D. Mematikan semua sumber energi dan bahan bakar yang mengarah ke ruang mesin untuk menghindari ledakan, lalu menginformasikan kondisi darurat ini ke otoritas terkait di darat untuk meminta bantuan.

E. Memberikan instruksi kepada awak kapal untuk mengaktifkan sistem pemadam kebakaran di ruang mesin dan melakukan evakuasi awal terhadap penumpang menuju area aman di kapal, sambil memantau situasi api secara langsung.

Jawaban: E. Memberikan instruksi kepada awak kapal untuk mengaktifkan sistem pemadam kebakaran di ruang mesin dan melakukan evakuasi awal terhadap penumpang menuju area aman di kapal, sambil memantau situasi api secara langsung.

Pembahasan: Dalam kondisi darurat kebakaran, tindakan pertama yang paling bijaksana adalah mengaktifkan sistem pemadam kebakaran dan memindahkan penumpang ke area aman di kapal. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko terhadap penumpang, sesuai dengan standar keselamatan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015.

4. Matematika terapan dalam navigasi membantu menentukan lokasi dan jarak antar kapal di lautan. Saat berada di tengah laut, kapal A mendeteksi keberadaan kapal B dengan sudut kemiringan 45° pada jarak 3 km. Berdasarkan data tersebut, jika kapal A ingin mempertahankan jarak aman minimal 5 km dari kapal B dengan kecepatan konstan, tindakan yang perlu dilakukan adalah:

A. Mengubah arah kemudi kapal ke sudut 90° dari posisi saat ini, sehingga jarak dari kapal B akan semakin menjauh seiring waktu.

B. Mengurangi kecepatan kapal secara bertahap untuk memperpanjang waktu sebelum mencapai jarak 5 km dari kapal B dan memonitor posisi kapal B secara kontinu.

C. Melakukan perubahan sudut kemudi sebesar 15° dari posisi saat ini sambil memperhatikan arah dan kecepatan kapal B agar jarak tetap berada di atas 5 km.

D. Mempercepat kapal menuju arah yang berlawanan dengan kapal B untuk mempercepat pencapaian jarak aman, dengan tetap memastikan stabilitas kapal.

E. Meminta kapal B untuk mengubah arah sementara kapal A tetap berada pada jalur yang sama, sesuai dengan aturan keselamatan pelayaran di perairan internasional.

Jawaban: C. Melakukan perubahan sudut kemudi sebesar 15° dari posisi saat ini sambil memperhatikan arah dan kecepatan kapal B agar jarak tetap berada di atas 5 km.

Pembahasan: Dalam navigasi, mempertahankan jarak aman melibatkan perhitungan sudut kemudi dan jarak terhadap kapal lain. Dengan mengubah sudut kemudi sebesar 15° dan mengawasi arah kapal B, kapal A dapat mempertahankan jarak aman minimal 5 km.

5. Dalam fisika terapan, stabilitas kapal sangat dipengaruhi oleh distribusi massa muatan. Saat kapal mengangkut muatan berat yang ditempatkan di bagian atas dek, kapal akan menjadi lebih rentan terhadap kemiringan yang membahayakan. Untuk mengurangi risiko tersebut, tindakan yang paling tepat adalah:

A. Menggunakan alat penyeimbang tambahan di bagian bawah kapal untuk menyeimbangkan berat di bagian atas dek, sehingga kapal tetap stabil tanpa perlu mengatur ulang muatan.

B. Menambah jumlah air ballast di tangki atas kapal untuk mengurangi efek kemiringan saat menghadapi ombak tinggi, meskipun ini menambah bobot total kapal.

C. Mengurangi jumlah muatan di bagian depan kapal dan memindahkannya ke bagian belakang agar distribusi beban menjadi lebih merata dan stabilitas lebih terjaga.

D. Memindahkan sebagian muatan dari bagian atas dek ke bagian bawah kapal, sehingga titik gravitasi kapal menjadi lebih rendah dan stabilitas meningkat secara signifikan.

E. Menginstruksikan seluruh awak untuk berpindah ke bagian tengah kapal dan menjaga posisi mereka tetap di area tersebut selama perjalanan, guna menjaga distribusi berat lebih stabil.

Jawaban: D. Memindahkan sebagian muatan dari bagian atas dek ke bagian bawah kapal, sehingga titik gravitasi kapal menjadi lebih rendah dan stabilitas meningkat secara signifikan.
Pembahasan: Memindahkan sebagian muatan ke bagian bawah adalah langkah yang tepat untuk menurunkan titik gravitasi kapal dan meningkatkan stabilitas, sesuai prinsip stabilitas kapal dalam fisika terapan.

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015 menetapkan standar keselamatan yang mencakup lingkungan dan sumber daya manusia. Dalam sebuah situasi pelayaran, kapal mendeteksi adanya tumpahan minyak di area pelayaran yang dapat mencemari perairan sekitarnya. Sebagai petugas keselamatan, langkah pertama yang harus Anda lakukan untuk meminimalkan dampak pencemaran tersebut adalah:

A. Mengaktifkan sistem isolasi pencemaran dan mengarahkan kapal menjauh dari area tumpahan sambil memantau kondisi sekitar untuk memastikan tumpahan tidak menyebar.

B. Menghubungi otoritas maritim terdekat untuk melaporkan insiden ini dan menunggu instruksi dari mereka terkait tindakan pembersihan tumpahan.

C. Menyebarkan bahan penyerap minyak yang tersedia di kapal ke area yang terdampak agar tumpahan tidak menyebar lebih luas ke area lain di perairan tersebut.

D. Melakukan peringatan kepada kapal-kapal lain di area tersebut agar menghindari perairan yang terkena tumpahan untuk mencegah pencemaran lebih lanjut.

E. Menyiapkan alat keselamatan tambahan di kapal guna mengantisipasi pencemaran yang mungkin berdampak pada kesehatan awak kapal.

Jawaban: C. Menyebarkan bahan penyerap minyak yang tersedia di kapal ke area yang terdampak agar tumpahan tidak menyebar lebih luas ke area lain di perairan tersebut.

Pembahasan: Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan agar tumpahan tidak menyebar lebih luas, salah satunya dengan menyebarkan bahan penyerap minyak. Melaporkan kejadian dan memberikan peringatan kepada kapal lain juga penting, namun langkah utama adalah menanggulangi tumpahan secara langsung.

7. Dalam konteks kesehatan dan keselamatan kerja (K3), seorang awak kapal menunjukkan tanda-tanda keracunan setelah menghirup gas berbahaya di ruang mesin. Sebagai petugas keselamatan, Anda harus segera:

A. Memindahkan awak tersebut ke area yang memiliki ventilasi udara yang baik dan memberikannya bantuan pernapasan dengan masker oksigen jika tersedia.

B. Membawa awak tersebut ke ruang medis di kapal untuk diperiksa kondisinya dan memintanya untuk beristirahat hingga kondisi pulih kembali.

C. Meminta awak lain untuk membantu mengamankan ruang mesin guna mencegah orang lain terpapar gas, serta memastikan ventilasi bekerja dengan baik.

D. Melaporkan insiden ini kepada nakhoda dan menunggu instruksi lebih lanjut terkait penanganan keracunan dan tindakan yang diperlukan.

E. Mengaktifkan alarm darurat kesehatan agar seluruh awak mengetahui adanya risiko paparan gas berbahaya di ruang mesin dan menghindari area tersebut.

Jawaban: A. Memindahkan awak tersebut ke area yang memiliki ventilasi udara yang baik dan memberikannya bantuan pernapasan dengan masker oksigen jika tersedia.

Pembahasan: Tindakan terbaik dalam keadaan darurat keracunan adalah memindahkan orang tersebut ke area dengan udara bersih dan memberikan oksigen jika diperlukan. Langkah ini sesuai dengan standar K3 dalam lingkungan maritim untuk memastikan keselamatan kesehatan awak.

8. Dalam fisika terapan, prinsip dinamika fluida sangat penting untuk memahami bagaimana air bergerak di sekitar kapal. Jika kapal menghadapi gelombang tinggi dari arah depan, tindakan yang tepat untuk meminimalkan risiko guncangan yang kuat pada lambung kapal adalah:

A. Memutar kapal sehingga menghadapi gelombang dari arah belakang, dengan harapan gelombang akan memberikan dorongan yang lebih stabil.

B. Mengarahkan kapal pada sudut yang lebih kecil terhadap arah datangnya gelombang untuk menstabilkan posisi kapal dalam menghadapi guncangan.

C. Memastikan mesin kapal berada dalam kondisi maksimal agar kapal bisa melewati gelombang lebih cepat dan mengurangi waktu kontak dengan gelombang besar.

D. Menambah beban di bagian depan kapal agar gelombang tinggi tidak mudah menggoyangkan kapal dan menurunkan titik pusat gravitasi kapal.

E. Mengurangi kecepatan kapal untuk mengurangi tekanan dari gelombang, sehingga lambung kapal lebih aman dari kerusakan akibat guncangan

Jawaban: E. Mengurangi kecepatan kapal untuk mengurangi tekanan dari gelombang, sehingga lambung kapal lebih aman dari kerusakan akibat guncangan.

Pembahasan: Mengurangi kecepatan kapal akan mengurangi tekanan yang diterima lambung kapal ketika bertemu dengan gelombang besar. Ini adalah langkah yang sesuai untuk meminimalkan guncangan kuat pada lambung sesuai dengan prinsip dinamika fluida dalam fisika terapan.

9. Dalam mengoperasikan Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS), petugas komunikasi di kapal harus memastikan bahwa perangkat GMDSS siap digunakan dalam keadaan darurat. Jika perangkat GMDSS mengalami gangguan sinyal saat di tengah laut, tindakan yang paling tepat adalah:

A. Mengaktifkan frekuensi cadangan pada perangkat GMDSS untuk memastikan sinyal tetap tersambung ke stasiun darat atau kapal terdekat.

B. Memeriksa ulang perangkat keras GMDSS dan mencoba me-restart perangkat untuk memulihkan sinyal darurat secepat mungkin.

C. Menghubungi nakhoda untuk melaporkan gangguan ini dan menginstruksikan awak kapal untuk menyiapkan alat komunikasi alternatif, seperti radio konvensional.

D. Mencari area yang lebih terbuka di perairan agar sinyal dapat diterima dengan lebih baik oleh perangkat GMDSS tanpa adanya hambatan.

E. Menunggu sinyal pulih dengan sendirinya sambil memantau perangkat untuk melihat apakah gangguan disebabkan oleh cuaca atau faktor lingkungan lainnya.

Jawaban: A. Mengaktifkan frekuensi cadangan pada perangkat GMDSS untuk memastikan sinyal tetap tersambung ke stasiun darat atau kapal terdekat.

Pembahasan: Dalam keadaan darurat, perangkat GMDSS memiliki frekuensi cadangan yang dapat diaktifkan jika terjadi gangguan sinyal. Mengaktifkan frekuensi cadangan adalah solusi terbaik untuk memastikan komunikasi darurat tetap terjaga.

10. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021, pengawasan terhadap pergerakan kapal di perairan yang ramai sangat penting untuk menghindari risiko tabrakan. Dalam situasi di mana ada tiga kapal yang bergerak di jalur perairan yang sama dengan arah berlawanan, langkah pertama yang perlu diambil oleh pengawas adalah:

A. Menginstruksikan semua kapal untuk mengurangi kecepatan agar risiko tabrakan dapat diminimalisir dan menunggu hingga salah satu kapal berlalu.

B. Menentukan prioritas jalur bagi kapal yang paling dekat dengan perairan sempit untuk melintas terlebih dahulu, agar situasi menjadi lebih terkendali.

C. Mengarahkan salah satu kapal untuk berbelok ke arah samping dan memberikan ruang bagi kapal lainnya untuk melintas sesuai aturan navigasi.

D. Meminta semua kapal untuk menggunakan jalur berlawanan yang lebih aman agar terhindar dari perairan yang penuh dengan kapal lainnya.

E. Menginstruksikan kapal dengan ukuran paling besar untuk mendahului, karena kapal besar biasanya lebih sulit melakukan manuver cepat.

Jawaban: B. Menentukan prioritas jalur bagi kapal yang paling dekat dengan perairan sempit untuk melintas terlebih dahulu, agar situasi menjadi lebih terkendali.

Pembahasan: Dalam pengawasan pergerakan kapal di perairan ramai, penting untuk memberikan prioritas pada kapal yang paling dekat dengan perairan sempit agar dapat melintas terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021 untuk menjaga keteraturan jalur pelayaran.

11. Pada undang-undang tentang pencegahan pencemaran laut, tindakan pencegahan pencemaran sangat ditekankan, terutama pada area pelabuhan. Jika sebuah kapal memasuki pelabuhan dan terlihat adanya kebocoran limbah dari kapal tersebut, langkah yang paling tepat bagi petugas pelabuhan adalah:

A. Menginstruksikan kapal untuk segera meninggalkan pelabuhan untuk mencegah pencemaran lebih lanjut di area pelabuhan yang padat.

B. Mengeluarkan peringatan kepada kapal tersebut dan meminta mereka untuk membersihkan area pelabuhan dari limbah yang bocor sebelum meninggalkan pelabuhan.

C. Mengaktifkan alarm pencemaran di pelabuhan untuk memastikan seluruh kapal lain mengetahui kondisi ini dan menghindari area yang terkontaminasi.

D. Menahan kapal tersebut di pelabuhan dan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada sistem pembuangan limbah sebelum kapal diizinkan melanjutkan perjalanan.

E. Menunda izin keberangkatan kapal tersebut sambil menunggu pemeriksaan dan sanksi dari pihak berwenang mengenai pelanggaran pencemaran.

Jawaban: D. Menahan kapal tersebut di pelabuhan dan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada sistem pembuangan limbah sebelum kapal diizinkan melanjutkan perjalanan.
Pembahasan: Langkah yang paling tepat adalah menahan kapal untuk pemeriksaan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan undang-undang tentang pencegahan pencemaran laut, di mana kapal yang mencemari lingkungan wajib menjalani pemeriksaan sebelum diizinkan berlayar kembali.

12. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015, setiap kapal yang berlayar wajib memiliki alat keselamatan sesuai standar yang ditetapkan. Dalam sebuah inspeksi, ditemukan bahwa sebuah kapal hanya memiliki jaket keselamatan untuk 70% dari kapasitas penumpangnya. Sebagai petugas keselamatan, tindakan yang paling tepat yang perlu dilakukan adalah:

A. Memberikan teguran kepada kapten kapal dan memintanya untuk segera menambah jumlah jaket keselamatan sesuai standar keselamatan yang berlaku sebelum berlayar.

B. Melakukan pemeriksaan tambahan pada alat keselamatan lain yang dimiliki kapal untuk memastikan bahwa kapal tetap bisa berlayar dengan peralatan yang ada.

C. Mengizinkan kapal tersebut berlayar dengan syarat bahwa alat keselamatan lainnya telah diperiksa dan dinyatakan memadai untuk situasi darurat.

D. Melaporkan kekurangan alat keselamatan tersebut kepada pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan fasilitas kapal.

E. Menahan izin keberangkatan kapal hingga seluruh alat keselamatan sesuai dengan jumlah penumpang, mengingat risiko kecelakaan yang bisa terjadi.

Jawaban: E. Menahan izin keberangkatan kapal hingga seluruh alat keselamatan sesuai dengan jumlah penumpang, mengingat risiko kecelakaan yang bisa terjadi.

Pembahasan: Menahan izin keberangkatan adalah tindakan yang paling sesuai karena keselamatan penumpang adalah prioritas. Kapal yang tidak memenuhi standar alat keselamatan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2015 tidak boleh diizinkan berlayar sampai alat keselamatannya dilengkapi.

13. Dalam manajemen risiko pelayaran, perencanaan rute yang aman sangat penting untuk menghindari cuaca buruk dan kondisi laut yang berbahaya. Jika kapten kapal menerima informasi adanya badai di jalur yang direncanakan, langkah mitigasi risiko yang paling tepat adalah:

A. Mengurangi kecepatan dan melanjutkan perjalanan dengan lebih hati-hati agar kapal bisa melalui badai tanpa terlalu banyak guncangan.

B. Meminta laporan cuaca terkini dan mencari jalur alternatif yang memungkinkan kapal menghindari area badai tanpa memperpanjang waktu perjalanan secara signifikan.

C. Melanjutkan perjalanan sesuai rencana dan memastikan seluruh awak dan penumpang memahami prosedur darurat jika badai semakin membesar.

D. Menghentikan kapal di tempat terdekat untuk menunggu badai berlalu, meskipun ini akan memperpanjang waktu perjalanan secara signifikan.

E. Menghubungi otoritas pelabuhan untuk meminta arahan, mengingat potensi risiko dari badai di jalur yang akan dilalui.

Jawaban: B. Meminta laporan cuaca terkini dan mencari jalur alternatif yang memungkinkan kapal menghindari area badai tanpa memperpanjang waktu perjalanan secara signifikan.

Pembahasan: Langkah paling tepat dalam mitigasi risiko adalah mencari jalur alternatif yang aman dan menghindari area badai, agar perjalanan tetap efektif dan aman. Perencanaan ini adalah bagian dari manajemen risiko pelayaran yang baik.

14. Dalam hukum maritim, kapal yang menyebabkan pencemaran lingkungan laut karena kebocoran bahan bakar dapat dikenakan sanksi berat. Jika sebuah kapal terdeteksi telah mengeluarkan bahan bakar ke laut dan menyebabkan pencemaran di wilayah perairan negara lain, tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh negara tersebut adalah:

A. Menahan kapal tersebut di pelabuhan terdekat dan memberikan sanksi sesuai hukum internasional mengenai pencemaran laut.

B. Meminta kapal untuk segera kembali ke perairan asalnya agar pencemaran dapat ditangani oleh negara asal kapal tersebut.

C. Menghentikan kapal tersebut dan mengirim tim ahli untuk menangani pencemaran, sementara sanksi akan diberikan oleh negara asal kapal.

D. Meminta kompensasi finansial dari negara asal kapal untuk menutupi biaya pembersihan tumpahan bahan bakar di perairan mereka.

E. Menghukum nakhoda dan seluruh awak kapal karena telah melanggar aturan pencemaran lingkungan laut dan menyebabkan kerusakan ekosistem di wilayah mereka.

Jawaban: A. Menahan kapal tersebut di pelabuhan terdekat dan memberikan sanksi sesuai hukum internasional mengenai pencemaran laut.

Pembahasan: Berdasarkan hukum maritim internasional, negara yang terdampak pencemaran berhak menahan kapal di pelabuhan terdekat dan menerapkan sanksi sesuai aturan yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk mencegah pencemaran lanjutan dan menegakkan hukum lingkungan.

15. Seorang petugas keselamatan di kapal menerima laporan bahwa ada tumpahan minyak di sekitar dek kapal akibat kebocoran dari tangki penyimpanan. Berdasarkan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di lingkungan maritim, langkah pertama yang harus dilakukan petugas adalah:

A. Meminta seluruh awak kapal untuk meninggalkan area dek dan segera melakukan isolasi pada tangki penyimpanan minyak tersebut.

B. Menyiapkan peralatan pembersih dan meminta bantuan awak kapal lain untuk membersihkan minyak yang tumpah agar dek kapal kembali aman.

C. Mengaktifkan sistem alarm darurat pencemaran agar semua awak kapal mengetahui adanya tumpahan minyak di dek kapal.

D. Melaporkan insiden tersebut kepada nakhoda dan memantau area sekitar dek untuk memastikan minyak tidak menyebar lebih luas.

E. Memasang tanda bahaya di sekitar area dek yang terkena tumpahan minyak dan memblokir akses menuju area tersebut.

Jawaban: E. Memasang tanda bahaya di sekitar area dek yang terkena tumpahan minyak dan memblokir akses menuju area tersebut.

Pembahasan: Tindakan pertama yang tepat adalah memasang tanda bahaya dan memblokir akses menuju area yang terkena tumpahan minyak untuk mencegah risiko kecelakaan. Setelah itu, petugas dapat mengambil tindakan pembersihan dan mengamankan tangki penyimpanan.

16. Kapal yang berlayar di perairan internasional wajib mematuhi aturan International Regulations for Preventing Collisions at Sea (COLREGs). Saat berlayar di area yang padat, sebuah kapal mendeteksi kapal lain yang bergerak menuju jalurnya dengan kecepatan tinggi. Sesuai aturan COLREGs, tindakan yang sebaiknya diambil adalah:

A. Mengurangi kecepatan dan mengubah arah untuk memberi ruang kepada kapal yang mendekat agar menghindari tabrakan.

B. Menjaga kecepatan dan jalur saat ini, sambil mengirim sinyal peringatan kepada kapal lain agar mereka mengubah arah.

C. Mengaktifkan sistem navigasi otomatis agar dapat mengambil tindakan cepat jika kapal lain semakin mendekat.

D. Menggunakan frekuensi komunikasi internasional untuk memperingatkan kapal lain agar mematuhi jalur yang telah ditentukan.

E. Menunggu instruksi dari otoritas maritim terdekat mengenai tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghindari tabrakan.

Jawaban: A. Mengurangi kecepatan dan mengubah arah untuk memberi ruang kepada kapal yang mendekat agar menghindari tabrakan.

Pembahasan: Sesuai dengan aturan COLREGs, kapal yang memiliki kesempatan untuk menghindar sebaiknya mengurangi kecepatan atau mengubah arah demi menghindari tabrakan.

17. Dalam menggunakan Standard Marine Communication Phrases (SMCP), petugas komunikasi harus memastikan bahwa pesan yang disampaikan jelas dan sesuai standar internasional. Jika seorang petugas menerima laporan adanya asap di ruang mesin, bagaimana ia harus melaporkannya dalam SMCP?

A. “Possible fire detected in engine room, request immediate assistance to prevent further damage.”

B. “Fire alarm activated in the engine room, we are checking situation now for confirmation.”

C. “Smoke detected in engine room, safety measures are being taken, standby for further report.”

D. “There appears to be smoke in the engine room; need assistance to contain the situation.”

E. “Report of smoke in engine room, fire-fighting procedures activated, further status will follow.”

Jawaban: C. “Smoke detected in engine room, safety measures are being taken, standby for further report.”

Pembahasan: Dalam SMCP, laporan “Smoke detected in engine room, safety measures are being taken, standby for further report” adalah yang paling tepat karena pesan ini langsung ke inti masalah dan menggunakan frasa yang sesuai standar untuk memastikan komunikasi aman.

18. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, sebuah kapal yang membawa bahan berbahaya harus mengikuti prosedur khusus saat berlabuh. Jika sebuah kapal yang membawa bahan kimia berbahaya mengalami kerusakan mesin di perairan Indonesia, tindakan yang paling tepat adalah:

A. Meminta izin darurat untuk berlabuh di pelabuhan terdekat dan melaporkan muatan berbahaya kepada otoritas pelabuhan.

B. Menunggu hingga mesin diperbaiki di tengah perairan dan tidak masuk ke pelabuhan untuk menghindari risiko pencemaran.

C. Menghubungi kapal terdekat untuk membantu menarik kapal ke pelabuhan terdekat tanpa menginformasikan muatan.

D. Mengirimkan sinyal darurat kepada otoritas internasional untuk mendapat bantuan dari negara lain.

E. Memastikan kapal tetap di tempat dan tidak melakukan pergerakan hingga ada instruksi dari otoritas pelabuhan.

Jawaban: A. Meminta izin darurat untuk berlabuh di pelabuhan terdekat dan melaporkan muatan berbahaya kepada otoritas pelabuhan.

Pembahasan: Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, kapal yang membawa bahan berbahaya harus melapor dan mendapat izin darurat untuk berlabuh, serta menginformasikan muatan kepada otoritas pelabuhan untuk tindakan keselamatan.

19. Dalam situasi darurat di mana kapal sedang mengalami kebakaran di ruang mesin, tindakan pertama yang harus dilakukan oleh petugas keselamatan sesuai prosedur keselamatan internasional adalah:

A. Mematikan seluruh mesin dan meminta seluruh awak untuk segera meninggalkan ruang mesin agar tidak terpapar asap beracun yang bisa berbahaya.

B. Mengarahkan seluruh awak untuk mengaktifkan alat pemadam api dan bekerja sama untuk memadamkan api agar tidak menyebar ke area lain.

C. Mengisolasi ruang mesin dengan menutup semua pintu dan ventilasi untuk mencegah api menyebar dan meminta bantuan segera.

D. Memberi tahu penumpang dan awak kapal tentang situasi darurat serta mengarahkan mereka menuju titik kumpul darurat yang aman.

E. Menghentikan operasi kapal dan meminta izin darurat dari otoritas pelabuhan terdekat untuk mendapat bantuan dan tindakan lebih lanjut.

Jawaban: C. Mengisolasi ruang mesin dengan menutup semua pintu dan ventilasi untuk mencegah api menyebar dan meminta bantuan segera.

Pembahasan: Langkah pertama yang paling tepat dalam situasi ini adalah mengisolasi ruang mesin dengan menutup semua pintu dan ventilasi agar api tidak menyebar ke area lain. Setelah isolasi dilakukan, tindakan pemadaman dapat dimulai, dan bantuan darurat bisa diminta.

20. Sesuai dengan peraturan keselamatan internasional, setiap kapal harus melakukan latihan evakuasi untuk seluruh awak dan penumpang secara berkala. Namun, dalam pelaksanaan latihan tersebut, ditemukan bahwa beberapa penumpang tidak mengikuti instruksi dengan baik dan tidak mengetahui letak peralatan keselamatan. Sebagai petugas keselamatan, tindakan yang paling sesuai adalah:

A. Memberikan sanksi ringan kepada penumpang yang tidak mematuhi instruksi, agar latihan evakuasi berikutnya dapat diikuti dengan serius.

B. Mengulangi latihan evakuasi secara khusus untuk penumpang yang kurang memahami, dengan penjelasan lebih detail tentang prosedur keselamatan.

C. Mengabaikan insiden tersebut karena latihan evakuasi merupakan tanggung jawab pribadi penumpang untuk diikuti dengan baik.

D. Meminta kapten kapal untuk mengulang instruksi keselamatan dengan mengedepankan cara-cara evakuasi yang lebih mudah dipahami oleh penumpang.

E. Mengubah metode latihan evakuasi menjadi lebih sederhana, sehingga semua penumpang dapat mengikuti tanpa kesulitan.

Jawaban: B. Mengulangi latihan evakuasi secara khusus untuk penumpang yang kurang memahami, dengan penjelasan lebih detail tentang prosedur keselamatan.

Pembahasan: Langkah yang paling tepat adalah mengulangi latihan secara khusus untuk penumpang yang belum memahami prosedur keselamatan, dengan penjelasan yang lebih mendalam. Hal ini penting agar semua penumpang siap dan tahu cara evakuasi yang benar dalam situasi darurat.

Dapatkan Lebih Banyak Soal & Pembahasan Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayaran dengan Masuk ke Sistem Kami!

Untuk Anda yang sedang mempersiapkan ujian CPNS/PPPK, akses lebih dari 150 soal lengkap dengan pembahasan untuk Penata Keselamatan dan Keamanan Pelayanan. Masuk ke sistem kami di https://fungsional.id/  atau klik banner di atas untuk mendaftar GRATIS!

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Halo!
Silahkan Hubungi Kami Jika Ada Pertanyaan...